Perkuat Link and Match dengan Perubahan Ekosistem Pendidikan

AKM • Tuesday, 17 Nov 2020 - 10:12 WIB

Jakarta -  Perubahan yang baik akan membuat sebuah sistem dan paradigma di masyarakat semakin positif. Hal itu berlaku sama bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang harus terus berbenah dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan di masyarakat.

Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi bekerjasama dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan menyelenggarakan Workshop Penguatan Ekosistem Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM).

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto menegaskan bahwa pentingnya sinergitas antara pemerintah dengan seluruh pemangku kepentingan.

“Sinergitas antara pemerintah dengan seluruh pemangku kepentingan termasuk penggiat pendidikan di GSM merupakan keniscayaan yang harus dilakukan untuk mendorong perubahan ekosistem pendidikan,” ujar Wikan, Senin (16/11).

Wikan menjelaskan, perubahan ini dapat mendukung terwujudnya link & match antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dunia industri”.

“Diperlukan perubahan mindset yang revolusioner dalam diri Kepala SMK selayaknya CEO perusahaan besar yang terbuka dengan perubahan karena hal ini penting untuk dapat mengimbangi lajunya perkembangan industri yang sangat cepat,”kayanya

GSM sendiri merupakan gerakan sosial bersama guru untuk menciptakan budaya belajar yang kritis, kreatif, mandiri dan menyenangkan di sekolah. Gerakan ini mempromosikan dan membangun kesadaran guru-guru, kepala sekolah dan pemangku kebijakan pendidikan untuk membangun sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar ilmu pengetahuan dan bekal ketrampilan hidup agar anak-anak menjadi pembelajar yang sukses.

Workshop Penguatan Ekosistem SMK Melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan gelombang 1 dilaksanakan pada tanggal 15 November hingga 19 November 2020 di Bantul, Yogyakarta. Workshop batch 1 ini dihadiri oleh 98 Kepala SMK Penerima Bantuan Revitalisasi SMK tahun 2019 dan SMK yang difasilitasi sebagai Center of Excellence (CoE). Workshop tersebut merupakan bagian dari lima gelombang dari rencana yang akan dilaksanakan dengan diikuti oleh 490 Kepala SMK.

Tujuan dari workshop tersebut adalah untuk memberikan pemahaman serta wawasan bagi Kepala SMK terkait konsep GSM yang mengedepankan ekosistem pembelajaran yang menarik dan nyaman melalui pengembangan karakter (soft skill), sehingga diharapkan mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didiknya.

GSM digagas pertama kali oleh Muhammad Nur Rizal dan Novi Poespita Candra pada bulan September 2014 yang telah menyebarkan pengaruh ke berbagai area Indonesia diantaranya yaitu Yogyakarta, Semarang, Tebuireng Jombang, Tengerang hingga beberapa kota di Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. GSM berupaya meningkatkan kualitas guru serta ekosistem pendidikan dimulai dari sekolah-sekolah pinggiran. (AKM)