Pemerintah Didesak Prioritaskan Gas untuk Keperluan Domestik

MUS • Friday, 20 Nov 2020 - 18:06 WIB

Jakarta - DPR meminta Pemerintah menjaga komitmen memprioritaskan pasokan gas untuk kebutuhan industri dalam negeri. Hal ini patut diperhatikan agar pembangunan ketahanan pangan dapat tumbuh dan menghasilkan efek pengganda (multiflyer effect) bagi pembangunan nasional.

Tanpa komitmen ini, industri yang bergantung pada bahan baku gas akan terkendala menjaga tingkat produktifitas. Jika hal tersebut sampai terjadi dikhawatirkan masa depan industri nasional akan mengalami penurunan. 

Demikian dikatakan Mulyanto dalam keterangannya usai diskusi dengan Direksi BUMN Pupuk Kujang dan PGN saat Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI di Karawang, Jawa Barat, Kamis (19/11).

Menurut Mulyanto, gas bukanlah sekedar sebagai komoditas ekonomi untuk diperdagangkan termasuk diekspor ke luar negeri. Namun lebih dari itu gas adalah sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui yang harus dioptimalkan untuk menunjang pembangunan nasional.

"Penggunaan dalam negeri atas sumber daya gas dapat meningkatkan nilai tambah dan menghasilkan efek pengganda bagi pembangunan nasional. Ini harus menjadi perhatian utama Pemerintah.

Pupuk Kujang misalnya, sampai hari ini masih galau, karena ketidakjelasan jaminan alokasi pasokan gas jangka panjang mereka setelah tahun 2024. 

Tanpa tambahan pasokan gas, maka pada tahun 2025 Pupuk Kujang akan kekurangan pasokan gas sebesar 25 MMSCFD dan angkanya akan terus meningkat menjadi 65 MMSCFD pada tahun 2030. Tentu ini mengkhawatirkan," jelas Wakil Ketua Fraksi PKS Bidang Industri dan Pembangunan ini. 

Sampai tahun 2024, kata Mulyanto, Pupuk Kujang mendapat pasokan gas dari PT. Pertamina EP Asset-3, PHE ONWJ dan PT. Pertamina EP Asset-2 masing-masing sebesar 39, 37 dan 23 MMSCFD.  

Tahun 2024 sumber gas dari PT. Pertamina EP Asset-2 habis. Sehingga diperkirakan pada tahun 2025 Pupuk Kujang akan kekurangan pasokan gas.

"Untuk diketahui nilai ekspor gas kita pada tahun 2011 sebesar 23 Milyar USD (surplus 21.6 milyar USD) dan terus menurun sampai 10 Milyar USD (surplus 7.4 milyar USD) di tahun 2018.  

Sementara dari data Dirjen Migas Kementerian ESDM, produksi gas pada tahun 2020 diproyeksikan sebesar 6,028 MMSCFD, terus meningkat sampai tahun 2025 menjadi sebesar 7,102 MMSCFD. 

Dari sejumlah itu pada tahun 2020 diperkirakan ekspor gas sebesar 1,999 MMSCFD (atau 33% dari produksi) dan diperkirakan akan menurun pada tahun 2025 menjadi sebesar 1,236 MMSCFD (atau hanya sebesar 17.4% dari total produksi)," tandas Mulyanto.