PLBN Badau: Rangsang Perekonomian Masyarakat, Sampai Dikagumi Malaysia

Mus • Tuesday, 28 Jul 2020 - 14:44 WIB
KORAN SINDO

Serawak - Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 18 Maret 2018, Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau yang menjadi wajah terdepan Indonesia di perbatasan Kalimantan Barat-Serawak, kini memancarkan pesona kebanggaan luar biasa. Warga Malaysia yang melintas pun dibuat terkagum-kagum melihat PLBN Badau.

Pagi-pagi sekali, Kepala (Administrator) PLBN Badau, Kalimantan Barat, Agato Limat sudah terlihat sibuk. Bersama puluhan anak buahnya berikut petugas dari bea cukai, imigrasi, karantina, perhubungan hingga Satgas Pamtas RI-Malaysia, sudah bersiaga.

"Hari ini pintu perbatasan dibuka karena ada rombongan pelajar Indonesia, mau bersekolah ke Lubok Antu, Malaysia. Dan hari ini memang hari pertama masuk sekolah di Malaysia," ujar Agato kepada rombongan MNC Media dan MNC Travel, yang kebetulan berada di lokasi.

Sebetulnya, kata Agato, selama masa pandemi hampir tidak ada sama sekali aktivitas pelintas di PLBN Badau, begitu juga di Pos Lintas Negara (PLB) Lubok Antu, Serawak Malaysia. Kendati begitu, PLBN Badau masih dibuka bagi pemulangan warga negara Indonesia (WNI) dari Malaysia, dan juga warga negara Malaysia yang hendak pulang ke negaranya, dengan melewati serangkaian prosedur pengamanan maupun proses screening.

"Sesuai aturan keimigrasian, kita tidak bisa menolak pemulangan WNI dari Malaysia, begitu juga sebaliknya. Namun untuk aktivitas perlintasan yang lainnya, itu bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Apalagi aktivitas angkutan barang itu distop total," kata Agato.

Menurut Agato, masih ditutupnya gerbang PLBN Badau sesuai instruksi dari pihak pusat dalam hal ini Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) selaku otoritas PLBN. Penutupan juga disebabkan gerbang perlintasan di Lubok Antu Malaysia masih ditutup rapat.

Tak hanya aktivitas orang yang melintas, aktivitas angkutan operasional Bus Angkutan Antar Lintas Batas Negara (ALBN) hingga truk-truk pengangkut CPO (crude plam oil) yang biasanya ramai dari Indonesia ke Malaysia juga distop.

"Sejauh ini (sebelum ada corona) ekspor CPO menghasilkan pemasukan terbesar di PLBN Badau. Bahkan, pemasukan dari aktivitas pengangkutan CPO yang melintas di PLBN Badau sudah mampu menutupi biaya pembangunan PLBN Badau," ungkap Agato.

Patut diakui, keberadaan PLBN Badau makin meningkatkan kualitas pelayanan lintas batas negara, keamanan dan kesejahteraan masyarakat, serta menumbuhkan pusat perekonomian baru di wilayah perbatasan khususnya Kecamatan Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

"Selain mengubah wajah perbatasan NKRI setara bahkan lebih baik dari negara tetangga, keberadaan PLBN Badau juga layak disebut sebagai beranda depan Indonesia, sebagai negara besar yang berdaulat, berdaya saing, dan aman," kata Komandan Satgas Pamtas Indonesia-Malaysia, Yonif 133/YS, Letkol Inf Hendra Cipta.

Sementara itu, pengamatan KORAN SINDO, kentara sekali bangunan gedung PLBN Badau mengusung budaya lokal Kalimantan dengan mengadaptasi bentuk bangunan khas Rumah Panjang, penggunaan ornamen lokal, serta penerapan prinsip-prinsip bangunan hijau (green building). Lanskap hutan, bukit dan pegunungan yang menjadi pembatas alam Indonesia-Malaysia, semakin menjadikan PLBN Badau terlihat keren dan mempesona.

Adapun zona inti PLBN yang berdiri di atas lahan seluas 8,8 hektare ini, memiliki luas bangunan 7.619 m2 dengan biaya pembangunan sebesar Rp153 miliar. Bangunan yang berada pada zona inti meliputi bangunan utama PLBN, pos lintas kendaraan pemeriksaan, bangunan pemeriksaan kargo, bangunan utilitas, monumen, gerbang kedatangan dan keberangkatan, serta hardscape dan landscape kawasan yang diharapkan dapat melayani hingga 360 pelintas per hari sampai dengan tahun 2025.

Selain zona inti, ada pula zona sub inti dan pendukung, yakni perumahan petugas kepabeanan, keimigrasian, karantina dan pengamanan, rumah ibadah, tempat makan, wisma Indonesia, gedung serbaguna, kantor pengelola, pasar wisata, mess pegawai, termasuk sarana pendukung lainnya seperti ATM, taman, jalan, dan patung presiden pertama Sukarno sedang menunjuk ke arah Malaysia, yang kini dalam tahap finishing.

