Banpres Produktif Ibarat Dewa Penyelamat Bagi Usaha Mikro di Babel

ANP • Sunday, 29 Nov 2020 - 21:07 WIB

JAKARTA - Bangka Belitung - Bagi para pelaku usaha mikro di Indonesia, Banpres Produktif untuk Usaha Mikro sebesar Rp2,4 juta ibarat dewa penyelamat bagi kelangsungan usahanya. Terlebih lagi di tengah pandemi Covid-19 yang menghancurkan usaha mereka. 

Tak terkecuali, bagi para pelaku usaha mikro yang ada di Provinsi Bangka Belitung, seperti Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Kabupaten Bangka Tengah. 

Misalnya, Lisa, perempuan asal Desa Kurau, Kabupaten Bangka Tengah, yang telah merintis usahanya dalam membuat krupuk kemplang. Pada masa pandemi, hasil penjualannya menurun dari Rp350 ribu per minggu menjadi Rp100 ribu per minggu, karena jarangnya pengunjung. 

Tapi, untuk menghidupi keluarga, Lisa tetap memproduksi dan memasarkan melalui online. 

Tanpa diduga, di masa pandemi yang belum tahu kapan berakhir, Lisa mendapat Banpres Produktif. Modal bantuan tersebut, dipergunakan untuk membeli bahan-bahan seperti tepung sagu, minyak goreng, ikan, dan cumi-cumi sebagai bahan baku utama. Sehingga, ada untuk stok dalam beberapa hari ke depan. 

"Kini, dengan mulai adanya pengunjung dan pemesanan, maka hasil penjualan sudah mengalami peningkatan," ungkap Lisa. 

Hal serupa dialami Kartini, perempuan asal Bugis yang sudah lama menetap di SungaiLiat, Kabupaten Bangka. Usaha Kartini memproduksi kue-kue, termasuk kue khas Bugis. Antara lain, Bolu Pecca, Kue Jungkir Balik, Bolu Tape, Bolu Remang, dan Kue Sarang Semut. 

Kartini sangat senang menerima Banpres Produktif. Jika sebelum Covid-19 penghasilannya mencapai Rp200 ribu perhari, maka ketika puncak pandemi, usahanya berhenti total. 

"Dengan adanya Bantuan Presiden yang saya lihat di Televisi, saya berharap mudah-mudahan saya mendapat Bantuan Presiden. Tidak lama kemudian, selang seminggu, saya didatangi petugas PNM, Saya didata dan dimintakan KTP," cerita Kartini. 

Kartini pun, termasuk yang menerima Banpres Produktif untuk Usaha Mikro. "Dana tersebut selain saya gunakan untuk modal kerja, juga untuk membeli beberapa loyang. Dan saya berencana akan menambah oven”, kata Kartini. 

Penerima Banpres Produktif lainnya adalah Siti Rosidah. Perempuan produsen pengolahan fermentasi Ikan dengan produknya yang bernama “GG Rusif” di Batu Belubang, Pangkalan Baru, Bangka Tengah. 

Siti gembira, karena bantuan diberikan tepat saat usahanya sedang menurun. Jika sebelum Covid-19 penghasilannya mencapai Rp5 jutaan perbulan, maka ketika puncak pandemi, penghasilannya hanya Rp2 jutaan setiap bulannya. “Saya sangat bersyukur menerima bantuan dari pemerintah. Bantuan sudah masuk di akhir September 2020 sebesar Rp2,4 juta masuk rekening," kata Siti. 

Proses pencairannya, aku Siti, juga sangat mudah, sehingga langsung digunakan untuk pembelian bahan baku. "Sehingga, saya dapat terus berproduksi,” tutur Siti. 

Intensif Memantau 

Sementara itu, dalam pelaksanaan program Banpres Produktif untuk Usaha Mikro tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM intensif memantau pelaksanaannya. "Pemantauan penting dilakukan guna memastikan agar program tepat sasaran dan sekaligus mengetahui perkembangan bagi pelaku usaha yang menerima Banpres Produktif untuk Usaha Mikro ," kata Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Luhur Pradjarto. 

Selama dua hari, 24-25 Nopember 2020, Luhur mengunjungi ke beberapa penerima Banpres Produktif di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Kabupaten Bangka Tengah. "Untuk memastikan bahwa bantuan tersebut sudah sesuai prosedur dan tepat sasaran," kata Luhur. 

Para pelaku usaha mikro yang dikunjungi, umumnya mengelola makanan olahan, seperti krupuk kemplang/getas/pilus (bahan baku ikan), kue-kue, jus minuman dan gorengan, dan warung nasi dengan hasil penjualan rata-rata perhari kisaran Rp70 ribu hingga Rp100 ribu. 

"Dalam memasarkan produknya, sebagian dari mereka telah melalui media online seperti WA dan Facebook," ungkap Luhur 

Menurut Luhur, dengan adanya Banpres Produktif untuk Usaha Mikro, pelaku usaha mikro di Bangka Belitung sangat terbantu, karena selama pandemi hasil penjualannya turun sebagai imbas dari menurunnya wisatawan. 

Selain monitoring, juga dilaksanakan rapat dengan perwakilan BPKP, lembaga pengusul, dan bank penyalur, serta Kepala Dinas yang membidangi koperasi dan UKM se-Provinsi Bangka Belitung, sekaligus Rakor monitoring dan evaluasi program Koperasi dan UKM. 

Pada kesempatan tersebut, Luhur mengapresiasi kepada Dinaskop dan UKM Provinsi/kabupaten/kota se Provinsi Babel yang telah mengusulkan calon penerima BPUM. Hingga minggu ketiga November 2020, realisasi di Provinsi Babel mencapai 34,9% (40.523) dari total usulan sekitar 116.000. 

Dalam kunjungannya ke Desa Kurau, Bangka Tengah, mayoritas penerima adalah memproduksi kemplang/getas yang bahan bakunya diantaranya ikan selar. Krupuk kemplang/getas, termasuk makanan olahan khas masyarakat Bangka Belitung. 

Hasil monitoring di beberapa penerima BPUM di Bangka Tengah, agar pelaku usaha mikro yang memproduksi krupuk kemplang dibina dan difasilitasi untuk bergabung atau membentuk koperasi. Sekaligus sebagai model pengembangan UMK dalam bentuk sentra. 

"Koperasi yang menyusun standar operasional prosedur maupun standar kualitas produk, sehingga produk yang dihasilkan oleh usaha UMK mempunyai standar kualitas yang sama," tukas Luhur seraya menyebutkan, koperasi sekaligus memasarkan atau bermitra dengan usaha menengah maupun besar yang berperan sebagai offtaker. 

Dengan demikian, akan memudahkan bagi koperasi apabila akan membutuhkan pembiayaan karena produk koperasi sudah ada yang membeli, yaitu offtaker. 

"Oleh karena itu, dengan adanya Banpres Produktif untuk Usaha Mikro, akan dapat mengungkit pendapatan mereka sehingga bisa berkembang lagi," pungkas Luhur. (ANP)