Jelang Pilpres 2024, Ujaran Kebencian dan Kekerasan Verbal Capres Cemari Pesta Demokrasi

MUS • Sunday, 14 Jan 2024 - 20:32 WIB

Jakarta — Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 sarat dengan ujaran kebencian dan kekerasan verbal. Fenomena ini sangat disayangkan, karena calon pemimpin bangsa seharusnya menjadi teladan dalam menjunjung tinggi etika dan adab.

Anggota Komisi X DPR RI Fahmy Alaydroes mengatakan, umpatan kasar bernada kebencian dengan mudah dilontarkan oleh satu capres kepada capres lain. Misalnya, ‘goblok’, ‘tolol’, ‘endasmu etik’, ‘penghianat’, ‘tebal muka’, ‘pembohong’ dan sebagainya. Ucapan tersebut disampaikan di ruang terbuka, di tengah ratusan para pendukung yang mengelu-elukan capres tersebut.

“Keteladanan seorang pemimpin itu sangat signifikan pengaruhnya untuk ditiru dan diikuti oleh pengikutnya. Kekerasan verbal yang dilakukan pemimpin pasti menjadi pembenaran, dan juga dorongan bagi para pengikutnya untuk melakukan hal yang semisal,” kata Fahmy.

Fahmy menilai, fenomena ini sangat berbahaya, karena dapat mendorong pengikutnya untuk bertindak yang lebih kasar, bahkan sampai kepada kekerasan fisik. Adanya ancaman pembunuhan kepada salah satu capres, bisa jadi sebagai buah dari rasa kebencian yang terus dipupuk melalui berbagai framing oleh capres dan pendukungnya.

“Alangkah baik dan bijaknya bila semua capres dan cawapres menunjukkan etika dan adab yang luhur, dan lebih fokus kepada adu gagasan, adu program untuk menegakkan keadilan dan mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, sambil berupaya untuk menciptakan kondisi kesatuan dan persatuan bangsa. Masih ada waktu untuk memperbaiki,” kata Fahmy.