Kisah Keluarga Prajurit Kodam Brawijaya Akan Ditinggal Tugas ke Papua

FAZ • Saturday, 1 Apr 2023 - 03:59 WIB

Jakarta - Menjadi seorang istri prajurit TNI harus mandiri dan kuat mental. Dalam setiap situasi dan kondisi apapun. Juga harus siap tinggal sendirian jauh dari suami. Apalagi saat sang suami tengah bertugas di kota lain.

Hal itu pula yang dirasakan para istri prajurit Batalyon Infanteri 527/Baladibya Yudha, Lumajang, Jawa Timur.

Renafariani, istri Moh. Rizal salah satu prajurit di batalyon bersimbol Laba-laba. Dia mulai cemas karena sang suami hendak melaksanakan  tugas di Papua selama setahun.

"Ini pengalaman pertama saya ditinggal oleh suami bertugas. Sedih sekali rasanya. Mana saya lagi hamil empat bulan. Tapi mau gimana lagi, ini sudah resiko menikah dengan anggota TNI. Harus siap ditinggalkan kapan saja, dan harus mendukung tugas suami,” ujar Rena dari rilis yang diterima media dari Penerangan Kodam V / Brawijaya.

Meski ingin terlihat tegar, tapi tatapam matanya tak bisa berbohong jika dirinya menyimpan rasa sedih yang mendalam. Air matanya pun tumpah. Kehamilan Renafariani kali ini merupakan kehamilan ke-3, setelah dua kali mengalami keguguran.

"Perasaan cemas, takut dan sedih campur aduk. Tapi saya tidak boleh menunjukkan keresahan dan kesedihan saya di depan suami. Supaya dia berangkat tugas dengan tenang,” kata Rena.

Rizal tak banyak berkomentar saat ditanya dirinya akan bertugas ke Papua. Dia mencoba meyakinkan istrinya, bahwa tugas yang diembannya adalah tugas mulia. Bentuk tanggungjawab sebagai prajurit TNI dalam menjaga NKRI.

“Mau dalam kondisi apapun, sebagai prajurit saya harus selalu siap melaksanakan tugas demi negara,” tegas Rizal.

Kendati demikian, Rizal, mengaku khawatir meninggalkan istri sendirian. Apalagi dalam kondisi hamil. Belum lagi melihat kondisi istrinya yang sangat rentan keguguran.

“Pastinya sedih meninggalkan istri dalam kondisi seperti ini. Itu manusiawi. Tapi, saya harus menguatkan dia agar berani tinggal sendiri. Saya hanya berdoa untuk kesehatannya agar bisa sehat terus hingga persalinan,” ungkap Rizal.

Keadaan serupa juga dialami oleh Venny Desita Putri (23) istri dari Pratu Imanuel Mayor. Desita baru saja melahirkan anak laki-laki kembar.

“Jujur saya kaget banget dapat kabar suami saya ditugaskan di Papua. Rasanya campur aduk, sedih dan khawatir juga. Dalam hati saya bilang, masa' saya baru lahiran langsung ditinggal. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana repotnya saya mengurus anak kembar sendirian,” ucap Venny.

Selain membayangkan sibuknya mengurus anak sendirian. Hal lain yang dikhawatirkan dirinya adalah kesehatan dan keselamatan suami nanti di Papua. Sebab sampai saat ini penyakit malaria di Papua masih menjadi momok.

“Itu yang paling saya takuti. Tapi saya selalu berdoa semoga suami saya di tempat tugas nanti dijaga oleh Tuhan. Hanya itu yang saya bisa lakukan,” kata Venny pasrah.

“Mulai saat ini saya harus belajar menguatkan mental. Tinggal menghitung hari suami saya akan pergi tugas ke Papua. Nanti di rumah ini hanya ada saya dan dua anak kembar saya, Darius Mayor dan Sem Mayor,” imbuh Venny.

Berbeda dengan Renavariani dan Venny, Dian Arimbi, istri Danyonif 527/BY justru sudah terbiasa ditinggalkan suami untuk menjalankan tugas negara. Di sela-sela kesibukannya melayani tamu-tamu dari Kodam V/Brawijaya, ia mengatakan bila dirinya sudah kali ketiga ditinggalkan suami.

“Saya sudah terbiasa ditinggal sendiri. Pertama kali saya ditinggal suami tahun 2009 ke Ambon. Lalu tahun 2016 tugas ke Sudan Afrika, dan sekarang ini dikirim lagi ke Papua,” terang Dian.

“Meskipun saya ditinggal tengah hamil besar, saya tidak merasa khawatir karena sudah terbiasa. Kali ini saya tidak fokus pada perasaan saya lagi. Melainkan fokus memikirkan bagaimana menenangkan anggota saya, para ibu Persit agar mereka tidak khawatir ditinggal suami,” pungkas Dian.

Renafariani, Venny Desita Putri dan Dian Arimbi adalah tiga dari sekian banyak perempuan yang setia menjadi istri prajurit TNI Angkatan Darat. Kegelisahan dan kegundahan sekaligus ketegaran mereka mewakili suara hati istri
para prajurit lainnya.

Pangdam V / Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf menyatakan bahwa keluarga prajurit TNI menjalani kehidupan yang berbeda dengan yang lainnya.

“Mereka melakoni jejak hidup yang tidak mudah namun tetap pantang menyerah," pungkas nya.