Talkwalker: Banyak Brand Gagal Terkoneksi dengan Perbincangan Konsumen

MUS • Thursday, 24 Mar 2022 - 12:37 WIB

Jakarta – Di masa ketika konsumen melakukan lebih dari 4 juta interaksi dengan brand per hari, mengatasi kekacauan data menjadi prioritas bagi brand agar lebih dekat dengan konsumen. Dengan melihat perbincangan sekitar 100 brand global selama 2 tahun terakhir, perusahaan consumer intelligence terkemuka Talkwalker mengidentifikasi ekspektasi atau harapan konsumen terhadap brand berdasarkan laporan terbarunya yang bertajuk Shape Tomorrow.

Hasil laporan itu terbagi dalam tiga kategori, yaitu ekspektasi konsumen yang berfokus pada diri sendiri (64%), masyarakat (35%), dan global (1%). Sementara konsumen lebih menginginkan produk yang lebih inovatif, lebih cepat, dan lebih baik, analisis Talkwalker menunjukkan bahwa terjadi peningkatan permintaan konsumen terhadap brand untuk mengadvokasi keragaman dan inklusi, meningkatkan standar hidup karyawan, dan memastikan produknya dapat diterima oleh konsumen yang lebih luas.

Laporan Shape Tomorrow mengidentifikasi 5 hambatan utama yang perlu diatasi brand agar terkoneksi dengan konsumen pascapandemi, termasuk kekacauan data, kurangnya kecepatan, kurangnya sumber daya, ketidakmampuan untuk membuktikan return of investment (ROI), dan ketidakpastian masa depan. Risikonya lebih tinggi dari sebelumnya bagi brand dalam hal mencapai kedekatan dengan konsumen, padahal brand yang customer centric tumbuh hampir 3 kali lebih cepat daripada rata-rata industri.

Managing Director APAC & Jepang Talkwalker Benjamin Soubies melihat adanya kesenjangan yang melebar antara apa yang disampaikan brand dan apa yang ingin didengar konsumen. “Pada pengalaman konsumen yang positif, misalnya kami telah melihat penurunan 17,5% dalam interaksi media sosial secara global dari Maret 2020 hingga Januari 2022. Pandemi telah mempercepat perubahan preferensi dan perilaku konsumen, dan brand membutuhkan paradigma baru untuk menyikapi evolusi cepat ini,” tuturnya.

Laporan ini juga mencakup kerangka kerja matang yang dapat membantu brand memahami sejauh mana kesiapan brand di masa depan, berdasarkan 3 elemen penting, yaitu data, teknologi, dan manusia. Hanya brand yang menguasai hal tersebut yang akan diterima oleh konsumen. Kedekatan dengan konsumen memungkinkan brand untuk mengubah data yang sesuai dengan persepsi konsumen terkini, memudahkan pengambilan keputusan, dan mendorong pertumbuhan brand.

“Dengan pemahaman yang tepat mengenai konsumen, brand dapat semakin terkoneksi. Consumer intelligence dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesenjangan antara konsumen dan brand, dengan menghadirkan wawasan secara real-time kepada tim yang tepat untuk memperkuat rancangan kampanye, layanan dan produk, yang akan membawa kesuksesan bisnis di masa mendatang,” ujar Ben. (*)