Maraknya Mural Kritik Pemerintah, Murni Masyarakat atau Pihak Lain?

FAZ • Wednesday, 25 Aug 2021 - 18:11 WIB

Jakarta - Banyaknya mural mengkritik pemerintah yang terlihat pada beberapa daerah di Jakarta, Tangerang, Ciledug, dan bahkan meluas hingga kota Solo dan Yogyakarta, menimbulkan banyak pertanyaan dan perhatian dari masyarakat. Pertanyaannya, apakah mural tersebut murni suara rakyat atau dikoordinir pihak lain?

Dosen Fisipol UGM Mada Sukmajati mengatakan, fenomena mural ini merupakan aksi anak muda yang ingin menyampaikan kegelisahannya.

“Ini merupakan fenomena di mana anak muda ingin menyampaikan kegelisahannya. Tetapi karena lembaga-lembaga politik tidak mampu merespon, akhirnya mereka mengekspresikan kegelisahannya itu dengan mural-mural tersebut,” kata Mada kepada Radio Trijaya, Rabu (25/8/2021).

Aksi-aksi tersebut dinilai sudah perlu diperhatikan. Ekspresi-ekspresi dan tuntutan masyarakat seperti ini perlu segera direspon. Menurut Mada, mural tersebut adalah murni dari suara rakyat.

“Saya melihat bahwa ini adalah kegelisahan anak muda kelas menengah di daerah perkotaan yang mencoba untuk mengekspresikan kegelisahannya. Dan saya kira karakter anak muda seperti ini kan, sepertinya tidak bagian dari yang direncanakan pihak tertentu,” ujarnya.

Mural tersebut dipandang sebagai spontanitas anak muda, yang kebanyakan tidak terlalu percaya kepada partai, pemilu, politik, sehingga banyaknya mural ini murni dari ekspresi anak muda.

Di sisi lain, Staf Khusus Mensesneg Faldo Maldini mengatakan, pada awal mula ada mural dikarenakan tertutupnya ruang dialog antara masyarakat dan pemerintah.

“Dulu, kenapa ada mural itu karena ruang dialog kan tertutup dan akhirnya orang menulis di dinding. Nah sekarang kan kita pengen mengatakan bahwa itu memang terjadi tapi kan ruang dialognya terbuka,” kata Faldo.

Anak muda bisa menyampaikan ekspresi mereka melalui akses secara formal seperti surat ke Presiden, surat kepada menteri terkait, menyampaikan pernyataan melalui media sosial, atau konten-konten lainnya. Terkait penghapusan mural, Faldo menilai karena bersifat tidak membangun bahkan penghinaan.

“Kritik itu kan sifatnya membangun, permasalahannya kalau sifatnya justru sebaliknya, ini kan menjadi sebuah penghinaan," jelasnya.