Harga Beras Tetap Mahal, Bulog Tak Berdaya Hadapi Pengusaha

MUS • Saturday, 9 Mar 2024 - 20:37 WIB

Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Hermanto menyebutkan mahalnya harga beras yang berkepanjangan belakangan ini terjadi karena Bulog tak berdaya menghadapi pelaku usaha.

Stok beras yang dimiliki Bulog, kata Hermanto, jauh lebih kecil dibandingkan dengan stok beras yang dikuasai oleh pelaku usaha.

“Dengan kemampuan yang kecil itu, operasi pasar yang dilakukan Bulog tidak mampu menstabilkan harga beras," ujar Hermanto dalam keterangan persnya kepada wartawan, Jumat (08/03).

Apalagi untuk mengisi gudang beras, kata Hermanto, Bulog pun selalu menunggu penugasan untuk impor beras.

“Selama waktu tunggu itu, stok beras dikendalikan oleh pelaku usaha," ujar legislator dari FPKS DPR RI ini.

Menurutnya, pasar beras saat ini sudah cenderung monopolistik karena sejumlah lahan pertanian yang cukup luas tertentu dikuasai oleh pelaku usaha.

“Para petani sudah menjual gabahnya sebelum panen kepada para pengusaha," ucap Hermanto.

“Kenaikan harga beras saat ini tidak menguntungkan petani karena stok gabah petani sudah terjual kepada pelaku usaha," tambahnya.

Lebih jauh Hermanto menegaskan, kenaikan harga saat ini sangat dipengaruhi oleh faktor tata niaga beras yang dikuasai oleh pelaku usaha.

“Sementara Bulog yang ditugasi menstabilkan harga beras tidak memiliki fungsi yang sempurna karena hanya ditugasi menyerap beras petani tanpa fungsi distribusi. Akibatnya, operasi pasar beras oleh Bulog tidak terasa menstabilkan harga beras," paparnya.

Hermanto minta kepada Pemerintah agar Bulog diberi tugas yang sempurna yaitu menyerap dan distribusi sehingga harga pasar beras dapat dikendalikan.

“Dengan upaya itu harga beras menjelang dan saat Ramadhan diharapkan turun," paparnya.

“Harga pangan yang wajar dan terjangkau semua lapisan masyarakat akan memberikan ketenangan bagi mereka dalam menunaikan ibadah puasa Ramadhan," pungkas legislator dari Dapil Sumbar I ini.