MenkopUKM Apresiasi Kolaborasi PPM Manajemen dan WWF, Tumbuhkan Perekonomian Melalui Industri Hijau

ANP • Wednesday, 23 Mar 2022 - 22:43 WIB

JAKARTA - Ekonomi sirkular atau ekonomi melingkar adalah sebuah alternatif untuk ekonomi linier tradisional (buat, gunakan, buang) dimana pelaku ekonomi menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenkopUKM), Teten Masduki, menyampaikan berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas pada Januari 2021, ekonomi sirkular berpotensi menambah gross domestic product (GDP) senilai Rp.593 Triliun hingga RP.638 Triliun dan mampu menyerap 4,4 juta pekerja serta mengurangi volume sampah hingga 18,53 % di tahun 2030.

“Menariknya berdasarkan data SMERU 2021 sebanyak 73% anak muda Indonesia berminat menjadi wirausahawan. Lebih lanjut jika kita melihat data UNDV90% UMKM tertarik dengan usaha yang ramah lingkungan dan inklusif. Kami terus mendorong start up anak muda yang bergerak di bidang ramah lingkungan, salah satunya dalam mengelola sampah plastik yang meningkatkan pendapatan dan pelestarian hingga 3 kali lipat,” ujarnya, di Jakarta, Rabu (23/3/2022). 

“Pengembangan UMKM ke depan harus diarahkan pada bisnis ramah lingkungan berbasis keunggulan lokal. Selain itu, pengembangan UMKM hijau inklusif  dan berkesinambungan merupakan tugas bersama dan harus terus diupayakan dengan kolaborasi dan kemitraan strategis antara pemangku kepentingan, baik pemerintah universitas, BUMN maupun sektor swasta lainnya,” lanjutnya.

Untuk itu, Menteri sangat menyambut baik gelaran yang diselenggarakan atas kolaborasi PPM Manajemen dan WWF, dalam upaya menumbuhkan perekonomian melalui industry hijau. “Saya berharap, gelaran webinar ini dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan dalam mewujudkan UMKM yang edukatif, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berkontribusi pada kecepatan pemulihan ekonomi Indonesia. UMKM bangkit Indonesia maju,” katanya.

Sementara itu, Deputi Kemenkop UKM Prof. Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di Indonesia, jumlah rata-rata produksi sampah mencapai 175 ribu ton per hari, atau setara dengan 64 juta ton per tahun.

“Jika kita masih melanjutkan kebiasaan penggunaan ‘business as usual’ (bisnis seperti biasa) terhadap sumber daya saat ini, maka pada tahun 2020 kebutuhan saat ini setara dengan 1,7 bumi. Dan pada tahun 2050 kita membutuhkan 3 kali dari bumi (tampungan-red) kita saat ini,” ungkapnya.

“Penerapan ekonomi sirkular dapat mengurangi emisi GRK dan bahkan membuat system pembangkit listrik yang carbon negative,” lanjutnya. 

 

Di dalam ekonomi sistem sirkular, penggunaan sumber daya, sampah, emisi, dan energi terbuang diminimalisir dengan menutup siklus produksi-konsumsi dengan memperpanjang umur produk, inovasi desain, pemeliharaan, penggunaan kembali, remanufaktur, daur ulang ke produk semula (recycling), dan daur ulang menjadi produk lain (upcycling). Dan ekonomi sirkular ini dapat diterapkan disemua sektor baik itu fast moving consumer goods, konstruksi, pertanian dan sebagainya, sehingga sangat strategis dalam upaya mengoptimalkan sumberdaya, melindungi lingkungan dan berkontribusi pada ekonomi nasional maupun global.

Sebagai contoh dan mendesak di Indonesia adalah, pada sektor plastik yang saat ini menjadi prioritas karena sebagai penyumbang kedua di dunia setelah negara Tiongkok dengan estimasi 0,48 – 1,29 juta metrik ton per tahun, oleh karenanya Presiden Jokowi bergegas untuk mengurangi 70% sampah plastik sampai dengan tahun 2025.

Kembali ke dalam konteks keberlanjutan produk plastik, konsep ekonomi sirkular dapat diterapkan melalui beberapa cara misalkan recycling plastik, upcycling plastik sebagai campuran aspal, mengubah plastik bernilai ekonomi rendah menjadi bahan bakar atau energi, dan sebagainya.

Dalam laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas pada Januari 2021, disebut pendekatan ekonomi sirkular memberikan dampak berarti bagi ekonomi, lingkungan, dan sosial di tanah air. Dari segi ekonomi, misalnya, ekonomi sirkular berpotensi menumbuhkan tambahan gross domestic product (GDP) senilai Rp 593 triliun – Rp638 triliun pada 2030. Dari jumlah ini, lima sektor penting yang berpeluang mengadopsi pendekatan seperti makanan-minuman, tekstil, konstruksi, retail, dan elektronik berkontribusi hingga Rp312 triliun. Sedangkan, di sektor lingkungan, pendekatan ini bisa mengurangi volume sampah hingga 18,53 persen pada 2030 dan menyerap tenaga kerja 4,4 juta orang.

Dari manfaat yang besar tersebut, masih terdapat tantangan yakni perlunya dukungan Pemerintah seperti kebijakan serta insentif, mahalnya peralatan dan dukungan infrastruktur, ketersediaan pasokan bahan baku, ketersediaan informasi, ketersediaan sumber daya manusia dan  pengetahuan yang terakhir adalah  dukungan publik melalui perkuatan  pemahaman masyarakat terhadap ekonomi sirkular yang melahirkan kesadaran dan partisipasi untuk makin mengutamakan produk-produk ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

WWF dengan program Smart City Bersama Sekolah Tinggi Manajemen PPM saat ini ingin menjawab tantangan tersebut melalui gagasan untuk membangun dan memperkuat ekosistem sirkular. Diharapkan dapat menjadi pusat penguatan kapasitas sumberdaya manusia, pengetahuan, wadah berbagi gagasan dan jejaring yang berhubungan dengan ekonomi sirkular. Sebagai langkah awal adalah dengan membangun awareness dan menjaring gagasan para pihak untuk dapat nantinya diformulasikan kedalam isian implementasi.

Tujuan Webinar series kali ini adalah sebagai upaya memetakan dan menjaring gagasan dalam mendukung ekosistem circular economy melalui kemitraan para pihak dimana Indonesia telah mengadopsi konsep circular economy kedalam visi 2045. tantangan penerapan dan kesenjangan dengan kondisi aktual saat ini perlu ditangani bersama. Pemikiran ini perlu ditindak lanjuti dengan penyusunan strategi yang komprehensif dan kolaborasi antar pemangku kepentingan, seperti kementerian atau lembaga, pemerintah daerah, akademisi, dunia usaha industri dan mitra pembangunan yang dituangkan dalam policy brief terkait circular economy di Indonesia.

Beberapa momen yang dapat diangkat untuk membangun kemitraan nasional serta global terdapat  dua acara strategis  yakni Pada bulan April 2022, Global Filantropi Alliances dan acara puncak G20 bulan Oktober 2022 di Bali dan Jakarta. Adapun kedua acara strategis internasional tersebut salah satunya akan  membahas masalah pengurangan beban lingkungan terutama sampah plastic, mengingat pentingnya rangkaian acara tersebut maka  WWF dan PPM akan menangkap peluang tersebut melalui penyusunan dan diseminasi policy brief dalam rangka membangun dan menjalin kemitraan para pemangku kepentingan baik nasional maupun internasional pada dukungan gagasan pendirian center of excellent circular economy. (ANP)