Manfaat Curcuma Lindungi Kesehatan Hati dan Daya Tahan Tubuh

ANP • Wednesday, 21 Oct 2020 - 13:55 WIB

JAKARTA – Berdasarkan hasil riset kesehatan dasa (Riskesdas) menyebutkan prevalensi hepatitis berdasarkan riwayat diagnosis dokter menurut provinsi tahun 2018 total 1.017.290 orang terdiagnosa hepatitis per tahun, jika di persentasekan sebanyak 0,39% populasi masyarakat Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei 2018, menyebutkan, hepatitis merupakan penyumbang terbesar yang menyebabkan 1,34 juta kematian di tahun 2015.

Jumlah yang melebihi kasus human immunodeficiency virus (HIV) dan hampir menyamakan kasus tuberkulosis (TBC). Asia Pasific merupakan wilayah memiliki pangsa virus hepatitis B (HBV) dan virus hepatitis C (HCV) terbesar di dunia. Sebanyak 74 persen dari global kematian akibat kanker hati terjadi di Asia, termasuk Indonesia.

Sementara 9 dari 10 pengidap tidak menyadari dirinya memiliki hepatitis B bahkan C. Dan 1 dari 4 pengidap akan meninggal karena kanker atau gagal hati. Sehingga bisa dikatakan hepatitis ini silent killer(pembunuh diam-diam).

Dokter spesialis penyakit dalam Prof. Dr. dr I Dewa Nyoman Wibawa, Sp.PD - KGEH mengatakan penderita hepatitis akan mengalami perjalanan dari hati sehat, hepatitis akut, hepatitis kronik, kemudian sirosis hati dengan progres sekitar 1/3 penderita hepatitis akan mengalami sirosis. Dari sirosis 10-15 persen akan menjadi kanker, 23 persen dalam 5 tahun pengidap sirosis akan mengalami gagal hati yang berujung pada kematian.

Upaya pencegahan perlu dilakukan agar hati tetap sehat. Nenek moyang kitapun telah memanfaatkan salah satu tanaman yang berkhasiat untuk kesehatan hati atau liver.

Temulawak adalah salah tanaman asli Indonesia dengan nama latin Curcuma Xanthorrhiza. Tanaman herbal ini mengandung zat aktif berupa curcumin, yaitu senyawa berwarna kuning yang terkandung dalam temulawak dan kunyit yang sudah dipercaya oleh masyarakat Indonesia akan manfaatnya.

DR (Cand) dr Inggrid Tania, M.Si, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) mengatakan, aktivitas curcumin bersifat antioksidan, anti peradangan, imunomodulator atau meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara meregulasi respon imun. Kemudian khasiat terkenal lainnya juga bersifat hepatoprotektor atau melindungi fungsi hati, melalui mekanisme kerjanya sebagai antioksidan yang dapat menangkal proses oksidasi oleh radikal bebas.

Adanya penyakit infeksi virus, misalnya penyakit hepatitis B atau C, konsumsi alkohol, kondisi dislipidemia (gangguan kadar lemak darah), maupun efek samping konsumsi obat-obatan tertentu, menimbulkan proses oksidatif yang mengakibatkan peradangan atau gangguan fungsi liver, yang jika dibiarkan akan terjadi kerusakan hati yang permanen (fibrosis dan cirrhosis).

"Dengan mengonsumsi curcumin sejak awal, itu lebih baik, karena proses oksidasi bisa dicegah," kata dokter Inggrid. Curcumin juga akan meredakan peradangan pada organ hati karena sifatnya sebagai anti-inflamasi.

Selain bersifat hepatoprotektor, Curcumin juga melindungi organ jantung, ginjal dan sistem saraf. Di samping itu, Curcumin memiliki sifat sebagai antikanker, artinya mencegah proses perubahan sel normal menuju sel kanker. Curcumin juga bisa membantu pemulihan dari penyakit infeksi karena dapat membantu memperbaiki nafsu makan.

Ketika curcuma ditambah piperin, khasiatnya bertambah besar. Piperin itu suatu senyawa yang bisa dihasilkan atau diisolasi dari lada hitam atau cabai Jawa. Umumnya lada hitam. Piperin juga punya khasiat tersendiri yang mirip dengan Curcumin, yakni antioksidan dan anti peradangan.

"Piperin bagus jika dikombinasikan dengan Curcumin. Karena Curcumin ini sering kali sulit diserap oleh darah kita. Nah, dengan ditambahkan piperin, akan mempermudah absorpsi atau penyerapan Curcumin dari saluran cerna ke dalam darah. Sehingga berdasarkan uji farmakokinetik dan uji bioavailabilitas, kombinasi antara Curcumin dengan Piperin bisa meningkatkan bioavailabilitas Curcumin hingga 2000%, yang nantinya akan meningkatkan efektivitas," kata dr Inggrid.

Prof Wibawa menjelaskan karena memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan, kombinasi curcumin dan piperin bisa digunakan sebagai preventif (pencegahan) yang dapat dikonsumsi oleh pasien dengan risiko penyakit hati seperti pasien diabetes mellitus tipe 2 dan pasien dengan riwayat hepatitis agar kesehatan hatinya tetap terjaga.

