Pimnas PPI: Hari Lahir Pancasila Harus Jadi Momentum Membumikan Pancasila Dalam Kehidupan

ANP • Tuesday, 1 Jun 2021 - 10:35 WIB

JAKARTA - Hari ini, 1 Juni 2021 diperingati sebagai hari Lahir Pancasila. Dalam peringatan tersebut Pimpinan Nasional (Pimnas) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) menyampaikan pernyataan sikap agar peringatan Hari Lahir Pancasila harus dijadikan momentum untuk semakin membumikan Pancasila menjadi dasar dan landasan bagi sikap dan perilaku yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

"Bukan sekadar acara seremonial tahunan dan nostalgia sejarah," tegas Presidium Pimnas PPI, Andy Soebjakto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (1/6/2021).

Menurutnya, budaya Demokrasi Pancasila sangat mendesak untuk dihadirkan dalam perikehidupan politik, terutama oleh partai-partai politik, para elit politik, para tokoh utama bangsa, sehingga proses demokratisasi di Indonesia, tidak semakin diwarnai oleh liberalisme politik yang berbiaya mahal dan jauh dari spirit persaudaraan dan persatuan.

"Kompetisi politik yang liberal dan berbiaya mahal (padat modal) yang bertemu dengan arus politik aliran akan bisa memunculkan efek destruktif bagi demokrasi kita," ujarnya.

Andy menjelaskan, Pancasila harus disosialisasikan dan dipraktekkan dengan semangat merangkul dan mempersatukan kemajemukan kita. Bukan memukul dan menyingkirkan karena perbedaan.

"Bhinneka Tunggal Ika adalah pesan mendasar untuk mempraktekkan Pancasila inklusif dan tidak justru dijadikan sebagai alat pukul politik. Semangat kekitaan yang harus dimajukan, bukan semangat keakuan," katanya.

Selain itu, Pimnas PPI juga mendesak BPIP untuk makin berperan dalam merumuskan formula operasional tentang ber-Pancasila di dalam setiap dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk dengan makin banyak mengundang masukan dari berbagai elemen publik.

"Lebih utama lagi adalah bagi generasi baru dan kaum milenial yang mempunyai kharakter dan cara pandang baru," tambahnya.

Pihaknya juga mendesak para aktor politik, pemerintahan dan ekonomi untuk benar-benar memperhatikan masalah ketimpangan sosial dan ekonomi. Realitas kehidupan sosial dan ekonomi yang timpang adalah faktot yang paling potensial menyulut terjadinya konflik horisontal.

"Prinsip Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi tidak akan kesulitan mengejawantah (mewujud), jika Keadilan Sosial jauh di awang-awang. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat, bukan adil hanya untuk golongan tertentu," kilahnya. (ANP)