Erwin Aksa: Memilih Sebagai Poros Tengah, Partai Golkar Adopsi Bhinneka Tunggal Ika

FAZ • Monday, 26 Feb 2024 - 21:21 WIB

Jakarta - Partai Golkar memilih menjadi partai tengah dalam kondisi politik Indonesia saat ini untuk menghindari konflik politik yang terlalu ideologis. Tujuannya untuk menjangkau dan merangkul seluruh masyarakat Indonesia dengan semangat persatuan dan kesatuan.

“Sikap ini adalah keputusan paling rasional di tengah kondisi rakyat yang sangat beragam. Posisi poros tengah juga salah satu upaya partai beringin melanjutkan nilai-nilai para leluhur pahlawan nasional yang berhasil menyatukan Indonesia dari banyak keberagaman suku, budaya, adat dan agama,” ujar Ketua Dewan Pembina Golkar Institute Airlangga Hartarto dalam sambutannya saat peluncuran buku “Jalan Tengah Golongan Karya: Mengutamakan Persatuan dan Kesatuan Demi Kemajuan Bangsa” karya dua politisi Partai Golkar, Erwin Aksa dan Sharif Cicip Sutarjo, di Jakarta, Senin (26/02/2024).

Menurut Airlangga, poros tengah adalah adopsi terhadap semboyan negara Indonesia Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis pada lambang negara Indonesia, yaitu Garuda Pancasila. Semboyan yang mengakui, menghargai dan melindungi keragaman. Berbeda-beda tetapi tetap satu.

“Hanya dengan persatuan dan kesatuan, Indonesia telah terbukti dapat memajukan kedaulatan, kemerdekaan nasional. Sekaligus melangsungkan pembangunan untuk mencapai cita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur,” papar dia. 

Indonesia Adil dan Makmur

Erwin Aksa mengatakan, dengan fondasi persatuan, Golkar mempersiapkan Indonesia yang adil dan makmur. Tidak sekadar dalam aspek materi dan fisik, tetapi juga dalam konteks mental dan keberlanjutan planet bumi. 

Dalam buku 176 halaman ini, Erwin Aksa dan Sharif Cicip Sutarjo menyebutkan, bahwa Golkar selalu melihat “people” dalam aspek keadilan distributif dan menempatkannya dalam perspektif daya dukung planet.

Isi Buku

Sharif Cicip menjelaskan, Golkar terus memberi pemahaman bahwa persaingan ideologis memerlukan tuntunan argumen rasional agar tidak berubah menjadi konflik SARA. 

“Misi ini terus dilakukan sambil memperbaiki pendidikan anak-anak bangsa. Untuk generasi baru, dua hal harus memberi mereka harapan,” kata dia.

Pertama, mewujudkan manusia Indonesia yang bermartabat (human dignity), yang mampu merawat lingkungan sebagai habitat etis semua makhluk (environmental ethics). 

Kedua, mendorong generasi baru terlibat dalam pengolahan isu keamanan global (global security) untuk mencegah permusuhan antarbangsa.

“Bagi Golkar, menumbuhkan “politics of hope” adalah alasan semua para kader dalam berpolitik hari ini. Masa lalu kita adalah pelajaran untuk mulai menulis sejarah baru; bukan memilih mencari aman dengan berjalan di tengah, melainkan menjadi Partai Tengah untuk menuntun Republik ke arah persatuan dan kemakmuran bersama,” terang Sharif Cicip Sutarjo.

Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Buku Jalan Tengah Golongan Karya: Mengutamakan Persatuan dan Kesatuan Demi Kemajuan Bangsa. 

Buku ini memuat kata sambutan dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar H Aburizal Bakrie dan pengamat politik Rocky Gerung.

Buku edukasi politik ini dirangkum dalam 8 Bab. 

Bab I Partai Tengah: Meneguhkan Jati Diri Partai Golkar 1.

Bab 2 Ekonomi Tengah: Ekonomi Kerakyatan Berbasis Pancasila.

