Rilis Album Sedetik Senyawa, Arupa Kata Berkisah Tentang Tragedi Alam

MUS • Friday, 9 Dec 2022 - 19:15 WIB

Jakarta - Arupa Kata merilis album 'Sedetik Senyawa' yang disebarkan lewat platform digital pada Jumat (9/12/2022) melalui publishing INSIDE.

Arupa Kata merupakan perkumpulan tim audio visual yang berdiri di tahun 2009 dan telah banyak mengerjakan project visual seperti dokumenter hingga iklan televisi atau television commercial (TVC)

Saat ini Arupa Kata melebarkan sayapnya dan mulai fokus pada produksi musik yang beraliran folk, kontemporer, dan musikal puisi.

Untuk karya-karya musik Arupa Kata, semuanya ditulis oleh Didit Wibi.

BACA JUGA: Pindad Rock Star: Biarkan Orang yang Mengenal Karya Kami

"Kami, Arupa Kata, mengeluarkan karya-karya ini karena panggilan alam, yang saat ini alam semesta terus membenahi ruang-ruangnya, dan bencana alam terus terjadi melanda kehidupan dunia yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa. Semoga pesan-pesan dalam karya Arupa Kata bisa dimengerti, dapat diterima oleh masyarakat," ujar Didit Wibi yang juga menjadi motor dari Arupa Kata.

Penggarapan album Sedetik Nyawa dimulai pada Juli 2022 dan digarap secara indie oleh Arupa Kata. Album Sedetik Senyawa berisikan delapan lagu yang dikemas dalam syair-syair sastra kehidupan dan dibalut dengan musik akustik folk kontemporer.

Semua karya lagu Arupa Kata mengandung renungan kehidupan yang penuh dengan pesan filsafat.

Lagu-lagu dalam Album Sedetik Senyawa antara lain Jelebu Durjana, Sedetik Senyawa, Fatamorgana, Delusi, Kuasa Tirta, Tenggelam Dalam Diam, Bertahan Untuk Bahagia, dan Nestapa.

Di setiap lagu Arupa Kata memiliki pesan yang mendalam, seperti lagu Jelebu Durjana yang artinya 'kekejian gas dan asap’ akibat perbuatan segelintir manusia.

"Lagu Jelebu Durjana ini renungan untuk mengenang korban asap dan gas air mata yang terjadi di negeri ini, seperti bencana kebakaran gambut, tragedi kecelakan di Tol Trans Jawa dan  Tragedi Kanjuruhan yang telah memakan banyak korban jiwa," ungkap Didit Wibi.

"Satu lagi cerita tentang lagu Tenggelam Dalam Diam dan Bertahan Untuk Bahagia. Lagu ini menceritakan kehidupan masyarakat muara di pesisir pantai, terutama di Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong yang sudah menjadi langanan banjir rob akibat bencana abrasi juga banjir luapan air sungai Citarum," tambahnya. 

"Mereka tidak bisa hidup tenang karena terus terbayang terjangan air yang  akan mengenangi pemukiman mereka. Dalam hal ini mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak adanya relokasi pemukiman ataupun penyelesaian lainnya, mereka hanya bisa bertahan dengan caranya  mereka sendiri untuk terus melanjutkan kehidupan di genangan bencana air tersebut," tuturnya.

Dalam produksi album Sedetik Senyawa ini Arupa Kata melibatkan tiga studio musik dengan dukungan sound enginer, Alex Watimena, Galuh Pradita, serta melibatkan alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Datu Nadewa dan Nikma Harahap.

Sementara untuk desain cover artworks, Arupa Kata menggandeng seorang art director profesional asal Flores, Jetho, dan beberapa tim kreatif lain di dalamnya.

"Semoga album "Sedetik Nyawa" dapat menjadi sebuah renungan untuk kita semua serta menjadi pembelajaran bersama untuk lebih mencintai dan merawat lingkungan dunia kita agar menjadikannya kebaikan bagi semesta. Selamat menikmati karya-karya Arupa Kata di kanal YouTube Arupa kata dan platform digital lainnya," pungkas  Didit Wibi.

Selain sebagai musisi, Didit Wibi adalah seorang sutradara dan sekarang ia tengah berfokus pada proyek Album Sedetik Senyawa dari Arupa Kata.