DKI Jamin Ketersediaan-Keamanan Pangan Di Jakarta Jelang Ramadhan

FAZ • Thursday, 25 Mar 2021 - 21:39 WIB

Jakarta - Pemprov DKI bersama berbagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pangan di Ibu Kota, menjamin ketersediaan dan keamanan pangan di Jakarta menjelang bulan Ramadhan yang diperkirakan mulai pada pertengahan April 2021.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Kamis (25/3/2021), menyebutkan bahwa merupakan komitmen Pemprov dan BUMD di DKI untuk memastikan ketersediaan pangan yang mudah didapat dan harga yang bisa dijangkau.

"Artinya menjelang Ramadhan ini pangan dapat dipenuhi dan tidak ada kenaikan signifikan (harga)," kata Riza dalam webinar Balkoters bertajuk "Stabilitas Pangan Jelang Ramadan" di Jakarta secara virtual.

Sejauh ini, lanjut Riza, berdasarkan laporan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP), serta BUMD pangan yakni Pasar Jaya, Dharma Jaya, dan Food Station, tidak ada permasalahan pada ketersediaan pangan walau tengah dalam situasi pandemi COVID-19.

Namun demikian, Riza mengakui biasanya ada peningkatan harga komoditas pangan sebesar 10 hingga 15 persen dari sebelum Ramadhan yang di satu sisi merupakan peningkatan pendapatan pedagang, meski bagi konsumen dianggap memberatkan, akan tetapi masih bisa terjangkau masyarakat.

Selain itu, DKI juga melakukan pengawasan keamanan pangan di mana sudah 1.820 sampel di pasar modern dan tradisional yang hasilnya disebut Riza 100 persen aman.

"DKI berkomitmen menjaga stabilitas yang menjadi tugas BUMD Pangan dan Dinas KPKP yang memastikan stabilitas pangan dengan pengawasan harga dan stok lewat pasar murah hingga keamanan makanannya. Kita berkolaborasi dengan berbagai elemen tidak hanya memastikan cukup tapi murah," ujarnya.

Dirut Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin menjelaskan bahwa dalam usaha stabilitas pangan termasuk saat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2021, peran BUMD yang terbagi dua dari yang menangani hulu (Dharmajaya, Food Station) dan yang menangani hilir (Pasar Jaya) menjadi penting.

"Tentu dengan ditambah pendampingan dari Dinas KPKP DKI, Biro Perekonomian dan Bank Indonesia untuk memonitor agar proses stabilitas pangan ini berjalan baik," kata Arief di kesempatan yang sama.

Dalam usaha Pasar Jaya, kata Arief, saat ini terus bergerak memperbanyak rantai-rantai penyaluran pangan di Jakarta yang sudah dimulai sejak 2016-2017 sampai sekarang demi memperpendek mata rantai penyaluran pangan.

Sampai saat ini, ada empat Jakgrosir sebagai lumbung pangan pedagang pasar dan pemegang KJP. Kemudian ada outlet-outlet sebagai "lumbung" kecil yang sekarang sudah masuk ke kelurahan dan kecamatan dengan jumlah yang lumayan signifikan.

"Berbagai usaha ini untuk menyederhanakan mata rantai dan Pasar Jaya dengan Dharma Jaya, menjadi barometer dan peran langsung dari produsen kepada pedagang," ucapnya.

Selain itu, Arief menyeut bahwa pihaknya juga melakukan pergeseran pada barang-barang beku yang dinilainya saat ini menjadi salah satu hal yang sangat penting di Jakarta, karena menjadi salah satu pilihan untuk bisa membuat protein masyarakat itu tetap terjaga dan utuh, lewat penyediaan banyak gudang berpendingin (cold storage) dan memperbanyak mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS).

"Hal ini, dimaksudkan untuk memastikan stabilisasi atas harga kebutuhan seperti bawang dan cabe itu relatif bisa dikendalikan, walaupun memang secara tantangan masih perlu kapasitas yang lebih besar," katanya.

Dengan kondisi COVID-19 ini dengan harga cabe rawit merah yang tinggi dikarenakan panen yang belum terjadi menjelang Ramadhan ini, tutur Arief, Pasar Jaya sebagai bagian dari BUMD pangan ingin memastikan distribusi ini tepat guna, tepat sasaran.

Ke depan, Pasar Jaya akan mengkaji teknologi pengeringan terutama untuk cabai, dengan harapan ke depannya bisa dipastikan pengelolaan cabai ini lebih baik.

"Ke depan pengelolaan cabai ini bisa sebagai groseri, karena sudah bisa dilakukan pengeringan, dan ini masih menjadi salah satu effort kami ke depannya," tutur Arief menambahkan.