Dukung Pemerintah Cegah Stunting, Tanoto Foundation Beri Pendampingan kepada 7 Kabupaten

MUS • Friday, 26 Feb 2021 - 11:50 WIB

Jakarta –  Tanoto Foundation yang merupakan lembaga amal Keluarga Sukanto Tanoto mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka stunting dengan memberikan pendampingan kepada 7 kabupaten.

Dalam program ini, Tanoto Foundation  bekerjasama dengan Yayasan Cipta Cara Padu sebagai mitra pelaksana. Adapun kabupaten yang diberi pendampingan mencakup Kab. Pasaman Barat, Kab. Rokan Hulu, Kab. Pandeglang, Kab. Garut, Kab Kutai Kartanegara, Kab. Lombok Utara, dan Kab. Lombok Barat.

CEO Global Tanoto Foundation, J. Satrijo Tanudjojo mengatakan, pemilihan 7 daerah ini telah dikoordinasikan dengan TP2AK dan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dan didasarkan pada tingkat prevalensi stunting.

Secara umum, pelaksanaan program akan berisi pendampingan kepada pemerintah daerah dalam pengembangan, dan penguatan implementasi strategi komunikasi perubahan perilaku untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai stunting.

“Kemitraan adalah salah satu prinsip kerja Tanoto Foundation. Untuk mendukung pemerintah dalam percepatan pencegahan stunting, kami telah bermitra dengan pemerintah pusat, organisasi seperti The World Bank dan UNICEF, serta sejumlah komunitas masyarakat. Secara khusus dalam program pendampingan kepada tujuh pemerintah kabupaten ini, kami juga menggandeng beberapa organisasi yang memiliki keahlian yang dibutuhkan,” kata J. Satrijo Tanudjojo saat memberi sambutan dalam acara Kick-off Program Pendampingan, Pengembangan, Pendalaman, dan Penguatan Implementasi Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Pencegahan Stunting, Kamis, 25 Februari 2021.

Dalam beberapa tahun terakhir, angka stunting di Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup baik. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stunting berada di angka 30,8%, sementara data studi status gizi balita Indonesia (SSGBI) 2019 menujukkan penurunan sekitar 3,1% menjadi 27,67%.

Keseriusan pemerintah untuk  menangani isu stunting ini juga terlihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang menjadikan upaya percepatan penurunan stunting sebagai salah satu proyek prioritasnya.

Di sisi lain, target pemerintah menekan angka prevalensi stunting menjadi di bawah 20% di tahun 2024 tetap menjadi tugas yang besar, dan bahkan menjadi lebih berat dengan adanya pandemi COVID-19.

Untuk itu, penanganan stunting membutuhkan penanganan serius dan terintegrasi yang melibatkan berbagai pihak. Tujuannya, agar penanganan dan pencegahan stunting menjadi lebih maksimal.

Dalam acara yang dilakukan secara virtual ini hadir pula Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Sekretariat Wakil Presiden, Direktur Bina Keluarga Balita & Anak BKKBN, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Lead Program Manager TP2AK, Head of Tanoto Foundation Early Childhood Education and Development (ECED), Executive Director Yayasan Cipta dan perwakilan dari ketujuh daerah.

Sementara itu,Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Sekretariat Wakil Presiden yang hadir dalam acara ini mengatakan perubahan perilaku masyarakat menjadi hal yang penting karena stunting bukanlah masalah gizi buruk semata.

Penyebab stunting bahkan lebih sering merupakan hal-hal di luar kesehatan ataupun gizi, dan lebih terkait pola asuh dan kebiasaan hidup bersih masyarakat.

“Perubahan perilaku merupakan salah satu intervensi kunci mencegah terjadinya stunting. Pelayanan Kesehatan dan gizi yang baik yang disertai dengan penyampaian pesan penting untuk memperhatikan kualitas gizi ibu hamil dan anak akan sangat efektif dalam mendukung pencegahan stunting. Selain itu, saya juga meminta agar para pihak yang terlibat dalam program kemitraan ini dapat berkoordinasi dengan baik sehingga konvergensi antar program yang diinisiasi oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan swasta benar-benar dapat diwujudkan, dan menghasilkan dampak positif bagi percepatan pencegahan stunting”, kata Suprayoga Hadi.

Apresiasi dan harapan juga disampaikan oleh dr. Imran Agus Nurali, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI untuk menutup sambutannya, “Terima kasih atas inisiatif dan peran serta berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pendampingan, pengembangan, pendalaman, dan penguatan implementasi strategi komunikasi perubahan perilaku untuk pencegahan stunting. Semoga dapat menjadi model untuk dijalankan oleh banyak daerah ataupun pihak lainnya, hingga mencapai 100 kabupaten/kota di tahun 2021 ini”.