Desa Adat Sasak Ende, Bertahan di Era Millenial

MUS • Friday, 10 Jun 2022 - 14:16 WIB

Lombok - Geliat wisata di Desa Sasak Ende  atau Sade Kabupaten Lombok Tengah mulai terlihat. Kunjungan wisatawan mulai mengalir seiring melandainya covid 19.

Bajang Sami tokoh masyarakat  Desa Sasak menyampaikan bahwa saat ini per hari kunjungan wisatawan bisa mencapai lebih dari seratus. Bahkan wisatawan manca pun juga mulai berdatangan.

"Kami bersyukur setelah lebih 2 tahun wisata d desa kami mati suri, saat ini mulai kembali . Per hari ada 4 sampai dengan 5 bus rombongan wisatawan yang datang ke sini. Sebelum nya sangat sepi,  tak ada aktivitas," ujar Bajang Sami.

Diakui oleh Bajang Sami kehadiran sirkuit Mandalika sangat berpengaruh terhadap Desa Sasak Ende. Jarak antara Desa Sasak Ende dengan kawasan Mandalika bisa ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 20 menit.

Hal ini membuat Pemda Lombok Tengah menjadikan Desa Sasak Ende menjadi penyangga kawasan wisata Mandalika. Berbagai ketrampilan dan kemampuan bahasa asing diajarkan di desa yang didiami sekitar 135 jiwa tersebut.

"Desa Sasak Ende saat ini oleh Pemda Lombok Tengah dijadikan daerah wisata penyangga Mandalika karena memang sangat dekat. Pemda juga melakukan pelatihan kepada masyarakat desa agar bisa maksimal dalam melayani para wisatawan," lanjut Bajang Sami yang juga berprofesi sebagai pemandu wisata.

Para wisatawan yang datang ke Desa Sasak Ende akan mandapatkan suguhan kesenian tradisional yang khas yaitu  Gendang Beliq dan Tari Perisaian. Dua tarian tersebut menjadi daya tarik yang sajikan masyarakat setempat. Selain itu bentuk bangunan tradisional yang menggunakan atap dari daun dan lantai dari kotoran sapi juga menjadi ciri khas Desa Adat yang bertahan ditengah modernisasi. Diakui oleh Bajang Sami, masyarakat Sasak Ende terus bertahan meski berbagai budaya asing hadir disekitar mereka 

"Kita akan terus bertahan sampai kapanpun. Karena keunikan kami adalah kehidupan kami," pungkas Bajang Sami.

Desa  Adat Sasak Ende diresmikan sebagai desa adat pada tahun 1998. Sejak itu desa ini menggantungkan hidupnya dari sektor wisata dan bertahan hingga saat ini. Desa ini terdiri dari 30 rumah dengan warganya yang berjumlah 135 jiwa. (Her)