Kampus IBI Kosgoro Tanamkan Nilai-Nilai Sprit Untuk Kemajuan

• Saturday, 22 Feb 2020 - 14:21 WIB

JAKARTA - Kampus Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro1957 (IBI-K57) diyakini bisa menjadi kampus pencetak pemikir dan penyelenggara negara yang memiliki karakter kebangsaan dan negarawan yang berlandaskan pada 4 pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneke Tunggal Ika.

Keyakinan tersebut diutarakan Ketua Dewan Pembina Yayasan Universitas Kosgoro 1957, DR. dr HR Agung Laksono sebagai Keynote Speech dalam Seminar Kekosgoroan 1957 bertema: "Membumikan Nilai-Nilai Luhur Norma Kosgoro 1957 Dalam Dunia Pendidikan" di Kampus IBI-K 57, Moh Kahfi 2, Lenteng Agung. Jakarta Selatan, Jumat (21/2/2020 ).

Seminar diikuti para pimpinan, dosen dan seluruh civitas akademika dengan pembicara Ketum Yayasan Universitas Kosgoro 1957, Rambe Kamarul Zaman, M.Sc., MM, Sekretaris Yayasan, Syamsul Bachri, M.Sc. MM, Rektor IBI-K 57, Dr. Haswan Yunaz, MM, M.Si dan Dr. M Sabil Rachman.M.Si serta sebagai moderator Dekan Fisip, Agus Hitopa Sukma, SH. M.I.Kom dan Ketua PDK Kosgoro 1957 Sultra Alamsyah.S.Sos.M.I. Kom

Agung Laksono yang baru saja dilantik sebagai Anggota Wantimpres mengatakan perlu dikembangkan seiring dengan kebijakan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin saat ini. Khususnya terhadap pembumian nilai-nilai Kekosgoroan 1957 secara lengkap.

"Saya sangat setuju dan mendukung tentunya dapat kita sempurnakan nanti melalui pembentukan Pusat Studi Kekosgoroan 1957 sebagai Center of Excellence pemikiran-pemikiran kebangsaan untuk kemajuan bangsa,"katanya. 

Agung Laksono yang juga Ketum PPK Kosgoro 1957 ini kembali menegaskan bahwa Kosgoro sebagai golongan karya tidak menganut ideologi kecuali ideologi Pancasila dan tidak mempunyai tujuan lain kecuali masyarakat adil dan makmur.

"Misi pengabdian yang dipandang penting adalah pelaksanaan Pancasila, amal serta karya Kosgoro bagi masyarakat, bagi rakyat dan tanah air. Sebagai golongan karya kita harus punya program sendiri yang nantinya kita persembahkan pada partai," katanya.

Bagi Kosgoro 1957, ungkap mantan Ketua DPR ini, pengabdian berarti secara penuh menyerahkan diri untuk memberikan dharma dan karya kepada bangsa dan tanah air. Selain itu, memiliki kesadaran akan masalah-masalah vital yang dihadapi Tanah Air serta sadar akan tugas-tugas berat yang dituntut bangsa Indonesia dewasa ini.

"Dalam keadaan apapun kader Kosgoro akan mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan dirinya, akan mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan Kosgoro sendiri. Maka dalam masalah-masalah yang pokok, kepentingan bangsa adalah identik dengan kepentingan Kosgoro,"jelas Agung.

Sementara Ketum Yayasan Universitas Kosgoro 1957, Rambe Kamarul Zaman mengamini penegasan Agung Laksono bahwa membumikan nilai-nilai Tri Dharma Kosgoro dalam dunia pendidikan khususnya di organisasi Kosgoro 1957 tentu merupakan keniscayaan yang harus dilakukan.

Yang utama, kata Rambe adalah keteladanan di dalam organisasi, pengelolaan dengan fungsi dan tugas terbagi habis.

"Jika setiap orang dalam organisasi apapun bekerja keras dan berfikir cerdas sesuai dengan posisinya dan berpegang pada Doktrin Tri Dharma Kosgoro 1957 akan tercipta bahwa organisasi ini sebagai rumah yang isinya saling asah, asuh, pendorong, penganjur, penggerak untuk sebuah asa bagi kemajuan rakyat dan bangsa," jelas Wakil Ketua Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR-RI ini.

Rambe kembali menegaskan Kosgoro memiliki cara sendiri dalam melakukan transformasi nilai kepada mahasiswa, terutama nilai kebangsaan dan Pancasila.

Berpatokan pada hal tersebut maka sebagaimana kondisi yang berkembang saat ini Kosgoro 1957 harus dikembangkan kearah sebagai wadah perjuangan dan wadah perkaderan, sumber daya manusia untuk segala macam kebutuhan masyarakat. Dijadikan sebagai wadah untuk memelihara potensi politik berwawasan kebangsaan serta sebagai wadah untuk mendorong perekonomian, khususnya ekonomi orang banyak, rakyat maupun anggota.

"Tiga aspek ini harus menjadi kajian. Hal mana aspek yang pertama harus dilakukan dengan menyamakan pemikiran tentang perlunya perkaderan seperti yang kita lakukan dengan Orientama, yaitu Orientasi dan Tatap Muka, Penyiapan Sumber Daya Manusia tentu melalui jalur Pendidikan seperti IBI-K 57,"jelasnya.

