The Ensight Green Human Capital: Milenial dan Gen Z untuk Transisi Energi yang Berkeadilan

ANP • Sunday, 16 Oct 2022 - 22:23 WIB

Jakarta – Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) mengadakan acara The Ensight “Green Human Capital: Milenial dan Gen Z untuk Transisi Energi yang Berkeadilan”. Narasumber acara ini adalah Program Manager Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) Kampus Merdeka, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Khoiria Oktaviani; Secretary General Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), I Made Aditya Suryawidya; dan Business Development PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA), Anisa Isabella Agustina; dengan moderator Michael Suryaprawira (Peneliti PYC).

Acara ini dibuka oleh Ketua Umum PYC, Filda C. Yusgiantoro. Pada sambutannya, Filda menyampaikan bahwa transisi energi ke ramah lingkungan dan terbarukan menjadi prioritas untuk memenuhi konsumsi energi ke depan, sekaligus memenuhi komitmen akan pengurangan emisi global. Semua sektor didorong untuk melakukan transisi, tidak terkecuali sektor industri energi. SDM atau human capital sangat berperan dalam meningkatkan usaha dan produktivitas dari perusahaan untuk mendukung transisi energi. Selain itu, kolaborasi top-down dan bottom-up sangat dibutuhkan untuk mendukung peningkatan human capital yang siap untuk transisi energi.

Narasumber pertama, Khoiria Oktaviani, mengatakan human capital dibutuhkan dalam mencapai Nationally Determined Contribution (NDC) dan mencapai bauran energi. Namun, saat ini kondisi bauran energi masih didominasi oleh fosil khususnya batubara. Padahal Indonesia memiliki potensi energi baru dan terbarukan (EBT) yang sangat besar. Lebih lanjut, Khoiria menyampaikan bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki program-program yang berkolaborasi dengan beberapa pihak dalam mendukung transisi energi bagi Generasi Z. Diantaranya adalah Patriot Energi yang merupakan pelatihan untuk anak muda yang bertujuan untuk mendorong akses listrik di daerah terpencil. Selain itu, ada program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) yang berkolaborasi dengan Kampus Merdeka.

Narasumber kedua, Anisa Isabella Agustina, menyampaikan bahwa dari tahun 2012-2019 pekerjaan di sektor energi terbarukan (renewable energy employment) meningkat signifikan, salah satunya di sektor solar PV, bioenergi, hydropower, dan angin. Peningkatan RE employment dipengaruhi oleh peningkatan penggunaan energi yang bersih (clean energy). Dalam hal ini, peran akademisi sangat penting untuk mempersiapkan skill SDM di sektor energi terbarukan. Selain itu, perlu adanya kebijakan dari pemerintah untuk mendukung sinkronisasi dari beberapa stakeholders. Koordinasi dari sektor publik dan swasta juga dibutuhkan untuk mencapai Sustainable Development Goal (SDG).

Narasumber ketiga, I Made Aditya Suryawidya, menyampaikan bahwa ketika berbicara tentang kesiapan industri, perlu memperhatikan teknologi, pendanaan, dan SDM. Saat ini, lapangan pekerjaan di Indonesia berhubungan langsung dengan tujuan transisi energi. Dalam hal ini, SDM juga mendukung kesiapan industri dalam transisi energi. Made lebih lanjut menjelaskan bahwa industri yang awalnya berada di sektor fosil, saat ini mulai melakukan diversifikasi ke energi terbarukan. Sebagai contoh adalah lapangan pekerjaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) semakin bertambah. Sedangkan, tantangan yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana memfokuskan pada teknologi dan value chain.
Acara diakhiri dengan sambutan penutup oleh Ketua Pengawas PYC, Inka B. Yusgiantoro. Indonesia memiliki 3 target utama yaitu NDC, NZE 2060, dan SDG. Transisi energi menjadi tugas yang cukup berat bagi negara. Bukan hanya menyediakan infrastruktur tetapi juga SDM. Hal ini perlu menjadi perhatian bagaimana menyiapkan SDM yang tepat bagi Indonesia. Ke depan, diharapkan akan semakin banyak program untuk mendukung transisi energi. Generasi muda perlu memetakan kemampuan apa yang dibutuhkan dan sumber energi apa yang berpotensi besar di Indonesia.

Selain itu, Milenial dan Gen Z perlu mengembangkan startup energi bersih. Dalam hal ini, pendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung green human capital. Dalam mendukung transisi energi di sektor industri, perlu adanya kolaborasi penta helix (pemerintah, akademisi, swasta, media, dan masyarakat).