Belum Baligh, Dokter Minta Orangtua Jangan Paksa Anak Puasa Penuh

MUS • Monday, 12 Apr 2021 - 14:32 WIB

Jakarta - Sebentar lagi umat Muslim Indonesia akan berpuasa Ramadhan. Apakah Anda siap menjalaninya meski masih di tengah pandemi Covid-19? Apakah anak Anda pun sudah disiapkan untuk bisa puasa 'full' seharian?

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Aryono Hendarto, meminta agar orangtua tidak memaksakan anak-anak mereka untuk berpuasa 'full' di bulan Ramadhan.

"Kecuali dia sudah baligh. Kalau anak laki-laki ditandai sudah mimpi basah, sedangkan anak perempuan sudah haid. Itu baru wajib. Kalau belum baligh, jangan dipaksa, ya," kata Prof Aryono dalam Webinar, Senin (12/4/2021).

Hal ini karena akan mengganggu pribadi si anak itu sendiri. Terlebih, jika orangtuanya sampai memberikan ancaman atau hukuman pada si anak yang belum baligh jika tidak berpuasa 'full' seharian.

Padahal, di usia anak yang belum baligh, sebaiknya puasa Ramadhan itu sifatnya 'pembelajaran' bukan 'kewajiban'. Ini mesti dibedakan sehingga si anak pun benar-benar siap untuk berpuasa Ramadhan pada waktunya nanti.

Makanya, ketika si anak yang belum baligh itu ternyata hanya kuat setengah hari atau per 3 jam puasa, sebagai orangtua, kata Prof Aryono, Anda tidak boleh memarahinya. "Sebab, mereka masih tahap belajar, belum kewajiban. Di situ peran orangtua hadir memberikan dukungan serta pemahaman ke si anak mengenai makna puasa Ramadhan yang benar," ujarnya.

"Orangtua pun jangan membanding-bandingkan anak sendiri dengan anak orang lain atau juga anak kandung lainnya. Sebab, setiap anak punya karakternya sendiri dan tak bisa disamakan," ungkapnya.

Namun Prof Aryono mengatakan bahwa ketika si anak yang belum baligh memang mau atas keputusannya sendiri untuk berpuasa 'full', ya, ini tidak masalah. Asalkan memang si anak yang mau bukan tanpa alasan apapun.

"Enggak bisa dipungkiri juga banyak anak-anak yang masih berusia 8 tahun misalnya, mereka sudah kuat puasa seperti orang dewasa. Kalau memang itu atas dasar kemauannya sendiri, orangtua harus mendukungnya selagi memperhatikan kondisi kesehatannya. Jika terlihat ada penurunan kondisi kesehatan, ditandai dengan urin berwarna kuning pekat atau sampai coklat, maka jangan diteruskan puasanya," papar Prof Ari.

Jadi, ketika ditanya kapan waktu yang tepat buat si anak mulai belajar puasa Ramadhan?

"Ya, sejak usia sekolah yaitu 6-10 tahun. Kalau lebih muda misalnya usia di bawah 5 tahun, ada baiknya dikenalkan makna Ramadhan yang lain karena begitu banyak hal yang baik di bulan suci ini," tambahnya.