Pisang Goreng Arty, Niat Bantu Teman Kini Punya Mitra Puluhan

MUS • Friday, 10 May 2024 - 01:18 WIB
Dok: Owner Pisang Goreng Arty, Lusi Soeyono

Jakarta - Di tengah invasi jajanan ala Korea, pisang goreng masih menjadi cemilan idola masyarakat sebagai teman ngeteh atau ngopi. Order pisang goreng melalui aplikasi pesan antar online, bahkan tercatat sebagai yang tertinggi dibanding aneka kudapan lain.

Salah satu brand yang paling dikenal adalah Pisang Goreng Tanduk dan Sukun Arty (Pisang Goreng Arty). Bermula dari ingin membantu teman, Pisang Goreng Arty sudah memiliki puluhan mitra yang tersebar di Jabodetabek. Selain pisang goreng, varian yang ditawarkan juga makin beragam, termasuk donat, pisang molen, pisang madu, cireng dan sukun goreng.

“Kami mulai diawal pandemi, sekitar 4 tahun lalu. Waktu itu saya bikin pisang goreng, dan kata suami coba dijual online, berawal dari garasi, dan ternyata laku hingga saat ini," kenang owner Pisang Goreng Arty, Lusi Soeyono, saat ngobrol santai di Central Kitchen Pisang Goreng Tanduk Arty, di Jl. Kav Polri, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (8/5). 

Lusi dan suami mulai berekspansi, setelah kedatangan sahabatnya yang jadi korban PHK gara-gara pandemi. “Waktu itu ada teman yang terkena PHK datang ke rumah. Tanya ke saya boleh tidak ikut jualan pisang gorengnya, saya pikir kenapa tidak boleh, ya sudah buka saja, bahan dari saya nanti kita bagi hasil,” kisah Lusi. 

BACA JUGA: Sensasi Hidangan ala Barat, Markette Hadirkan Gerai Pertamanya di Kota Kasablanka

Dari situlah Pisang Goreng Arty makin berkembang dengan mengusung konsep kemitraan. “Sekarang kita sudah ada 40-an mitra di Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Depok. Sistemnya kemitraan, bukan franchise. Jadi jika ada yang ingin bergabung, kita lihat lokasinya dulu. Kalau tidak ada mitra lain dalam radius 5 km, kita perbolehkan," ujarnya. 

Menjadi mitra Pisang Goreng Arty boleh dibilang minim modal. Mitra tinggal menyiapkan peralatan masak seperti kompor, wajan penggorengan, mixer dan gas. Sedangkan bahan bakunya, mulai dari pisang dan sukun yang didatangkan dari Sukabumi, adonan tepung, hingga minyak gorengnya dipasok oleh management Pisang Goreng Tanduk & Sukun Arty.

“Untuk mitra tidak ada biaya, cuma sediakan saja alat masak yang kalau beli sekitar Rp1,3 juta. Apa saja kelengkapannya nanti bagian admin kami akan memberi penjelasan apa yang dibutuhkan. Jika sudah berjalan agak ramai, beli freezer sekitar Rp1,7 jutaan harganya, untuk menyimpan bahan frozenan. Anggaplah modal semua Rp3 juta, sama ponsel android untuk aplikasi. Pakai ponsel yang biasa kita gunakan sehari-hari juga nggak apa-apa,” jelas Lusi.  

Berbeda dengan sistem franchise yang biasanya butuh gerai khusus, bisnis Pisang Tanduk Arty jauh lebih fleksibel. “Kalau franchise kan bayar, kita nggak. Tidak usah sewa ruko, cukup di rumah saja karena kita fokusnya ke pesanan online Gojek, Grab dan Shopee Food,” jelas wanita asal Yogyakarta ini.

Meski kerjasamanya terkesan simpel, omzet yang diraup mitra Pisang Goreng Arty tak bisa dipandang sebelah mata. Dengan skema bagi hasil 70:30, penghasilan yang didapat mencapai belasan juta rupiah.

“Harga jual Rp 5.800 per slice. Akhir bulan kita total semua, nah dari keuntungan bersih setelah dipotong pengambilan bahan dan lain-lain nanti bagi hasil 70 persen untuk mitra, dan  30 persen untuk kita sebagai pemilik brand. Setiap tanggal 5 setelah admin kami selesai menghitung semua penjualan dan pembelian, kami langsung mentransfer semua keuntungan yang didapat mitra,” tutur Lusi. 

Dari pengalaman selama ini, tiap mitra mampu menghasilkan Rp15-30 juta per bulan. “Keuntungan bersihnya dikisaran Rp3-15 juta setelah bagi hasil. Besaran omzet tergantung lokasi ya, kalau lokasinya banyak perkantoran biasanya ramai orderan," ucapnya.

BACA JUGA: Kisah Inspiratif Dua Sahabat Jadi Owner Thai Tea

Bentuk kerja sama seperti ini, kata Lusi, membuat kemitraan dengan Pisang Goreng Arty tidak kenal istilah rugi.

“Misal sudah jalan tiga bulan ternyata tidak laku terus mitra menyerah, ya sudah, kami tidak memaksakan mitra untuk terus bergabung dengan kami, saya juga tidak minta bayaran. Justru terkadang kita yang rugi, karena bahan kan dari kita, mereka hanya menyediakan tempat dan menggoreng saja,” ucap Lusi santai.

Tapi ia yakin jika mitra berusaha sungguh-sungguh, bisnis Pisang Goreng Arty punya prospek cerah. “Kalau kerja bener, gorengnya bagus, bukanya ontime seharusnya tidak rugi. Apalagi ini kan ada orderan baru digoreng, jadi bahannya lebih awet,” kata Lusi.

Lusi berharap kerja sama yang ditawarkan Pisang Goreng Arty bisa menjadi solusi keuangan bagi sebanyak mungkin rumah tangga.

“Kalau tertarik, buka saja laman resmi kulinerarty.com. Semangatnya, kami ingin membantu keluarga yang suaminya bekerja, istrinya bisa cari uang dari rumah tanpa meninggalkan anak dan kerjaan rumah tangga,” harapnya.

“Tapi umumnya sih istri yang lebih banyak dapat duit dari jualan pisang Arty, daripada suaminya yang kerja,” kata Lusi tertawa sambil mengakhiri obrolan.