Soempah Pemoeda Ditengah Sumpah Serapah

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB
Jakarta - Masihkah roh Sumpah Pemuda sejalan dengan semangat kaum muda terkini?..mampukah anak anak muda berperan lebih di Eksekutif dan legislatif? Seribu satu pertanyaan mengemuka kepada kiprah kaum muda kedepan!... Sejarawan JJ Rizal mencoba meluruskan sejarah yang dikumandangkan pada 1928 silam. Menurut catatan sejarah sebenarnya pada saat itu tidak ada istilah "Soempah Pemoeda" ! Yang ada hanyalah Kongres pemuda yang isi dari Kongres itu diberitakan pertama kali oleh Koran Sin Po. Kata Sumpah pemuda pertama kali digagas oleh Presiden Soekarno pada tahun 1950an yang menginginkan kongres 1928 sama dengan istilah Sumpah palapa nya Gajah Mada. "Sayangnya sejak zaman Soekarno hingga Soeharto istilah Sumpah Pemuda selalu diperalat untuk melanggengkan kekuasaan" JJ Rizal mencatat sejak zaman kolonial-kemerdekaan hingga reformasi,kaum muda gerbong pendobrak hegemoni kekuasaan yang berpuncak pada Reformasi 98. Sayangnya kata Rizal,gerakan 1998 yang merupakan gebrakan kaum muda paling sukses menumbangkan rezim orde baru malah menyerahkan kendali kepada generasi tua melalui "deklarasi Ciganjur". "Saya menilai generasi 98 generasi durhaka, mengkhianati cita-citanya sendiri yg mereka serap bagaimana merobohkan Totalianerisme Orde baru! Tegas Rizal. Celakanya lagi JJ rizal menilai, Generasi tua sbg penipu ulung atau pembohong besar yang sebisa mungkin mempertahankan status quo. "Jelas diciptakan tafsir demokrasi bersifat geneologis contoh Puan maharani,ibas yudhoyono dll" Ditengah derasnya pemberitaan generasi muda di parlemen dan pemerintahan tersangkut kasus korupsi,masih ada peluang kaum muda memimpin dan merebut peluang menjadi pimpinan nasional. "Ini tantangan zaman,saatnya pemuda menyerbu ke dalam partai,ini cara paling efektif untuk merubah keadaan!"tegas Rizal. Mantan aktivis 1998 yang juga Anggota Komnas HAM Natalis pigay mengakui adanya kecelakaan sejarah gerakan 1998 yang digagas kaum muda menyerahkan estafet gerakan kepada para senior(tokoh Ciganjur seperti: Amien rais,Megawati dan Gus dur). Paska reformasi kata Natalis, kesempatan ruang promosi bagi generasi muda tidak di berikan. Terbukti Parpol seperti PDIP,Demokrat,PKB hingga Golkar dikuasai kelompok-kelompok Patrimonial(keluarga). Namun Natalis menjamin kaum intelektual dan berbasis akademis kedepannya media akan memberi mereka kesempatan untuk memberi ruang pemikiran dan cita cita kaum muda. "Meskipun kader kader muda bermasalah,ada kesempatan paling tidak generasi '98 merebut pucuk pimpinan nasional yakni RI 1 dan RI 2!,kita harus mengembalikan citra baru kaum muda" tegas Natalis Pigay. Sementara itu Politikus muda dari Partai golkar Poempida hidayatullah menginginkan isi dan makna sumpah pemuda berbahasa,berbangsa satu ditambahkan kalimat mensejahterakan satu untuk rakyat. Menurut Poempida,meski kondisi makroekonomi Indonesia cenderung meningkat namun secara realita pemerintah gagal mensejahterakan rakyatnya. Disinilah kata Poempida,kaum muda harusnya jadi Solidarity maker. "Saya melihat ada peluang untuk membangun bangsa,kami di parlemen sudah lama membangun kabinet Indonesia muda ada budiman sudjatmiko,Meutya hafid,diah pitaloka,meski kami dari berbagai parpol namun komunikasi tetap jalan" kata Poempida. Sepanjang masa reformasi hingga kini,Poempida mengakui proses berdemokrasi semakin mahal karna adanya sistem politik yang mengedepankan Pendanaan. "Ada orang punya duit dan berkuasa,ada yg gak punya duit tapi di danai,inilah yang melahirkan anggota dewan yg tidak kredibel!"Ujar Poempida. Namun Poempida tetap berkeyakinan jika makin banyak orang baik yang masuk Parpol, tantangan melahirkan pemimpin yang kapabel tetap terbuka. Pendapat lain dikemukakan mantan aktivis buruh Dita Indah Sari yang menginginkan kaum muda masuk kekuasaan(baik eksekutif maupun legislatif). "Prosesnya mirip orang berselancar di atas ombak"kata Dita. Dita yg juga staf khusus Mennakertrans menjelaskan,terbuka peluang keberhasilan pemerintah apabila di isi oleh kaum muda yang dulunya pernah turun ke jalan. Dita mengakui banyak masukannya yang di terima atasannya Muhaimin iskandar untuk membenahi sistem ketenegakerjaan,meski problemnya ada pada perbedaan cara untuk memecahkan masalah. Kedepan" Jokowi effect"(dampak kemenangan Jokowi-ahok pada Pilkada DKI) merupakan gambaran kaum muda mampu menjadi pemimpin dengan mengedepankan sisi ketokohannya. Menurut Dita,Partai partai Politik harus instropeksi bahwa politik uang/transaksi sudah tidak laku lagi di masyarakat. "Saya optimis pemuda masih punya peluang di 2014-2019" pungkasnya. Mampukah kaum muda merebut kursi kepemimpinan nasional pada Pemilu 2014 sesuai keinginan para narasumber yang hadir di Polemik Sindo Radio Warung daun ? Waktu yang membuktikan..sekali lagi jangan lupakan Hari sumpah pemuda yang jatuh setiap tanggal 28 Oktober..hidup pemuda! (ARS/MKS)