Kemenparekraf Kembangkan Potensi Wisata Wellness di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

ANP • Wednesday, 30 Sep 2020 - 14:29 WIB

Denpasar - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan potensi wisata _wellness_ atau wisata minat khusus yang bertujuan untuk menjaga kebugaran tubuh wisatawan di masa adaptasi kebiasaan baru pascapandemi COVID-19.

Direktur Hubungan Antarlembaga Kemenparekraf/Baparekraf, K. Candra Negara, dalam acara Diskusi Kelompok Terumpun dengan tema “Sinergi dan Kolaborasi untuk Meningkatkan Penetrasi Produk Wellness di Pasar Era New Normal”, Selasa (29/9/2020), mengungkapkan wisata _wellness_ sebenarnya telah mulai dikembangkan oleh pelaku wisata dan ekonomi kreatif di Indonesia sejak 2012. Candra menilai masa adaptasi kebiasaan baru menjadi waktu yang tepat untuk mengembangkan potensi wisata _wellness_ mengingat terjadi pergeseran tren wisata dari wisata dalam jumlah besar ke tren wisata berkualitas.

“Wisata _wellness_ ini menjadi salah satu sektor pariwisata yang bisa berkembang dengan pesat di masa adaptasi kebiasaan baru. Wisata _wellness_ yang ini punya kaitan yang sangat erat dengan pergeseran tren wisata di Tanah air dari _mass tourism_ ke _quality tourism_ jadi kita dapat menyesuaikan diri dengan keadaan saat ini dan menciptakan peluang-peluang baru,” kata Candra.

Candra mengatakan pihaknya saat ini juga tengah berusaha membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia di masa adaptasi kebiasaan baru melalui penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (_Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability_). Penerapan ini, lanjut Candra, juga harus diterapkan di sektor wisata _wellness_.

“Selama masa pandemi, fokus utama bagi pemulihan sektor _wellness_ adalah menerapkan standar prosedur untuk mendukung protokol normal baru, menyiapkan sarana dan prasarana dengan menerapkan protokol CHSE, strategi pemasaran produk dan manajemennya serta meningkatkan kualitas SDM dalam aktivitasnya,” katanya.

Diskusi ini dihadiri oleh Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kemenparekraf/Baparekraf, Alexander Reyaan; dan Direktur Pemasaran Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Yuana Rochma Astuti. Alexander Reyaan menuturkan Indonesia memiliki potensi wisata _wellness_ yang sangat besar.

Hal ini dikarenakan banyak bahan baku yang diperlukan bagi produk wisata _wellness_ seperti rempah-rempah dan tanaman obat tumbuh dan berkembang di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga kaya akan keanekaragaman obat-obatan tradisional yang berperan besar dalam kelangsungan wisata _wellness_.

Alexander Reyaan juga menuturkan perlu ada sinergi yang kuat antara berbagai kementerian dan lembaga dengan pelaku wisata _wellness_ agar kegiatan wisata ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.

“Hubungan antarkelembagaan yang baik antara pelaku UMKM, dalam hal ini wisata _wellness_ dengan kementerian dan lembaga terkait dapat mempermudah perizinan dan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti izin BPOM, sertifikat halal, dan lain sebagainya dapat tersedia. Sehingga, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk menjajal wisata _wellness_ tersebut,” ujar Alexander.

Sementara itu, Yuana Rochma Astuti mengatakan pihaknya juga tengah menyusun aturan-aturan untuk diaplikasikan dalam memajukan wisata _wellness_ di Tanah Air. Termasuk membentuk pasar produk-produk yang berkaitan dengan wisata _wellnes_.

“Untuk digital marketing, kami bisa bantu melalui media sosial yang kami miliki. Untuk penjualan produknya bisa melalui situs-situs e-commerce yang sudah ada,” ucap Yuana.

Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Subdirektorat Produk Mandiri dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PRKT Kementerian Kesehatan, Lupi Trilaksono. Lupi menuturkan wisata _wellness_ dan produk-produknya tergolong ke dalam alat-alat kesehatan dan PRKT yang perizinannya dapat diurus ke Kemenkes.

Selain itu, Lupi mengungkapkan dengan menyiapkan alat kesehatan secara mandiri lewat pemberdayakan pelaku wisata _wellness_, Indonesia dapat menjaga ketahanan nasional dalam hal ketersediaan alat kesehatan. “Dengan adanya ketahanan nasional di bidang alat kesehatan, kita tidak perlu mengandalkan alat kesehatan impor dan tidak akan terjadi kelangkaan alat kesehatan,” ucap Lupi.

Co-Founder Essesy.com, Dayana D. Florentine menuturkan, situsnya merupakan situs e-commerce pertama yang bergerak di sektor _wellness_ dengan 12 tennant yang tergabung di dalamnya.

“Kami membantu pelaku bisnis di sektor _wellness_ supaya bisa berbisnis dengan efektif. Kami ikut membantu pengembangan UMKM ini mulai dari penjualan hingga _customer service_,” ujar Dayana.

Dayana menambahkan pihaknya langsung mengirim produk pesanan konsumen dari sentra produksi milik produsen.

“Ketika ada pesanan, kami langsung menghubungi produsen untuk menyiapkan produk yang dipesan. Produk itu dikirim langsung oleh produsen. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen,” tutur Dayana. (ANP)