GUSDURian Peduli Salurkan Bantuan Kepada Warga Terdampak Erupsi Semeru yang Terisolir

MUS • Thursday, 9 Dec 2021 - 16:20 WIB

Lumajang – GUSDURian Peduli terus menyalurkan bantuan kepada warga terdampak erupsi Gunung Semeru. Beberapa wilayah yang terisolir dan belum mendapatkan bantuan menjadi target utama penyaluran bantuan sembako dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. 

Sampai saat ini, Kamis 9 Desember 2021, beberapa wilayah yang telah mendapatkan penyaluran bantuan tim GUSDURian Peduli antara lain Dusun Bondeli Selatan, Dusun Bondeli Utara, Sumberwuluh, Sumbermujur, Kamarkajang, Sumbersari, Lampeni dan beberapa wilayah lainnya.

Sebagaimana berdasarkan keterangan tim GUSDURian Peduli di lapangan, dua wilayah dari beberapa wilayah terdampak tersebut terdapat ratusan lebih warga yang mengungsi secara mandiri. 

Dua wilayah tersebut yaitu Dusun Bondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro dan Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. 

Mereka mengungsi di rumah-rumah warga dan musholla yang tidak terdampak erupsi Gunung Semeru. Namun, mereka setiap pagi kembali ke rumahnya untuk sekedar mengecek kondisinya. 

”Kami terus berupaya menyalurkan bantuan kepada warga terdampak erupsi Semeru secara cepat dan tepat. Khususnya kepada warga yang terisolir dan belum mendapatkan bantuan,” kata Beny Resmana, Koordinator Tim Respon GUSDURian Peduli.

Sebab, kata Beny, selain banyak warga yang mengeluhkan belum mendapatkan bantuan, beberapa wilayah lainnya juga sulit diakses. Dia mencontohkan seperti warga yang mengungsi di Dusun Bondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

Dia mengatakan akses ke salah satu wilayah tersebut hanya dapat diakses dengan sepeda motor. Padahal, dia menyebutkan terdapat kurang lebih 200 warga yang mengungsi di rumah-rumah warga dan musholla di wilayah tersebut.

”Wilayah-wilayah seperti itulah yang menjadi target utama kami. Apalagi, warga disana cerita jika bantuan yang datang sering tidak sampai,” ungkapnya.  

Sementara itu, warga terdampak erupsi Gunung Semeru mengaku masih trauma sampai saat ini. Mereka seringkali ketakukan ketika ada informasi gunung tertinggi di Pulau Jawa ini erupsi kembali. 

”Saya masih trauma sampai saat ini, saya khawatir terjadi erupsi susulan. Makanya, saya dan keluarga putuskan untuk ngugsi hingga kondisinya sudah benar-benar kondusif,” kata Pak Acid saat ditemui tim GUSDURian Peduli di rumahnya.

Meski demikian, dia mengatakan juga seringkali mengecek rumahnya setiap pagi. Setelah selesai, dia menyampaikan langsung kembali ke tempat pengungsian. 

”Kalau pagi, saya ke sini (rumah), mengecek kondisi rumah. Setelah semuanya selesai, saya kembali ke atas (Gunung Sawur), ngungsi. Karena masih trauma,” ungkapnya. 

Berbeda halnya dengan Ngatiman, kakek 80 tahun ini mengaku tidak mau kembali ke rumahnya di Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh untuk sementara waktu. 

Meski kondisi rumahnya tidak rusak parah dan terendam abu vulkanik seperti rumah-rumah warga lainnya, dia mengaku masih trauma. Apalagi, erupsi susulan bisa terjadi kapan saja.

Oleh karena itu, dia bersama istrinya memutuskan untuk mengungsi hingga ada kejelasan situasi dan kondisi erupsi Gunung Semeru.

”Saya disini mengungsi sama istri. Saya tidur di musholla depan rumah (warga) ini,” kata dia kepada tim Gusdurian Peduli saat ditemui di rumah warga.

Dia bercerita, saat terjadi erupsi Gunung Semeru, dia bersama istrinya hanya berpikir bagaimana caranya menyelamatkan diri. Dia sudah tidak berpikir bagaimana rumah dan beberapa barang berharganya.

”Tidak tau kondisi rumah seperti apa sekarang. Saya hanya berhasil menyelamatkan KTP, KK. Sisanya, seperti TV, sepeda motor dan lain-lainnya di rumah,” kata kakek 80 tahun ini. (Her)