Kemendikbud Revitalisasi Pendidikan Vokasi di 900 SMK Dengan Basis Industri 4.0

AKM • Tuesday, 26 Jan 2021 - 10:51 WIB

Jakarta - Langkah meningkatkan kualitas pendidikan Vokasi terus dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan melakukan Revitalisasi pendidkan vokasi di Indonesia.

Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim menyatakan pemerintah akan melakukan revitalisasi pendidikan vokasi di 900 sekolah menengah kejuruan (SMK), yang berbasis industri 4.0.

"Juga melakukan dukungan percepatan link and match dan menjalin kemitraan dengan 5.690 orang dan 250 dunia usaha dan industri, serta pencapaian kinerja utama pada 47 perguruan tinggi vokasi," kata Nadiem, dalam webinar `Dies Natalis Ditjen Pendidikan Vokasi `Anak Vokasi Zaman Now-Mengenal Vokasi Lebih Dekat` pada Minggu (24/1),

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, lanjut Mendikbud, juga akan menggelar pendidikan kecakapan kerja dan kewirausahaan yang menyasar 66.000 orang, di samping penguatan pendidikan tinggi vokasi pada 200 program studi.

“Karena itu, penting bagi siswa untuk menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, serta menekuni keahlian dan keterampilan spesifik yang sesuai dengan minat dan bakatnya,” ujarnya.

Sementara itu,  dalam kesempatan yang sama Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto menekankan bahwa pendidikan vokasi lebih menitiberatkan praktik ketimbang teori. Keahlian-keahlian spesifik tersebut, menurut Wikan, menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja masa kini.

"Sehingga dari konsep tadi anak harus mencintai proses belajar menjadi pembelajaran mandiri sepanjang hayat, karena bidang ilmunya akan terus berkembang dengan tantangan-tantangan baru, sehingga dia harus siap untuk belajar hal-hal yang baru," imbuh Wikan.

Wikan berpesan kepada para siswa untuk tidak ragu lagi masuk ke pendidikan vokasi. Karena kini tersedia program studi tak hanya diploma 4 (D-4) atau sarjana terapan, tetapi juga program pascasarjana (S-2).

Terkait program link and match, Wikan menyatakan, pemerintah menyiapkan 9 paket kebijakan agar terjadi ‘pernikahan’ antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Lima paket kebijakan di antaranya adalah kurikulum bersama pendidikan vokasi dan DUDI, dosen tamu dan guru tamu dari DUDI minimal 50- 100 jam per semester, magang di industri, komitmen serapan lulusan, serta sertifikasi pendidik dan profesi.

“Targetnya, ada 80-90 persen kampus dan SMK dapat ‘menikah’ massal dengan DUDI. Dari pernikahan massal ini akan dihasilkan banyak SDM kompeten sehingga meningkatnya daya tawar lulusan pendidikan vokasi,” tutup Wikan. (AKM)