BKKBN Jalin Kerjasama dengan Jepang Turunkan Stunting dan Atasi Masalah Lansia

ANP • Friday, 28 May 2021 - 08:16 WIB

JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendapatkan amanah dari Presiden Republik Indonesia menjadi Koordinator Pelaksanaan untuk percepatan pencegahan stunting di Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara berdasarkan data _Global Nutrition Report_ 2016. Target penurunan prevalensi stunting di Indonesia diselaraskan dengan target global, yaitu target _World Health Assembly_ (WHA) untuk menurunkan prevalensi stunting sebanyak 40% pada tahun 2025 dari kondisi tahun 2013. Sebagaimana diketahui dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 bahwa penurunan prevalensi Stunting balita di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi 30,8% (2018).

Selain itu, target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ _Sustainable Development Goals_ (TPB/SDGs) adalah menghapuskan semua bentuk kekurangan gizi pada tahun 2030. Sedangkan berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, saat ini telah terjadi penurunan prevalensi stunting dari 30,8% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018) menjadi 27,67% tahun 2019.

Kepala BKKBN, Dr. (H.C), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menjelaskan, “Target penurunan angka stunting di Indonesia pada tahun 2024 di angka 14%, sedangkan Jepang memiliki angka Stunting 7,1% Tahun 2014 (kemkes.go.id, 2020). Untuk itu dalam penaganan stunting, Indonesia diharapkan dapat mengambil _best practices_ dari Jepang yang giat dalam meningkatkan gizi rakyatnya dengan konsumsi ikan dan pola asuh kepada balitanya. Jepang dapat bersaing secara sumber daya manusia dengan negara-negara di Eropa. Selain itu, Jepang dikenal sebagai negara yang mampu mengatasi masalah lansia,” terang dokter Hasto.

“Salah satu fokus Program BKKBN adalah membangun ketahanan dan kesejahteraan antar keluarga. Oleh karena itu, BKKBN menjalankan pelaksanaan programnya sesuai dengan pendekatan siklus hidup manusia yang tahapannya adalah mulai dari janin, neonatal, bayi, anak usia sekolah, remaja, dewasa, dan lanjut usia. BKKBN memiliki program khusus yang dibuat untuk setiap tahap siklus hidup. Beberapa permasalahan yang ada di Indonesia yang dapat menyebabkan stunting pada anak antara lain tingginya jumlah ibu hamil muda yang menderita anemia, bayi lahir dengan berat dan panjang rendah, bayi lahir prematur, perempuan menikah pada usia muda 10-19 tahun, dan kehamilan dengan jarak kurang dari 2 tahun atau 24 bulan”, jelas dokter Hasto pada saat membuka acara _“Ambassador Talks”_ : Redefining Population Dynamic of Elderly by Improving Nutrition Status to Prevent Stunting at Early Ages bertempat di Hotel Westin, Jakarta/27/05/2021.

Dokter Hasto juga menerangkan, “Persentase penduduk lanjut usia di Indonesia terus meningkat, angka ini berbanding terbalik dengan persentase penduduk balita yang cenderung menurun. Persentase penduduk lanjut usia menunjukkan struktur penduduk Indonesia yang mulai mengalami penuaan mulai tahun 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen. Bahkan dari hasil proyeksi Badan Pusat Statistik, diperkirakan pada tahun 2045 jumlah lansia di Indonesia akan mencapai hampir seperlima dari total penduduk Indonesia. Perubahan struktur usia terjadi karena adanya perubahan pada tiga aspek penduduk, yaitu kesuburan, kematian, dan migrasi,” terang dokter Hasto.

“Penduduk lanjut usia terus mengalami peningkatan sejalan dengan kemajuan di bidang kesehatan yang ditandai dengan peningkatan angka harapan hidup dan penurunan angka kematian. Perkembangan demografis ini dapat berdampak pada kesehatan, ekonomi dan sosial. Untuk itu, diperlukan data terkait keberlanjutan sebagai bahan pemetaan dan strategi kebijakan agar pertumbuhan penduduk lanjut usia menjadi potensi yang membantu membangun bangsa”, tambah dokter Hasto.

Pada kesempatan yang sama Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD menyebutkan”, Sekitar 60,96 persen lansia masih memiliki pasangan atau sudah menikah pada tahun 2020, sedangkan sisanya belum memiliki pasangan, baik karena belum menikah, bercerai, maupun hidup sebagai janda yang ditinggal mati oleh suami. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase status perkawinan lanjut usia di perkotaan dan perdesaan (60,42 persen berbanding 61,56 persen). Berdasarkan jenis kelamin, persentase lansia pria kawin (81,77 persen) dua kali lipat persentase lansia wanita kawin (41,97 persen). Kondisi ini dimungkinkan mengingat pria biasanya tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga membutuhkan pendamping untuk membantu mereka. Dapat dikatakan bahwa ada kecenderungan pria yang lebih tua untuk menikah lagi setelah pasangannya meninggal”, imbuh Rizal

Mr. Tri Purnajaya _Deputy Chief of Mission Embassy of Indonesia in Tokyo, Japan_ menyebutkan,” Perbandingan Penduduk Berdasarkan usia antara Indonesia dan Jepang; berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2020 total penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa yang mana jumlah usia produktif lebih mendominasi sebanyak 70,7 persen dari total penduduk; usia 0-14 sebanyak 19,6 persen dari total penduduk; dan usia diatas 65 sebanyak 9,8 persen dari total penduduk, sedangkan berdasarkan _Statistic Bureau Home Japan_ 2021 total penduduk Jepang 125,36 juta jiwa yang mana jumlah usia produktif penduduk Jepang lebih sedikit dibanding usia produktif penduduk Indonesia yaitu hanya sebesar 59,2 persen dari total penduduk; usia 0-14 tahun sebanyak 12 persen dari total penduduk; dan 28,8 persen di atas usia 65 tahun, nilai ini lebih besar dari jumlah lansia penduduk Indonesia.

Mr. Kenji Kanasugi _Ambassador of Japan to the Republic of Indonesia_ menambahkan,” Meskipun jumlah penduduk Jepang akan mengalami penurunan rasio lansia terutama penduduk berusia 75 tahun ke atas, namun diproyeksikan kelompok usia ini akan terus meningkat,” imbuh Kenji.

Adapun tujuan dari acara " _Ambassador Talks_ "  ini merupakan salah satu wujud kerjasama antara BKKBN dengan Jepang diantaranya adalah; (1) memperkuat kerjasama BKKBN dengan Jepang; (2) bekerja sama untuk mengatasi masalah populasi yang menua; (3) bekerja sama untuk mengurangi stunting; (4) mengembangkan peluang kreasi bersama dan inovasi terkait program bangga kencana, pendidikan, pelatihan, teknologi dan pengetahuan. (ANP)