Jelang Lebaran, Pemprov Jatim Beri Perhatian Khusus Bagi Santri dan Pekerja Migran

MUS • Friday, 23 Apr 2021 - 10:15 WIB

Surabaya - Pemprov Jatim memberikan perhatian khusus terhadap pekerja migran Indonesia (PMI ) yang diperkirakan akan segera membanjiri Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, kedatangan para pekerja migran tersebut bukan karena mudik, melainkan kontrak kerja mereka yang telah habis waktu. Diperkirakan jumlah mereka mencapai 14 ribu pekerja migran. Jumlah tersebut mengalami kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 2100 pekerja migran.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan akan ada perlakuan khusus terhadap para pekerja migran asal Jawa Timur. Selain untuk mencegah klaster PMI, juga sebagai upaya menghormati mereka yang punya andil dan berkontribusi bagi  daerah dengan bekerja di luar negeri.

" Perlakuan khusus tersebut sebagai upaya agar semua aman, tidak terjadi klaster PMI. Selain itu juga menghormati mereka yang sudah bekerja di luar negeri dan punya peran bagi daerahnya," ujar Khofifah. 

Diperkirakan kedatangan mereka bertahap. Setiap hari jumlah PMI yang tiba di Jawa Timur antara 600 sampai dengan 700 orang. Mereka kemudian menjalani pemeriksaan untuk memastikan bebas covid 19, baru kemudian diantar ke daerah. Selanjutnya di daerah, Gubernur minta mereka ditampung dulu di pendopo pemda untuk kembali menjalani pemeriksaan dan baru kemudia pulang ke rumah masing - masing.

"Proses yang dilalui setiba di Jatim, mereka akan diperiksa dulu untuk memastikan bebas covid dan baru kemudian diantar ke masing - masing wilayah. Saya minta para kepala daerah juga mengawal proses ini agar benar - benar tidak ada penyebaran covid di daerah mereka yang berasal dari pekerja migran," lanjut Khofifah.

Selain PMI, para santri juga akan mendapatkan pengawalan khusus untuk pulang kampung. Kepala Kanwil Kemenag Jatim  Ahmad Zayadi menyampaikan, sudah ada instruksi dari Pemprov Jatim agar proses pemulangan para santri dikoordinasikan dengan mengedepankan protokol kesehatan.

"Nantinya para santri akan diantar dengan bus hingga sampai titik penjemputan. Dan nanti sampai titik penjemputan sudah ada tim yang menjemput dan prosedurnya tetap berpijak pada aturan protokol kesehatan agar tidak ada klaster seperti tahun lalu," ujar  Ahmad Zayadi.

Jawa Timur mempunyai pengalaman klaster pesantren pada tahun lalu. Terutama pesantren besar dengan santri yang jumlahnya mencapai ribuan. Gubernur dalam rakor PPKM kemarin menekankan kembali agar peristiwa tahun lalu tidak terulang dengan lebih ketat menerapkan protokol kesehatan khususnya untuk santri dan pekerja migran. (Her)