"Mekanisme hepatoprotektif terjadi karena efek curcumin sebagai antioksidan yang mampu menangkap ion superoksida dan memutus rantai antar ion superoksida (O2-) sehingga mencegah kerusakan sel hepar karena peroksidasi lipid dengan cara dimediasi oleh enzim antioksidan yaitu superoxide dismutase (SOD) dimanaenzim SOD akan mengonversi O2 menjadi produk yang kurang toksik," jelasnya.

Curcumin juga mampu meningkatkan gluthation S-transferase (GST) dan mampu menghambat beberapa factor proinflamasi seperti nuclear factor-ĸB (NF-kB) dan profibrotik sitokin. Aktifitas penghambatan pembentukan NF-kB merupakan faktor transkripsi sejumlah gen penting dalam proses imunitas dan inflamasi, salah satunya untuk membentuk TNF-α. Dengan menekan kerja NF-kB maka radikal bebas dari hasil sampingan inflamasi berkurang.

Sedangkan mekanisme kerja piperin adalah meningkatkan konsentrasi serum dan meningkatkan penyerapan curcumin dengan menghambat glukuronidasi di hati dan usus kecil sehingga meningkatkan bioavailabilitas curcumin dan efek yang dihasilkan ke tubuh menjadi lebih maksimal.

"Untuk preventif (pencegahan) boleh saja digunakan, jadi tidak perlu menunggu terjadi inflamasi hati, terutama pada pasien dengan risiko gangguan hati seperti pasien dengan riwayat hepatitis, diabetes mellitus tipe 2, atau pasien dengan kolesterol tinggi, karena konsumsi curcumin bisa menjaga fungsi hati. Begitupun dengan pasien yang sudah mengalami gangguan hati seperti inflamasi, fatty liver ataupun fibrosis. Perlu konsumsi hepatoprotektor agar memperbaiki fungsi hati dan melindungi sel hati yang masih sehat agar tidak rusak," jelas Prof. Wibawa.
Ekstrak Curcuma Force

Dokter Inggrid mengatakan, cucurmin yang terdapat di temulawak bisa dikonsumsi dalam bentuk segar atau ekstrak seperti Curcuma Force.

"Mengonsumsi dalam bentuk yang segar, itu baik juga. Kelemahan yang segar itu adalah kita sulit untuk mengonsumsinya dalam jumlah yang besar," kata dokter Inggrid.

Kedua, kalau kita konsumsi temulawak dalam bentuk yang segar, kita harus memastikan apakah misalnya tanamannya itu bebas dari cemaran pestisida, cemaran logam berat, dsb. Memastikan itu tidak mudah dan orang awam juga tidak bisa. Sementara itu, produksi Industri seperti yang diproduksi SOHO itu sudah bersertifikasi organik, si temulawaknya sudah organik. Artinya, temulawak sebagai bahan bakunya sudah terstandardisasi, kualitas lebih terjaga, dan keamanan dari cemaran tadi terjaga.

Ketiga, masalah kepraktisan, sediaan modern ini lebih praktis.

Keempat, untuk keluhan-keluhan atau gangguan yang sudah agak berat misalnya terjadi peradangan di hati maka butuh dosis yang lebih besar dan terstandard atau terukur. Sehingga lebih baik memakai esktrak curcumin yang terstandard. Apalagi dosisnya sudah diukur.

"Setiap hari boleh dikonsumsi karena Curcumin berasal dari ekstrak Temulawak. Ekstrak temulawak ini sudah dipastikan aman untuk pemakaian jangka panjang. Jadi, bisa dikonsumsi setiap hari dengan dosis yang tertera, misal tiga kali 1 tablet. Kandungan Curcumin dan Piperin ini juga bagus dikonsumsi oleh semua segmen usia, baik anak-anak maupun orang dewasa.Tipsnya, mengonsumsi sesuai dosis," kata Dokter Inggrid.

VP Researceh and Development SOHO Global Health DR. Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si mengatakan Curcuma Force merupakan produk terbaru dari SOHO yang merupakan upgraded formula dari Curcuma FCT, inovasi pertama di Indonesia kombinasi sinergis Ekstrak Curcumae xanthorrhizae Rhizoma dan piperin dengan bioavailabilitas yang lebih tinggi sehingga menghasilkan efek yang lebih maksimal. Kandungan utama Curcuma Force yakni ekstrak curcuma xanthorrhiza atau biasa disebut temulawak untuk membantu memperbaiki nafsu makan dan membantu memelihara kesehatan fungsi hati, serta ekstrak piperine untuk membantu meningkatkan bioavailabilitas cucurminoid. Targetnya ditujukan untuk pasien dengan gangguan hati, gangguan saluran pencernaan, dan untuk menjaga daya tahan tubuh sehari-hari. Satu tablet Curcuma Force mengandung ekstrak curcuma xanthorrhiza 20mg setara dengan 7500 mg temulawak segar dan 2,5 mg piperin.

"Curcuma Force menggunakan bahan baku curcuma organik, yang dihasilkan dari perkebunan SOHO yang memiliki kualitas yang terbaik, di mana bibit yang digunakan merupakan varietas unggul yang memiliki kandungan bahan aktif terbaik, tersertifikasi organik dan juga terkontrol kualitasnya karena diproses dengan konsep seed to patient," jelas Aswin. (ANP)