Perang Sosial Media

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Jakarta - Tim social media Joko Widodo-Jusuf Kalla secara terang-terangan mengakui melakukan negative campaign di dunia maya. Anggota Tim Socmed Jokowi-JK, Kartika Djoemadi beralasan negative campaign diperbolehkan. Berbeda dengan black campaign yang memang dilarang.

"Satu lagi, kelompok yang suka menyerang dengan fakta fakta negatif. Black campaign dilarang, tapi negative campaign tidak apa-apa. Mereka kumpulkan fakta, kami sebut Offensive team. Misalnya, Partaisocmed, 99army," kata Kartika dalam diskusi Polemik SindoTrijaya 'Perang Social Media' di Warung Daun, Cikini, Sabtu (21/6/2014).

Sementara itu, anggota tim socmed Prabowo Hatta, Noudy Valdryno menegaskan bahwa kubunya tidak memiliki tim khusus negative campaign. Memang kampanye negatif tak dilarang. Namun kubu koalisi Merah Putih ini tak mau terus menerus menyerang.

"Menyerang enggak, kami jaga. Kami mau ubah, kami gak mau melulu menyerang," kata Ryno di kesempatan yang sama. Dia kemudian mencontohkan bahwa, saat pemilihan anggota legislatif April lalu, tim media sosial Partai Gerindra juga tidak menggunakan negative campaign.

Hasilnya menurut dia, Partai berlambang burung Garuda itu menempati urutan ketiga dalam hal perolehan suara. "Pas Pileg bisa kok, nggak terlalu serang menyerang," kata dia.

Ada perbedaan cara kerja tim media sosial dua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Di dunia maya tim Prabowo Subianto-Hatta Rajasa lebih terstruktur. Sebaliknya pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla berbasis relawan sehingga tak terstruktur.

Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Pakar Marketing dan Media Sosial Yuswo Hady menyebut tim Jokowi-JK berani mengambil risiko dengana melakukan pendekatan ke akar rumput. Tim Prabowo memilih mengontrol tim sosmednya karena kurang percaya diri.

"Challenge tim Jokowi adalah mengontrol dan fokus ke beberapa isu. Itu susah sekali," kata Yuswo Hady dalam diskusi 'Perang Social Media' di Warung Daun, Cikini, Sabtu (21/6/2014).

Sementara itu, Direktur Indeks Digital Jimmi Kembaren melihat bahwa metode yang dibawa oleh kedua kubu tidak jauh berbeda. Kubu Prabowo-Hatta pasti juga disokong relawan dan kubu Jokowi-JK tetap dikoordinir.

"Tapi kalau di Jokowi-JK, misalkan ada kesalahan ya bisa dikatakan kalau itu relawan. Kalau tim Prabowo-Hatta kan tim resmi, jadi bisa kena," ujar Jimmi.

Hal ini ditanggapi oleh anggota tim media sosial Prabowo-Hatta, Noudhy Valdryno. Menurutnya, itu tanggung jawab yang memang harus dipegang oleh tim digital yang resmi ada di Tim Pemenangan Prabowo-Hatta.

"Konten yang dipost tim resmi adalah konten matang matang dibahas di parpol koalisi jadi kalau salah kena kita. Kita harus tanggung jawab dengan atmosfer politik di Indonesia. Kalau ada kesalahan harus berani tanggung jawab bukan tutup akun," ucap Ryno. (ANP)