Jelang Panen Raya, Gubernur Jatim Minta Bulog Tingkatkan Pembelian Beras Petani

MUS • Thursday, 25 Mar 2021 - 14:55 WIB

Surabaya - Menjelang puncak masa panen, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau gudang  Bulog Divre Jawa Timur untuk meningkatkan penyerapan beras dari petani.

Gubernur Khofifah meminta kepada Bulog untuk meningkatkan serapan pembelian dari 1.500 ton menjadi 2.000 ton beras. Hal itu menjadi penekanan yang disampaikan Gubernur Khofifah usai meninjau gudang Perum Bulog Sub Divre Surabaya Utara di Buduran, Sidoarjo, Kamis (25/3/2021) siang.

Gubernur Khofifah meminta agar Bulog meningkatkan serapan beras petani dengan harga minimal sesuai Harga Pokok Penjualan (HPP).

“Jadi pergerakan penyerapan beras oleh Bulog harus ditingkatkan. Jika biasanya Bulog menyerap beras masyarakat 1.500 ton per hari, maka hari ini saya minta bergerak menjadi 2.000 ton per hari,” ujar Gubernur Khofifah.

Peningkatan serapan beras masyarakat oleh Bulog harus dilakukan seiring dengan masa puncak panen padi yang akan tiba di ahir Maret sampai pertengahan April mendatang. Daerah penghasil beras mulai panen, dan harus segera diserap sebagai langkah kongkrit perlindungan pemerintah pada petani.

“Saya juga sudah sampaikan usul ke Pemerintah Pusat, kalau ada beras yang harus diserap jangan sampai harga gabah dan beras di bawah HPP. Dan saya juga usul agar ada kebijakan seperti tahun lalu, dimana bank himbara ikut menyerap beras saat sedang menuju puncak panen seperti hari-hari ini,” ucap Gubernur Khofifah.

Maka perlindungan pada petani terutama produsen beras benar-benar bisa diberikan dan upaya tersebut bisa berseiring dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, Gubernur Khofifah ke depan juga minta tambahan dukungan Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian   untuk mengupayakan penyediaan drier atau mesin pengering bagi petani. Agar mereka lebih mudah mengeringkan gabah sehingga kandungan air yang cukup tinggi dapat terbantu.

Khofifah juga memaparkan, kabupaten/kota penyumbang terbesar produksi padi diantaranya, Lamongan dengan produksi sebesar 886.060,99 ton atau setara beras sebesar 508.993,90 ton. Disusul, Ngawi dengan produksi sebesar 837.773,15 ton atau setara beras sebesar 481.255,17 ton.

Selanjutnya, Bojonegoro dengan produksi sebesar 728.915,12 ton atau setara beras 418.722,13 ton. Kemudian, Jember dengan produksi sebesar 590.263,37 ton atau setara beras sebesar 339.074,24 ton, Tuban dengan produksi sebesar 507.053,88 atau setara beras sebesar  291.274,90 ton.

Khofifah menyebut, kenaikan produksi padi ini dipengaruhi oleh meningkatnya luas panen padi pada tahun 2020 sebesar 1,75 juta ha, yang mengalami kenaikan sebanyak 51,95 ribu ha atau 3,05% dibandingkan 2019 yang sebesar 1,7 juta ha. Selain itu, juga dipengaruhi oleh penggunaan varietas unggul, perbaikan agroinput, penggunaan mekanisasi yang mampu menekan losses serta perluasan areal tanam yang memanfaatkan lahan kering atau lahan idle.

“Tahun 2020 lalu, kami juga menerapkan strategi percepatan masa tanam sebelum memasuki musim kemarau guna mengantisipasi krisis pangan akibat kemaru panjang dan pandemi Covid-19. Kami juga mengoptimalkan seluruh lahan pertanian di Jawa Timur, menjaga petani tetap berproduksi dengan cara diberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian seperti benih dan saprodi,” paparnya.

Menurut Khofifah, sektor pertanian menjadi sektor andalan penopang pertumbuhan ekonomi di Jatim, sekaligus sebagai instrumen untuk mendorong pemulihan ekonomi atas dampak pandemi Covid-19.

Secara khusus, Khofifah menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua petani di Jawa Timur yang telah berupaya maksimal meningkatkan produktivitas pertanian meski ditengah pandemi Covid-19. (Her)