Miliki Penyakit Jantung, RSPP: Sesuaikan Faktor Resiko Jika  Berpuasa

AKM • Wednesday, 27 Mar 2024 - 11:36 WIB

Jakara - Pelaksanaan ibadah puasa di bulan suci Ramadan menjadi kewajiban yang harus dilakukan setiap seorang muslim. Namun, mereka yang memiliki penyakit kronis seperti jantung harus mewaspadai segala  resikonya. 

Dokter  spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dr. Hermawan mengatakan masyarakat pengidap penyakit jantung harus menyesuaikan faktor risiko saat menjalankan puasa Ramadan.

dr. Hermawan menuturkan, faktor risiko sangat fatal akibatnya bagi pengidap penyakit jantung seperti hipertensi, gula darah tinggi (diabetes) hingga dehidrasi.

“Apabila pengidap jantung punya diabetes atau hipertensi mengalami serangan ulang saat mereka  memiliki gula darah tinggi,” ujarnya kepada Media, dalam acara Silahturahmi Sehat, di RS Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (25/3).

Pada penderita gejala ringan, menurut dia, pencegahan primer harus dilakukan. Dengan menjaga pola makan, mencegah stress, tidak merokok dan hindari minuman beralkohol.

“Saat berpuasa penderita jantung sebenarnya sama dengan saat tidak berpuasa. Dia harus seimbang dengan makan sahur cukup, tidak dehidrasi dan saat berbuka tidak berlebihan,” ungkapnya.

dr. Hermawan menjelaskan, bagi penderita ringan masih dianjurkan berpuasa, tapi dengan penderita jantung berat disarankan tidak berpuasa. 

“Dikhawatirkan pompa jantung lemah menyebabkan keadaan tidak stabil,” imbuhnya.

Ia menyebut, pada 2018 prevalensi penyakit kardiovaskular 15 dari 1.000 diperkirakan ada 4.2 juta orang menderita penyakit tersebut. Fenomena saat ini, penyakit jantung tidak saja menyerang kelompok usia lanjut, tetapi juga usia muda (produktif).

“Penyebab karena mereka (usia muda) banyak mengkonsumsi junk food, pola hidup tidak sehat, tidak berolahraga dan tingkat stres yang tinggi,” terangnya.

Ia mengatakan, pada pasien dengan serangan jantung harus mendapatkan penanganan yang cepat. Hal ini untuk mencegah semakin banyak kerusakan pada otot jantung.

“Dampak kerusakan otot bisa menyebabkan infal jantung melebar atau bengkak hingga gagal jantung. Yakni otot jantung tidak fungsi memompa darah atau loyo,”  tandasnya.