Bab 3 Alam Tengah: Ekonomi Hijau dan Pembangunan Berkelanjutan.

Bab 4 Dunia Tengah: Menyongsong Geopolitik yang Berubah. 

Bab 5 Teknologi Tengah: Revolusi Digital untuk Reformasi Birokrasi.

Bab 6 Kebijakan Tengah: Menjaga Hukum dan Kedaulatan Negeri.

Bab 7 Politik Tengah: Mendorong Reformasi Politik.

Bab 8 Pemilih Tengah: Menangguk Kepercayaan Pemilih Masa Depan.

Posisi Partai Golkar

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Siti Zuhro mengatakan, Golkar semestinya tak sekadar mampu memosisikan dirinya sebagai partai tengah (rumah bagi warga negara yang ingin bergabung menjadi politisi). Tetapi juga menjadi pilar utama demokrasi.

Pasalnya peran parpol sangat signifikan dalam mewujudkan pemerintahan yang efektif dan mampu mengeksekusi program-program bermanfaat bagi rakyat.

Sistem demokrasi yang dihasilkan pemilu-pemilu demokratis sejak 1999 belum sepenuhnya berhasil melembagakan pemerintahan yang efektif, dalam arti governability. Yakni pemerintah yang benar-benar dapat menjalankan fungsi eksekusi yang dimilikinya.

“Diperlukan penataan sistem kepartaian sehingga terbentuk system multipartai sederhana yang terbatas secara jumlah dan kompetitif secara ideologis. Pelembagaan sistem rekrutmen politik serta kaderisasi kepemimpinan yang terbuka, demokratis, dan inklusif,” jelas Prof Siti.

Golkar Partai Penuh Teknokrasi

Pada perilisan dan bedah buku “Jalan Tengah Golongan Karya: Mengutamakan Persatuan dan Kesatuan Demi Kemajuan Bangsa” hadir pula Rocky Gerung sebaga penanggap sekaligus pengamat politik. 

Rocky Gerung menyampaikan, terbitnya buku ini mencerminkan Partai Golkar sebagai partai yang memiliki banyak ide. Ia menyebut, Partai Golkar penuh dengan teknokrasi.

“Golkar didirikan secara intelektual dan konseptual. Golkar itu surplus pikiran, surplus teknokrasi,” ujar Rocky Gerung.

Menurutnya, saat ini Indonesia membutuhkan kemampuan untuk memuncakkan masa depan. Gagasan yang kuat dan dikeluarkan secara tepat mencerminkan penerapan “Jalan Tengah” itu sendiri. 

Rocky Gerung juga mengapresiasi Program Young Political Leaders oleh Golkar Institute. Rocky menyebut, penting untuk mempersiapkan politisi muda melalui pembentukan institusi terkait. 

“Bukan siapa yang memimpin Indonesia, tapi siapa yang mau belajar memimpin Indonesia,” jelasnya. 

Seperti diketahui, Erwin Aksa, lahir di Makassar pada 1975 sebagai anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya, H. Aksa Mahmud, merupakan pendiri Bosowa, dan ibunya, Hj. Ramlah Aksa, merupakan adik kandung H. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12. 

Erwin Aksa lulusan dari University of Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat Jurusan Ekonomi pada 1997. Erwin dikenal sebagai sosok yang inovatif, selalu membawa ilmu, teknologi, dan pendekatan baru pada bidang-bidang yang digelutinya, baik bisnis, politik, atau organisasi. 

Di bidang politik, Erwin adalah politisi Indonesia yang saat ini menjabat Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Strategis di Dewan Pengurus Pusat Partai Golongan Karya (Golkar). Ia juga menjabat Bendahara Golkar Institute dan calon anggota DPR RI periode 2024–2029 dari daerah pemilihan Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. 

Sementara itu, Sharif Cicip Sutardjo lahir di Yogyakarta pada 10 Oktober 1948 dan menempuh pendidikan S-1, S-2, dan S-3 di Universitas Padjajaran. Saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2011-2024.