Wapres Dorong Indonesia Jadi Produsen Produk Halal Terbesar  di Dunia

AKM • Thursday, 3 Jun 2021 - 13:23 WIB

Tangerang Selatan- Berdasarkan data dari World Population Review, saat ini populasi umat muslim dunia mencapai 1,9 milyar jiwa dimana Indonesia menjadi negara muslim terbesar dengan populasi mencapai 229 juta jiwa. Angka tersebut merupakan 87,2% dari populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 276,3 juta jiwa, atau 12,7% dari populasi muslim dunia. 

“Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang besar bagi produk muslim, dan tidak hanya itu, dengan sumber daya yang dimiliki Indonesia memiliki peluang untuk menjadi produsen dan eksportir produk halal terbesar di dunia,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Ma”ruf Amin dalam pembukaan acara Industrial Moslem Exhibition (ii-Motion) 2021 secara Virtual, di ICE BSD Tangerang Selatan, kamis ( 3/05/21).

Menurut Wapres​, Indonesia memiliki potensi pasar produk muslim yang sangat besar untuk berbagai komoditi. Mengacu dari sumber data yang sama, peringkat Ekonomi Syariah Indonesia –yang diukur berdasarkan Indikator Ekonomi Islam Global– terus naik hingga pada tahun 2019 menduduki peringkat empat dunia, setelah Malaysia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab. 

“Indikator tersebut diukur pada 6 sektor, yaitu makanan dan minuman, jasa keuangan, perjalanan ramah muslim, modest fashion, farmasi dan kosmetik, serta media dan rekreasi,” jelas Ma’ruf.

Ma’ruf menjelaskan, Kenaikan peringkat pada tahun 2019 tersebut dipengaruhi oleh peringkat Indonesia pada sektor media dan rekreasi yang melesat naik 47 posisi ke posisi 5, pada sektor farmasi dan kosmetik yang naik 19 posisi ke peringkat 6, dan pada sektor makanan dan minuman yang naik 8 posisi ke peringkat 4 dibandingkan dengan tahun 2018.Perkembangan ini sangat menggembirakan. 

“Hal tersebut tak lepas dari mulai diberlakukannya Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal pada bulan Oktober 2019, yang menjadi faktor pendorong utama meningkatnya nilai indikator Indonesia tersebut khususnya pada sektor makanan dan minuman serta farmasi dan kosmetik yang halal,” tuturnya.

Ma’ruf menjelaskan jika mengukur potensi ekonomi industri halal berdasarkan komoditasnya, pengeluaran masyarakat muslim dunia pada komoditi makanan dan minuman halal pada tahun 2019 mencapai USD 1,17 trilyun, meningkat 3,1% dibandingkan tahun sebelumnya dan diperkirakan pada tahun 2024 akan mencapai USD 1,38 trilyun, dimana Indonesia menjadi konsumen terbesar dengan nilai konsumsi mencapai USD 144 milyar, disusul dengan Bangladesh dan Pakistan. Pada komoditi modest fashion, pengeluaran masyarakat muslim dunia mencapai USD 277 milyar, meningkat 4,2% dari tahun sebelumnyadan diperkirakan pada tahun 2024 akan mencapai USD 311 milyar.

“Kondisi ini merupakan sebuah peluang besar mengingat di Indonesia modest fashion berkembang pesat seiring semakin gencar dan luasnya jangkauan pasar termasuk pasar digital.,” tegas Ma’ruf 

Ditambah lagi dengan campaign Indonesia sebagai Pusat Fesyen Muslim Dunia semakin menegaskan fokus Indonesia pada sektor ini yang turut didukung oleh hadirnya desainer, komunitas dan asosiasi fesyen muslim, serta peran influenceryang mempromosikan fesyen muslim Indonesia. Berbagai program fesyen muslim juga secara rutin diselenggarakan oleh Pemerintah maupun asosiasi dan komunitas fesyen muslim menunjukkan besarnya animo masyarakat terhadap perkembangan fesyen muslim di Indonesia.  

“Demikian juga pada komoditi kosmetik halal, konsumsi masyarakat muslim dunia mencapai USD 66 milyar, meningkat 3,4% dibandingkan tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Ma’ruf Mengatakan, Potensi Indonesia sebagai pasar produk muslim perlu diimbangi dengan peningkatan kinerja ekspor Indonesia dan potensi produk kita untuk masuk ke pasar negara-negara OKI. Berdasarkan data dari OKI Economic Outlook2020, di antara negara-negara anggota OKI,Indonesia menjadi eksportir terbesar ke-limadengan proporsi 9,3%, di bawah Arab Saudi (14,5%), Malaysia (13,3%), Uni Emirat Arab (12,3%), dan Turki (10,1%). 

“Indonesia juga merupakan importir terbesar ke-empat dengan proporsi 8,4%, di bawah Uni Emirat Arab (12,2%), Turki (12,1%) dan Malaysia (11,8%),” imbuhnya.

Ma’ruf mengungkapkan, jika dibandingkan secara global, ekspor produk halal Indonesia saat ini baru berkisar 3,8% dari total pasar produk halal dunia. Untuk meningkatkan kontribusi tersebut perlu dilakukan berbagai upaya, salah satunya melalui penyelenggaraan event berskala nasional dan internasional untuk mendorong promosi dan publikasi produk muslim Indonesia yang memang sudah mengalami kemajuan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sehingga akan semakin dikenal di mata dunia.

“Dengan berbagai potensi tersebut, ditambah dengan dukungan pemerintah dalam perkembangan industri halal, saya optimis bahwa Indonesia dapat menjadi produsen produk halal terbesar di dunia dalam waktu mendatang,” harapnya.