83 Juta Pekerjaan Diprediksi Hilang, Pemerintah Didesak Lakukan Langkah Antisipasi

AKM • Thursday, 20 Jul 2023 - 11:41 WIB

Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher mempertanyakan langkah pemerintah dalam menghadapi potensi hilangnya jutaan lapangan kerja beberapa tahun ke depan.

"Saat ini negara-negara lain sudah memikirkan dan mempersiapkan langkah untuk menghadapi ancaman tersebut. Bagaimana dengan kita? Semoga pemerintah Indonesia tidak anteng-anteng sajamenghadapi realita tersebut," kata Netty dalam keterangan medianya, Jakarta, Kamis (20/7).

Sebelumnya, World Economic Forum (WEF) dalamThe Future of Jobs 2023 memprediksi 83 juta pekerjaan akan hilang pada 2027 mendatang karena adanya digitalisasi hingga pertumbuhanekonomi yang lebih lambat.

"83 juta pekerjaan diprediksi hilang, namun menurut WEFakan ada 69 juta pekerjaan baru yang muncul dengan tuntutan pengetahuan dan ketrampilan khusus.Hal ini harus menjadi perhatian serius pemerintah untuk mempersiapkannya," ungkapNetty.

Mengutip laporan WEF, Netty mengatakan, penurunan pasar tenaga kerja  akan lebih besar pada sektor rantai pasok dan transportasi, diikuti sektormedia, hiburan, dan olahraga. 

Gangguan yang lebih kecil akan dialami oleh industri manufaktur, termasuk ritel dan grosir barang konsumer. 

Lebih lanjut Netty mempertanyakan sistem pendidikan Indonesia sudahkan link match yang saat ini diprediksi lebih terdigitalisasi.

"Apakah sistem pendidikan kita sudah link and match dengan hadirnya lapangan pekerjaan baru tersebut yang diprediksi lebih terdigitalisasi? Jangan sampai kita sebagai negara berkembang ketinggalan dalam merespon perkembangan dunia tenaga kerja," katanya.

Netty juga meminta agar pemerintah memetakan ulang potensi lapangan kerja di luar negeri.

"Salah satu kelebihan Indonesia adalah bonus demografi berupa surplus anak muda dan tenagaproduktif. Bagaimana langkah pemerintah dalam mengoptimalkan tenga kerja produktif tersebut untukmengisi kebutuhan-pekerjaan di luar negeri. Tentunya kita ingin tenaga kerja terlatih dan terdidik yang siap dikirim ke luar negeri, bukan sebaliknya," ujarnya.