Seminar Literasi Keuangan di UKI: Mahasiswa Harus Cerdas Finansial

ANP • Sunday, 27 Nov 2022 - 07:43 WIB

Jakarta - Universitas Kristen Indonesia (UKI), dalam hal ini Prodi Analisis Keuangan Fakultas Vokasi, bersama DPK Perbarindo DKI Jaya, sukses menggelar Seminar Literasi Keuangan, Rabu (23/11). 

Mengambil tema I am a Financially Smart IGeneration, seminar yang diadakan di Aula Gedung AB lantai 3 UKI ini menghadirkan speaker Drs. Ricardo Simatupang, Ketua DPD Perbarindo DKI Jakarta dan Sekitarnya. 

Seminar mengungkap keharusan mahasiswa memiliki kecerdasan finansial. "Namun kecerdasan finansial ini tak datang begitu saja jatuh dari langit, harus dibentuk layaknya otot, dibentuk dari awal. Inti dari cerdas secara finansial adalah mampu  mengendalikannya.

"Dua dekade terakhir perkembangannya sangat cepat. Perkebangan ini mengubah banyak prilaku. Semua serba instan, semua berdasarkan permintaan. Semua ingin cepat didapat," kata Ricardo Simatupang dalam paparannya di hadapan ratusan mahasiswa UKI.

Karena itu, Gen Z dan anak milenial ingin semuanya serba cepat. Gaji dan karier cepat. "Perlu disadari, semuanya bisa tapi harus ada proses," ucapnya mengingatkan.

Bahkan sekarang, ungkap dia, banyak yang sudah pamer bisa jalan-jalan ke luar negeri. "Kayak iklan, liburan dulu bayar belakang," imbuh Ricardo.

Pola ini keliru. Karena itu, lanjut dia, sedari sekarang mahasiswa harus bisa melakukan pengelolaan keuangan. "Mahasiswa (umumnya) dapat dari orang tua. Prinsipnya berapa pun yang didapat,  mahasiswa harus belajar bagaimana mengelola keuangannya," ungkapnya. 

Dalam pengelolaan, langkah pertama yang harus dilakukan ialah membuat laporan keuangan. Dihitung berapa pemasukan dan jumlah pengeluarannya. 

"Mulai dari kiriman orang tua, bayar kos, biaya makan, hingga tabungan. Ingat menabung itu untuk keperluan darurat," sarannya.

Sayangnya, lanjut dia, menabung yang dilakukan oleh anak muda umumnya untuk kebutuhan konsumtif. Semisal, beli tiket konser dan jalan-jalan.

"CEO Provetic Iwan Setyawan mengatakan, bahwa generasi millennial  menabung tidak hanya untuk tujuan finansial yang besar, tetapi untuk pembelanjaan yang bersifat konsumtif seperti tiket konser atau keperluan wisata," tuturnya.

Setelah membuat laporan keuangan, langkah selanjutnya ialah melalukan analisis. "Aktivitas pengeluaran didata, apakah termasuk tipe yang terlalu boros atau tipe hemat? Pengeluaran mana yang terlalu besar sampai-sampai akhir bulan harus menangis semalam karena uangnya habis? Apakah ada pengeluaran yang bisa diminimalisir ?Pengeluaran jenis apa yang perlu diprioritaskan? Atau yang bisa diundur pengeluarannya?" papar Ricardo.

Dalam melakukan perencanaan keuangan, dia menyarankan mahasiswa menggunakan rumus kebutuhan pribadi 40 persen, utang 30 persen, simpanan (tabungan/investasi) 20 persen, dan sedekah 10 persen.

Di menegaskan, berapa pun pendapatan mahasiswa, menabung adalah keharusan. "Dihemat apa yang bisa dihemat. Kalau tidak, berapa pun pendapatan kita tak akan cukup. Makan tidak perlu tempat-tempat mahal, lebih bagus kalo kita masak sendiri," katanya lagi.

Dengan perencanaan keuangan seperti ini, sambung dia, maka mahasiswa bisa menabung. Bahkan bisa melakukan investasi.

Dalam praktiknya memang sulit dilakukan, terlebih mahasiswa yang pendapatannya pas-pasan. Tak heran, muncul pertanyaan dari mahasiswa yang mencari tahu bagaimana cara menabung dengan uang serba pas-pasan.

"Caranya meminimalkan pengeluaran. Misalnya, biaya makan mungkin bisa dipangkas. Harus bisa!" jawab Ricardo.

Sementara itu, dalam kata pembukaannya, Maksimus Bisa, S.K.M., SSt.Ft., M.Fis, selaku Dekan Fakultas Vokasi, mengucapkan terima kasih atas kerja sama dengan stakeholder seperti Perbarindo. Sehingga kegiatan ini bisa berlangsung.

Dia mengamini generasi sekarang, seperti Gen Z, adalah generasi luar biasa. Mereka sudah terbukti selama pandemi mampu dipaksa untuk lebih cepat  melakukan digitalisasi. "Apalagi di dunia perbankan yang sudah serba digital," katanya.

"Terima kasih kepada Perbarindo yang selalu berada di sisi kami," ucap Maksimus.
Pada kesempatan yang sama, Anthonius Prihadi, S.H., M.M. selaku Ketua Dewan Pimpinan Komisariat Perbarindo DKI Jaya menyatakan rasa terima kasihnya karena sudah diterima di lingkungan UKI. Kegiatan ini merupakan amanat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Diakhir dari seminar, dilakukan quiz untuk mengukur kemampuan pemahaman mahasiswa atas paparan yang telah disampaikan. Hasil menunjukkan bahwa 80% dari peserta telah paham akan materi dan akan mencoba mengimplementasikannya dalam kehidupan sebagai seorang mahasiswa. 

"Setiap tahun setidaknya setahun sekali kami mengedukasi dan meliterasi keuangan masyarakat. Total di Indonesia ada 1.630 BPR/BPRS. Di Jakarta sendiri ada sekitar 26 lembaga," pungkasnya.