Aspek yang kedua adalah wadah memelihara potensi politik kebangsaan diperlukan karena Kosgoro 1957 adalah bukan Parpol. Kosgoro 1957 adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang diatur melalui UU tentang Ormas. Oleh karenanya Kosgoro 1957 itu harus mengembangkan diri sebagai pelindung.

Tetapi selaku Ormas harus ditempatkan dalam fungsi yang jelas dengan mengembangkan wawasan tersebut dari waktu ke waktu, pendorong serta penganjur maupun penggerak yang dilaksanakan oleh satuan-satuan kegiatan yang ada di organisasi termasuk didalamnya aspek yang ketiga dalam pengembangan perekonomian.

Sedangkan Sekretaris Yayasan Kosgoro 1957, Syamsul Bachri menandaskan bahwa Tri Dharma Kosgoro bukanlah suatu kumpulan doktrin yang berbelit-belit atau yang muluk-muluk, tetapi merupakan pengertian-pengertian yang gamblang dan sederhana.

"Tri Dharma Kosgoro mencerminkan jiwa gotong-royong yang menjadi ciri khas Bangsa Indonesia dan mencerminkan pula hasrat untuk mengembangkan jiwa gotong-royong lebih lanjut di medan pengabdiannya pada rakyat dan tanah air,"jelas mantan Pimpinan Komisi Pendidikan di DPR ini.

Syamsul mengatakan secara umum Kosgoro merupakan wadah pengabdian, dimana ditumbuhkan pemikiran-pemikiran dan karya-karya yang wajar. Pemikiran-pemikiran yang wajar ini berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang tumbuh, berkembang dan teruji dalam sejarah kehidupan Bangsa Indonesia.

"Pemikiran-pemikiran yang wajar adalah pada hakekatnya pemikiran insan yang berbudi-daya yang mengamalkan budi-dayanya dalam pergaulan antar manusia. Pergaulan antar manusia yang dituntut oleh jiwa dan pengertian gotong royong,"ucapnya.

Yang kuat, kata Syamsul, seharusnya membantu yang lemah, dan sebaliknya yang lemah patut meminta bantuan kepada yang kuat.

"Yang pintar membantu yang kurang pintar dan yang kurang pintar patut meminta bantuan dari yang pintar. Yang kaya membantu yang miskin, dan sebaliknya yang miskin patut meminta bantuan pada yang kaya. Yang kuasa melindungi yang tidak pegang kekuasaan, dan sebaliknya yang tidak kuasa patut meminta perlindungan pada yang berkuasa. Inilah salah satu Tri Dharma Kosgoro yakni Solidaritas," tuturnya.

Rektor IBI-K 57 Dr Haswan Yunaz, MM. MSI pada kesempatan itu mengatakan pendidikan pada dasarnya adalah proses rekayasa sosial untuk mentransformasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila, Kosgoro 1957 dan sekaligus mengakomodir nilai baru yang positif untuk kemajuan dan menciptakan peradaban umat manusia yang mulia, saling menghargai, tolong menolong untuk kebaikan dan cinta damai.

Tujuan pendirian IBI-K 57, kata Haswan sudah sejalan dengan pendidikan nasional dalam UUD 1945, pasal 31, ayat 3 yang menyebutkan : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang salah meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

"Tujuan yang ingin dicapai dari sebuah proses pendidikan yang berhasil adalah hidup sejahtera, adil dan makmur. Penguasaan teknologi saja tidaklah cukup tanpa diimbangi pendidikan moral dan karakter yang baik. Disinilah IBI-K 57 hadir sebagai bentuk keterpanggilan untuk ikut mencerdaskan bangsa sebagai manifestasi dari tujuan bernegara,"ungkap Rektor Haswan.

Untuk implementasi Tri Dharma Kosgoro dalam dunia pendidikan, Haswan menyebut pihaknya juga telah melaksanakan amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni Pengajaran yakni dengan memperbarui kurikulum dan metoda SCL. Kemudian Penelitian yang melibatkan grup diskusi perbulan dan 3 sampai 6 bulan serta penelitian tematik untuk mahasiswa dan dosen.

Sedangkan Dharma terakhir yakni Pengabdian Masyarakat yang bersinergi dengan mahasiswa dan dosen. Bersama bergotong royong dengan lingkungan dan olah raga.

Rektor Haswan mengatakan nilai perjuangan Kosgoro 1957 terus digelorakan di Kampus IBI-K 57 berupa program kaderisasi dengan mengintensifkan Latihan Dasar Kepemimpinan, Maprab dan Forta.

"Juga menumbuhkan Corporate Culture dengan perilaku ikhlas dalam melayani, berintegritas tinggi, kerja keras, gotong royong, senyum, sapa, dalam, sopan, santun," urai mantan Ketua HIMA Kosgoro ini.

Sedangkan upaya universitas untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menambah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Jumlah mahasiswa kelas sore-malam. Jumlah mahasiswa dengan predikat pujian. Jumlah kerjasama yang terlaksana berbasis MOU tingkat nasional serta meningkatkan jumlah kerjasama yang terlaksana berbasis MOU dengan lembaga asing. (ANP)