Jeddah: Kota Kosmopolitan, Pintu Gerbang Menuju Makkah

MUS • Friday, 16 Jun 2023 - 15:55 WIB

Jeddah - Ada pemandangan berbeda saat memasuki pusat kota Jeddah, Arab Saudi. Deretan resto, coffe shop, dan aneka tempat kongkow-kongkow berjejer di sepanjang jalan. 

Sekilas tersimpulkan, Jeddah termasuk kota paling "kosmopolitan" dibanding beberapa tempat yang sempat penulis singgahi di Saudi. 

Ada beberapa versi soal penamaan Jeddah. 

Salah satunya, dikutip dari Britannica, Jeddah diambil dari bahasa Arab yang artinya "leluhur" atau "nenek", merujuk pada Hawa, istri Nabi Adam AS, ibu moyang manusia yang konon dimakamkan di sana, tepatnya di distrik Ammariya. 

Jeddah (juga dieja 'Jedda', 'Jiddah', 'Jidda', atau 'Juddah'), merupakan kota pelabuhan yang terletak di pinggir Laut Merah.

Pada tahun 647 M, khalifah Usman bin Affan menetapkan Jeddah sebagai pelabuhan utama memasuki kota Makkah melalui jalur laut. Kini Makkah-Madinah bisa ditempuh dengan lebih praktis, menggunakan kereta cepat Haramain Express melewati Jeddah. 

BACA JUGA: Menjajal Haramain Express, Kereta Cepat Penghubung 2 Kota Suci

Bisa jadi, tingginya interaksi dengan pendatang asing yang masuk bersama keyakinan, gaya hidup, dan kultur berbeda, membuat penduduk Jeddah lebih terbuka, seperti karakter khas wilayah pesisir. 

Al-Maqdisi Al-Bishari dalam bukunya, 'Ahsan Al-Taqaseem fe Ma'rifat Al-Aqaleem' (Wilayah Terbaik untuk Diketahui), menggambarkan Jeddah sebagai kota yang "aman, penuh dengan orang- orang-orang perdagangan dan kaya...Gang-gangnya lurus dan kondisinya secara keseluruhan bagus, tetapi sangat sangat panas".

Sementara saat berkunjung pada tahun 1050, Nasser Khosro, seorang musafir Muslim Persia, menulis: "Jeddah adalah kota yang berkembang pesat dengan banyak hal baik untuk diperdagangkan, dan kota dengan konstruksi yang bagus" (jeddah.gov.sa).

Pasca perang dunia II, Jeddah dimodernisasi dan diperluas dengan kekayaan baru yang diperoleh Arab Saudi dari hasil minyak. Pelabuhannya diperdalam dan diperluas untuk menampung kapal-kapal besar.

Perekonomian kota, yang dulunya bergantung pada kunjungan peziarah dan penangkapan ikan, didiversifikasi menjadi lebih industrial. 

Catatan para sejarawan muslim di masa lampau, kini masih relevan dengan Jeddah modern. Penuh aktivitas niaga, mobil-mobil mewah yang menjadi simbol kekayaan, konstruksi penuh gaya, dan -tentu- cuacanya yang terik. (Mus)