TENSI TINGGI PILKADA DKI

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Pertarungan pilkada DKI masih sekitar 6 bulan lagi. Namun, saat ini ‘tensi’ beberapa pihak mulai memanas, akibat berkataan dan tanggapan dari sejumlah bakal calon dan yang akan dicalonkan.

Menanggapi hal ini, pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menyebut, pertarungan belum dimulai, karena posisi Gubernur DKI Jakarta masih sangat rawan. dikarenakan jadi tidaknya Ahok maju di pertarungan pilkada DKI Jakarta ditentukan oleh tiga partai pendukung.

“Kalo menurut istilah Jawa, Ahok ini dipangku mati, dikarenakan selama ini diagung-agungkan bakal menang. Sebenarnya tergantung dari tiga partai politik”.  Ungkap Hendri, saat diskusi POLEMIK SINDOTRIJAYA FM “TENSI TINGGI PILKADA DKI” di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/8/2016).

Untuk diketahui, istilah Dipangku mati itu, Hendri mengambil falsafah huruh Jawa, bahwa setiap huruh jikalau mendapat pangkon (pangkuan) bakal jadi huruf mati. Istilah dipangku mati, Selanjutnya jadi istilah di perpolitikan.

“Padahal, tiga parpl mesti tetap konsisten. jikalau Disorientasi satu parpol menarik dukungan. Jangankan jadi gubernur, bertarung aja tak Bisa. Sebenernya Ahok pula saat ini lagi deg-degan,”  tambahnya.

Founder Forum survei Kedai Kopi ini mewanti-wanti supaya Ahok menjaga kesolidan dan konsistensi suara parpol pendukungnya. “Ahok mesti Bisa menjaga suara tiga parpol pendukung hingga 23 September, penutupan pendaftaran. jikalau satu partai Bubut, Ahok tak Bisa bertarung. Walaupun nama partai politik jadi jelek,” terang Hendri.

Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Agung Setiarso menilai Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini adalah sosok yang sesuai dengan kriteria cagub DKI Jakarta yang diinginkan partainya.

Agung menilai, Risma adalah sosok pemimpin yang tidak haus kekuasaan. "Bu Risma memiliki kriteria sesuai apa yang kami tetapkan, semakin dia menolak (untuk diusung menjadi Cagub DKI Jakarta) makin seksi, makin mahal harganya, makin kesengsem kami," ujar Agung.

Selain itu, Agung juga menuturkan partainya justru lebih tertarik dengan pemimpin yang tidak mengemis-ngemis jabatan seperti Risma.

Menurut dia, dalam mekanisme partainya sosok yang mengemis-ngemis jabatan malah tidak akan diusung. "Kalau di PKS orang yang meminta jabatan malah kami tidak berikan," kata Agung.

Ia pun mengaku partainya siap mengusung risma dalam Pilkada DKI 2017 mendatang. Namun menurutnya, partainya masih menunggu restu dari PDI-P. "Kami siap menjadi kendaraannya, tinggal pemiliknya mengizinkan atau tidak untuk dibawa sama kami," tambah dia.

Sementara, Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, memperkirakan, PDI-P tidak akan mengusung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam Pilkada DKI 2017. Menurut dia, sikap kepemimpinan Ahok tidak sesuai dengan ideologi PDI-P yang membela kaum wong cilik.

"Ibu Mega itu trah Soekarno, tidak akan mengecewakan ayahandanya, tidak akan mengecewakan ideologi PDI-P," ujar Prijanto dalam diskusi bertajuk 'Tensi Tinggi Pilkada DKI' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/8/2016).

Menurut Prijanto, PDI-P merupakan partai yang konsisten membela rakyat. Untuk itu, tidak mungkin partai berlambang banteng tersebut mengusung Ahok yang ia nilai tidak konsisten.

Prijanto menyebutkan, salah satu bentuk ketidak konsitenan Ahok bisa terlihat dari dirinya yang tidak mau cuti sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada DKI 2017. Padahal, dahulu dia mendesak mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo untuk mengambil cuti jika ingin mengikuti Pilkada

Selain itu, bentuk inkonsistensi Ahok, menurut dia, bisa terlihat dari seringnya Ahok berpindah-pindah partai. Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan PDI-P mengusung Ahok.

"Ahok konsisten atas ke-inkonsistenannya, dia kutu lompat, itu sifat oportunis, itu sikap politikus yang buruk," ucapnya.

Dari beredaranya nama Walikota Surabaya Tri Rismaharini, yang disebut-sebut menjadi kandidat kuat gubernur DKI Jakarta selain calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menaungi Risma memang belum memutuskan secara resmi nama calon gubernur, akan tetapi nama Risma, selain Djarot Saiful Hidayat, paling memungkinkan karena dia juga Kader PDIP.

Selain dukungan dari partai, Risma juga mendapat dukungan dari relawan yang menamai dirinya Jakarta Love Risma  (Jaklovers). Koordinator Jaklovers, Sherly Annavita mendukung Risma pada pilkada DKI Jakarta berdasar dari keresahan kaum muda yang menilai tidak adil jika hanya satu calon saja yang dianggap kuat yang maju di pilkada.

”Kami melihat konstelasinya dulu. Ketika menemukan kegetiran, kami menemukan masalah di Jakarta. Ketika hanya satu ( calon gubernur), dia dominan dan tidak ada alternatif lain, ini gak fair,” kata Sherly di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/8/2016).

Sherly menambahkan masyarakat hanya membutuhkan pencetus untuk memunculkan nama kandidat lain selain calon petahana. Setelah Jaklovers terbentuk dan mengusung nama Risma,  maayarakat menyambut baik.

“Masyarakat Jakarta hanya butuh pencetus, hanya butuh pelopor untuk kemudian mereka menyuarakan. Dan ternyata benar. Kami deklarasi  21 Juli 2016, belum sampai tiga minggu, masyarakat berbondong-bondong mendukung,” tuturnya.

Jaklovers mendukung Risma karena dianggap calon yang cocok bagi Jakarta dan berpeluang memenangi Pilkada DKI Jakarta 2017. (Produser: dolyramadhon)