FAO Mendukung Transformasi Pertanian dan Pedesaan Indonesia Melalui Digitalisasi

FAZ • Wednesday, 28 Sep 2022 - 09:37 WIB

Bali - Digitalisasi mencakup semua tahapan dalam sistem pertanian pangan, termasuk produksi pangan, distribusi, perdagangan, pengolahan dan konsumsi. Indonesia kini mengerahkan berbagai upaya untuk mentransformasi daerah pedesaan melalui digitalisasi yang dapat memfasilitasi integrasi petani kecil ke pasar untuk mendorong pendapatan berkelanjutan dan meningkatkan penghidupan masyarakat.

Transformasi pedesaan Indonesia melalui digitalisasi menjadi sorotan pada pertemuan antara Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu dan Menteri Pertanian RI Syahrul Yassin Limpo di sela-sela Pertemuan Menteri Pertanian G20 di Jimbaran Bali (27/9).
Direktur Jenderal FAO menegaskan kembali dukungannya terhadap upaya Indonesia untuk mengembangkan strategi e-agrikultur nasional termasuk panduan integritas data pertanian dalam penggunaan informasi geospasial.

“Digitalisasi memainkan peran penting dalam mempercepat kemajuan menuju pencapaian Sustainable Development Goals dengan mendiversifikasi pendapatan dan membuka lapangan kerja dan peluang bisnis di dalam dan di luar pertanian, terutama bagi generasi baru petani dan kaum muda,” kata Direktur Jenderal FAO.

Dirjen FAO memuji pendirian Ruang Kontrol Pertanian (Agriculture War Room) Indonesia, yang menggunakan teknologi digital canggih untuk meningkatkan pengambilan keputusan berbasis data dan bukti lapangan.

“Di era Industri 4.0 saat ini, kegiatan pertanian tidak lagi mengandalkan tenaga kerja manual tetapi menggabungkan mekanisasi dengan teknologi digital yang dapat mengkondisikan usaha budidaya pertanian menjadi lebih presisi,” kata Menteri Pertanian RI.

*Tanggapan sigap FAO terhadap kedaruratan*

Dalam pertemuan tersebut Mentan menyampaikan pandangannya tentang kerjasama Kementerian Pertanian dengan FAO di bidang kesehatan hewan. Kerja sama tersebut berfokus pada pendekatan One Health untuk mengatasi Emerging Infectious Diseases (EID) dan Antimicrobial Resistance (AMR).

Mentan menyampaikan terima kasih atas respon cepat FAO serta dukungan teknis yang diberikan untuk memerangi wabah Lumpy Skin Disease (LSD) di Provinsi Sumatera awal tahun ini yang diikuti dengan merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di hampir 34 provinsi.

Menteri juga berterima kasih kepada FAO atas tindakan cepat untuk membantu para petani di Sumba Timur dalam menghadapi wabah belalang, yang menyerang sebagian besar tanaman dan menyebabkan kerusakan pada tanaman jagung, padi, dan sayuran yang menyebabkan kerawanan pangan yang serius.

Dalam pertemuan tersebut Dirjen FAO juga berterima kasih kepada Indonesia atas kerjasama yang telah terjalin lama dengan FAO untuk mentransformasi sistem pangan pertanian secara berkelanjutan.

FAO berharap peran penting Indonesia di kawasan Asia Tenggara akan membantu mendorong transformasi sistem pertanian pangan menjadi prioritas regional.

Indonesia menjadi anggota FAO pada tahun 1948, dimana kantor perwakilannya didirikan pada tahun 1978. Kerjasama antara FAO dan Indonesia di sektor pangan dan pertanian, termasuk di bidang perikanan dan kehutanan telah menguat selama beberapa dekade terakhir.

Hingga saat ini, lebih dari 650 proyek dan program telah dilaksanakan oleh FAO di seluruh Indonesia dengan dukungan lebih dari 1.600 tenaga ahli dan konsultan, baik nasional maupun internasional.