"Pernah ada warga Malaysia yang bertanya, berapa harga perumahan yang ada di sini (PLBN Badau). Mereka tertarik dengan model bangunannya dan berminat untuk membeli. Setelah kami jelaskan bahwa rumah-rumah tersebut adalah mess pegawai dan tidak dijual, mereka tertawa," kata Wendelinus Fanu, Kasubid Pengembangan Kawasan PLBN Badau.

Gerbang Wisata Jantung Borneo

Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat tak hanya menjadi pos perbatasan saja, tapi juga telah menjelma menjadi tempat wisata bagi warga Indonesia dan Malaysia. Setiap yang melintas pasti akan mengabadikan moment di perbatasan ini terlebih dahulu.

Saban hari kawasan PLBN Badau ramai didatangi masyarakat untuk sekadar nongkrong menikmati keindahan alam dan megah bangunannya. Banyak juga yang sengaja datang dari jauh bahkan Malaysia, hanya sekadar untuk berswafoto di tempat ini.

"PLBN Badau berbatasan langsung dengan Malaysia. Banyak wisata yang bisa kita explore di sekitar PLBN, seperti Danau Sentarum, Sungai Kapuas, terutama Pasar Wisata yang berada dalam area PLBN Badau," kata Direktur Komersial MNC Travel, Joneka Kandou yang tengah melakukan kegiatan 'Indonesian Explore' di PLBN Badau.

Menurut Joneka, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) selaku otoritas PLBN Badau dan PLBN lainnya, sudah sangat tepat menjadikan PLBN sebagai gerbang sekaligus sentra pengembangan ekonomi dan pariwisata di perbatasan negara.

Sebagai perusahaan travel media dan mitra BNPP, MNC Travel tentunya akan bekerja sama mewujudkan visi besar ini. MNC Travel juga akan terus berupaya mendukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam pengembangan potensi wisata di setiap daerah, terutama di daerah perbatasan yang menjadi garda depan NKRI.

"Banyak sekali potensi wisata yang bisa kita kembangkan di sini (sekitar lawasan PLBN Badau), mulai dari bangunan PLBN yang megah hingga wisata alam yang menunjangnya seperti Taman Nasional Danau Sentarum yang kaya akan keanekaragaman hayati,” ujar Joneka.

Bagi yang ingin ke PLBN Badau, ada dua alternatif rute yang bisa dipilih yakni lewat udara dan darat. Jika lewat udara, naik pesawat terbang dari Bandara Supadio Pontianak menuju Bandara Pang Suma Putussibau, Kapuas Hulu.

Dari Putussibau, dilanjutkan 3 jam perjalanan darat menuju Nanga Badau, tempat berdirinya kompleks PLBN Badau. Perjalanan darat dengan naik bus atau kendaraan pribadi juga bisa langsung dari Pontianak menuju PLBN Badau.

Sepanjang perjalanan bisa melihat langsung kehidupan asli masyarakat di pedalaman Kalimantan yang jauh dari kota, khususnya masyarakat suku Dayak yang hidup di rumah betang (rumah khas Kalimantan Barat). Mereka berperahu dan mencari ikan di sungai, melintasi jalanan aspal yang sepi, hingga menembus lebatnya hutan.

Kehidupan asli masyarakat pelosok dengan panorama alam sekitarnya, tak berlebihan jika semua 'surga kecil' tersembunyi itu menjadikan Kapuas Hulu dijuluki Heart of Borneo (Jantung Kalimantan). Inisatif pelestarian kawasan Jantung Kalimantan ini bahkan digagas tiga negara yaitu Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia.

Menariknya lagi, bagi wisatawan dari Serawak, Malaysia yang melintas di PLBN Badau, hanya perlu waktu 1 jam perjalanan darat untuk tiba di pintu masuk dua destinasi wisata andalan Kapuas Hulu, yakni Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentarum, dan Ramsar Site Danau Sentarum.

"PLBN Badau sangat penting artinya bagi pengembangan wilayah di Kabupaten Kapuas Hulu, terutama di sektor ekonomi. Salah satu yang menjadi andalan pengembangan ekonomi adalah sektor pariwisata alam, dan Kabupaten Kapuas Hulu memiliki potensi itu. Pengembangan wisata juga merupakan fungsi dari taman nasional (TN)," kata Arief Mahmud, Kepala Balai Besar (Kababes) Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TNBKDS).

Menurut Arief, Kabupaten Kapuas Hulu sangat beruntung karena memiliki dua taman nasional, yaitu TN Betung Kerihun dan TN Danau Sentarum. Tidak ada kabupaten di Indonesia yang di wilayahnya ada dua taman nasional selain Kabupaten Kapuas Hulu. Baik secara sendiri atau bersama, kedua taman nasional ini menarik untuk dikunjungi.

"Wisatawan domestik dan mancanegara akan menjadi target yang dapat ditarik untuk mengunjungi kedua taman nasional ini. Apalagi sejak dioperasikannya PLBN Badau, semakin mempermudah wisatawan dari Serawak Malaysia mengunjungi dua taman nasional ini," ujar Arief. (KORAN SINDO)