PSSI Main Bola Lagi

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Federasi Sepak Bola dunia FIFA, sabtu 14 Mei, resmi mencabut sanksi terhadap indonesia. Setelah Kementerian Pemuda dan Olah Raga mencabut pembekuan PSSI, kamis (12/5) lalu.

Pengamat sepakbola, Akmal Marhali, mengatakan bahwa PSSI dan pemerintah sejatinya mempunyai hubungan simbiosis mutualisme. Dia menilai jangan sampai PSSI berjalan sendiri, karena ada pemerintah yang juga memiliki peran krusial.

"Saya melihat pencabutan pembekuan PSSI, kemudian sanksi FIFA bahwa ada satu benang merah bahwa sebenarnya mereka saling memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Tapi kemudian, PSSI tidak tunduk kepada pemerintah, PSSI hanya patuh kepada FIFA, hingga sampai kemudian timbul permasalahan," ujar Akmal dalam diskusi sepakbola SindotrijayaFM di Jakarta, Sabtu (14/5). Di foodtopia – resto.cofee.friends.

Diharapkan, pencabutan sanksi baik dari FIFA dan pemerintah bisa menjadi momentum kebangkitan sepakbola indonesia, dengan memastikan pesan presiden jokowi yang meminta reformasi sepakbola indonesia harus total dan tidak setengah-setengah.

Untuk itu, seharusnya orgasnisasi sepak bola indonesia bisa kembali bekerja dengan memastikan “PSSI: Profesional, Sehat, Sporti dan mempunyai integritas”

            Sementara itu, sekertari klub Persipasi kota Bekasi Yeksa Sarkeh Candra berharap pencabutan sanksi ini bisa menjadi momentum perbaikan terhadap internal PSSI dan bisa menciptakan kompetisi sepakbola lagi. “Sebaiknya PSSI cepat diselenggarakan kompetisi dengan melibatkan klub yang ada, serta melakukan pembenahan terhadap seluruh klub di bawahnya” tutup Yeksa.

            Menangapi hal ini, Direktur Hukum PSSI Aristo Pangaribuan menyatakan bersyukur atas dua momentum pencabutan saksi ini, yang menyebabkan kinerja PSSI vakum satu tahun. “Saatnya kita semua kembali kelapangan hijau, bukan ke meja hijau dan sepak bola makin berprestasi” ungkap Aristo.

            Selain itu, pembenahan menyeluruh akan terus dilakukan, baik di dalam maupun diluar lapangan. “PSSI berpandangan dan menyatakan organisasi PSSI ini adalah miniatur demokrasi untuk sepak bola, untuk itu setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dan diharapkan bisa menciptakan timnas yang berpresrtasi, serta liga yang kompetitif” ujar Aristo diakhir diskusi “PSSI Main Bola Lagi”

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S Dewa Broto memastikan dari pencabutan pembekuan ini, tidak ada lagi intervensi pemerintah terhadap Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

"Soal klub-klub bermasalah, kami tahu diri. Itu ranahnya PSSI. Kami akan membuat regulasi sehingga tidak ada intervensi," kata Gatot.

Intervensi pemerintah terkait status Arema Cronus dan Persebaya Surabaya memang menjadi pangkal sanksi FIFA terhadap PSSI. Pada April 2015, pemerintah membekukan PSSI, karena mengabaikan tiga surat peringatan terkait dua klub tersebut.

Akibatnya, FIFA melarang PSSI terlibat di ajang internasional sejak 30 Mei 2015. Sanksi tersebut baru dicabut dalam kongres ke-66 FIFA di Meksiko, Jumat (13/5/2016). Putusan FIFA disambut positif oleh Gatot. Yang dikatakan Gatot, Kemenpora berharap ini menjadi momentum perbaikan prestasi sepak bola Indonesia.

"Pencabutan sanksi FIFA menjadi kado manis untuk rakyat Indonesia. Saatnya sepak bola kita bangkit," tutur Gatot.

"Semoga ada peningkatan khususnya aspek tata kelola organisasi PSSI, pembinaan usia dini, prestasi, transparansi, akuntabilitas, dan hubungan lebih harmonis dengan berbagai pemangku kepentingan," ucapnya.

 

            Selain itu, Gatot memaparkan dari momentum ini mari kita sama-sama kawal untuk perbaikan sepak bola. “mumpung, semua pihak termasuk FIFA percaya, ayo kita lakukan pembenahan, karena ini bukan masalah menang dan kalah tapi ini kemenangan bangsa indonesia penikmat sepak bola” tutup Gatot S Dewa Broto. (DoR)