Indonesia Harus Segera Menyusun Preferential Trade Agreement

MUS • Monday, 29 Jan 2024 - 09:18 WIB

Jakarta – Indonesia harus segera menyusun  preferential trade agreement (PTA) di tahun ini, untuk meningkatkan potensi perdagangan internasional. Dengan adanya preferential trade agreement, diharapkan membuka peluang yang lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi di tanah air.

Demikian disampaikan pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional, Prof, Dr Ariawan Gunadi kepada wartawan, Senin, (29/1).

Menurutnya, dengan PTA, Indonesia bisa memainkan atau melakukan perdagangan produk-produk dalam negeri ke sejumlah negara untuk diperdagangkan tanpa hambatan dan bebas bea masuk.

Ariawan mencontohkan, saat Presiden Republik Tanzania, Samia Suluhu Hassan, melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia untuk bertemu Presiden, Joko Widodo, di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Peristiwa itu menandai kunjungan internasional perdana bagi Presiden Hassan pada tahun 2024 dan sebagai balasan terhadap kunjungan bilateral yang sebelumnya dilakukan oleh Presiden Jokowi pada bulan Agustus 2023 lalu.

“Kedatangan Presiden Tanzania merupakan momentum yang bagus untuk melakukan dan membuka perdagangan internasional yang saling menguntungkan dan bebas bea masuk, tidak hanya bagi negara di benua Afrika,” kata Ariawan.

Pada pertemuan bilateral, lanjut Ari, kedua pemimpin negara merencanakan kolaborasi yang melibatkan berbagai sektor, mulai dari perdagangan hingga kesehatan serta upaya konkret yang dapat diambil oleh kedua negara. 

“Kunjungan ini mencerminkan tekad kedua negara untuk menghadapi tantangan bersama dan mendorong pertumbuhan yang saling menguntungkan guna menciptakan kemitraan yang semakin kuat dan kokoh di masa depan antara Tanzania dan Indonesia,” jelas Ariawan, yang merupakan profesor termuda, alumni Universitas Indonesia.

BACA JUGA: Refleksi Akhir Tahun Hukum Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia di Tahun 2024

Menurut Ariawan., kedua negara perlu untuk segera menyusun preferential trade agreement di tahun ini sehingga menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih efisien, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan secara keseluruhan memperkuat hubungan bilateral di bidang perdagangan antara kedua negara.

Lebih lanjut, Ari yang juga Guru Besar Universitas Tarumanagara ini mencontohkan peningkatan kerja sama di sektor minyak dan gas melalui pengelolaan Blok Gas Mnazi Bay oleh Pertamina di Mnazy Bay dan pemberian pelatihan kepada pegawai Tanzania Petroleum Development Corporation (TPDC), merupakan bentuk trade agreement yang konkret.

"Kedepannya, Indonesia dan Tanzania juga perlu untuk merealisasikan kerjasama di sektor hulu dan hilir migas, termasuk peluang investasi hilir pada stasiun CNG dan pasokan Mini LNG dengan Medco Energi serta rencana investasi Sinka Sinye Agrotama (SSA) di bidang pupuk.

Selain itu, guna melindungi investasi yang dilakukan kedua negara, maka saya berpandangan bahwa kedua negara perlu untuk segera membuat bilateral investment treaty (BIT)," sambung Ariawan.

Kerja Sama Indonesia Tanzania 

Dalam pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Republik Tanzania, Samia Suluhu Hassan Indonesia akan memberikan dukungan kepada Tanzania melalui serangkaian inisiatif.

Salah satunya adalah komitmen untuk merestorasi dan meningkatkan kinerja Farmer’s Agriculture and Rural Training Center (FARTC) di Morogorodan menyelenggarakan pelatihan sumber daya manusia di sektor minyak dan gas serta pertanian, sebagai upaya meningkatkan kapasitas dan keahlian para tenaga kerja di kedua sektor tersebut.

Selain itu, Indonesia akan berperan aktif dalam menerapkan National Single System, suatu system yang bertujuan untuk memperkuat integrasi dan efisiensi dalam manajemen sumber daya nasional serta merampungkan grand design pembangunan lima tahun ke depan untuk Afrika.

Terkait kesehatan, Presiden Jokowi menyebut bahwa perusahaan farmasi Indonesia berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan medis di Tanzania. Presiden Jokowi menekankan pentingnya menjalankan penjajakan intensif antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia dan Otoritas Obat dan Medis Tanzania. 

Tujuan dari penjajakan ini adalah untuk mempercepat proses registrasi produk farmasi. Presiden menggarisbawahi bahwa kerja sama yang erat antara kedua badan pengawas ini akan memberikan dampak positif seperti memastikan ketersediaan produk medis yang aman dan berkualitas serta memastikan akses yang lebih baik terhadap perawatan medis di Tanzania.