Riset Bioteknologi untuk Peternakan Berkelanjutan

FAZ • Monday, 14 Dec 2020 - 10:36 WIB

Cibinong - Tidak mengherankan bila produk-produk peternakan disebut sebagai bahan ”pembangun” dalam kehidupan manusia. Secara hipotesis, peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, sehingga turut menggerakkan perekonomian pada sub sektor peternakan.

Sub sektor peternakan memiliki peranan penting dalam kehidupan dan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia. Khususnya, sebagai salah satu penyedia protein hewani  yang penting bagi pertumbuhan dan kecerdasan manusia. Demikian dinyatakan oleh Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Puspita Lisdiyanti. Untuk itu, menurutnya, LIPI memiliki komitmen tinggi dalam melakukan riset dan inovasi di bidang bioteknologi hewan.

“Ini dibuktikan dengan ditetapkannya Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Bioteknologi Peternakan di tahun 2019. Riset reproduksi ternak, genetika ternak, nutrigenomik pakan ternak, pengembangan vaksin ternak khususnya sapi lokal Indonesia secara masif dilakukan oleh para peneliti di pusat penelitian ini," tuturnya.

Senada dengan Puspita, Peneliti Bioteknologi LIPI Endang Tri Margawati mengatakan, kemajuan ilmu di bidang biologi molekuler akan meningkatkan percepatan produktivitas ternak.

“Berbicara bioteknologi peternakan, hal ini mencakup banyak bidang seperti genetika, reproduksi, pakan termasuk kesehatan hewan yang berbasis pendekatan dari tingkat DNA yang sekarang cepat berkembang ke arah genomik, proteomik, dan metabolomik,” paparnya.

“Tak hanya itu perkembangan pada kesehatan hewan juga perlu diperhatikan. Misalnya penyakit infeksi Jembrana oleh virus Lentivirus, yang menyerang hanya pada sapi Bali yang kematiannya bisa mencapai 20%. Sapi Bali merupakan salah satu sapi potong Indonesia, sekaligus salah satu gene pool sapi potong di Asia Tenggara.  Pusat Penelitian Bioteknologi telah berhasil membuat sediaan kandidat vaksin jembrana dari protein Jembrana Tat dan SU, dengan konstruksi gen tat dan su ke dalam plasmid, masing-masing telah terbukti dapat mengekspresikan protein rekombinannya”, imbuhnya.

Melengkapi pernyataan Endang, Peneliti Bioteknologi LIPI Syahruddin mengakui, hingga saat ini ketersediaan produk peternakan, daging, dan susu dari dalam negeri, belum dapat mencukupi kebutuhan atas permintaan nasional.

“Indonesia mengimpor daging sebesar 29% dan susu sekitar 80% untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Impor yang semakin besar akan meningkatkan ketergantungan negara terhadap bangsa lain dan dapat mengancam kedaulatan pangan nasional,” ungkapnya.

“Pemanfaatan bioteknologi reproduksi sangat penting untuk meningkatkan produktivitas, reproduksi, dan kesehatan ternak berkelanjutan. Perkembangan bioteknologi reproduksi hewan hingga saat ini sudah 4-5 generasi, yang selanjutnya akan kita bahas dalam webinar kali ini,” imbuhnya.

Sebagai informasi, Puslit Bioteknologi LIPI juga melakukan riset pada budidaya sapi potong dan perah melalui produksi pedet dengan rekayasa jenis kelamin yang diharapkan. Pedet sapi potong diharapkan dapat menjadi sapi bakalan untuk program penggemukan. Sedangkan pedet sapi perah betina dapat dikembangkan sebagai induk untuk menghasilkan susu berkualitas.

Tak hanya itu, riset pengembangan pakan, baik hijauan, konsentrat maupun pakan aditif juga dilakukan. Hal ini untuk menjamin ketersediaan pakan untuk keberlangsungan usaha peternakan sapi potong dan sapi perah. 

Selanjutnya, teknologi melalui aplikasi riset genetika dan kesehatan hewan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah daging dan susu sebagai produk dengan preferensi yang sangat tinggi di masyarakat.