Plaftform Merdeka Mengajar (PMM), Media Tanpa Batas Bagi Guru Daerah Untuk Belajar

AKM • Wednesday, 20 Dec 2023 - 07:39 WIB

Lombok Timur  – Keterbatasan ruang dan waktu dalam meningkatkan kualitas guru di daerah, saat ini tidak lagi  menjadi hambatan. Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dna Teknologi (Kemendikbudristek) terus mengembangkan Plaftform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai platform teknologi yang disediakan untuk guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya.

Guru SMP Islam Assunnah Bagik Nyaka, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Mahmut Dianto menyatakan PMM merupakan sebuah anugerah bagi para guru dalam  membawa suasana belajar di kelas menjadi lebih bersemangat, siswa lebih responsif dan proses pembelajaran pun menjadi menggembirakan. 

Mahmut mengutarakan dirinya senang  menjadi seorang guru yang professional, kreatif dan bebas berinovasi yang  mengubah mindset tentang proses pembelajaran. 

“Dulu saya mengajar dengan gaya-gaya lama, gaya konvensional, anak didik tugasnya mendengarkan guru, mencatat dan menuruti apa kata guru. Tidak ada kesempatan bagi anak didik untuk berdiskusi atau berinisiatif dalam proses pembelajaran,” ujar Mahmut kepada Media, dalam kunjungan Ditjen GTK Kemendikbudristek Lombok Timur, Selasa (19/12).

Mahmut menjelaskan, dirinya kini mengelola Komunitas Guru Gaptek (Gesit Aktif Pinter Teknologi) dengan followers berjumlah sekitar 8.160 orang dari seluruh Indonesia mengaku aktivasi terhadap PMM dilakukan sejak platform belajar bagi guru tersebut diluncurkan oleh Kemendikbudristek sebagai bagian dari Merdeka Belajar Episode 15.

“Sebagai guru yang mengajar pada era sekarang, pada era teknologi digital, saya khawatir tidak bisa menghadapi tantangan perubahan zaman, tantangan perubahan paradigma pendidikan,” katanya.

Kekhawatiran tersebut sangat beralasan. Sebab sumber belajar yang bisa diakses oleh siswa semakin hari semakin banyak dan beragam terutama melalui teknologi inoformasi. Media social dan platform belajar mulai dari yang gratis hingga berbayar bisa diakses oleh siswa dengan mudah.

“Jika siswa sudah mendapatkan sumber belajar yang sedemikian banyak, bagaimana guru mengambil peran? Bagaimana siswa tertarik dan gembira untuk tetap belajar di ruang kelas? Saya ingin menciptakan metode pembelajaran yang lebih menarik serta bermakna bagi peserta didik,” ujarnya.

Mahmut mengaku termasuk guru yang mengadopsi gaya belajar yang cenderung berpusat pada guru sebagai sumber utama kegiatan belajar sebelum mengenal PMM. Mindset yang demikian membuat proses pembelajaran berlangsung kaku karena guru terpaku pada RPP yang telah disusun dan capaian-capaian tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Akibatnya siswa dituntut mendengarkan penjelasan, mencatat dan sedikit sekali terlibat dalam diskusi atau inisiatif pengambilan peran dalam proses belajar di kelas.

“Setelah memanfaatkan PMM sebagai salah satu sumber inspirasi pembelajaran, saya merasa lebih enjoy karena memiliki berbagai referensi belajar yang cukup terkait administrasi pembelajaran serta metode-metode yang digunakan selama pembelajaran di kelas berlangsung,” tambah Mahmut, guru yang berstatus pegawai yayasan tersebut.

Perubahan gaya mengajar tersebut memiliki dampak positif pada anak didik. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap kendala yang sedang dialami, kelas lebih berwarna karena setiap siswa memiliki peran masing-masing sesuai gaya belajar mereka. Efek dominonya, pada kegiatan assessment juga menjadi bagian yang sangat menarik bagi peserta didik, karena differensiasi produk menjadi bagian yang tak terpisahkan sebagai tolak ukur capaian belajar masing-masing peserta didik.

Mahmut mengaku paling suka pada konten pelatihan mandiri. Hal ini karena Fitur ini memungkinkan siapa saja dapat belajar secara langsung dari narasumber yang kompeten dibidangnya masing-masing. Setiap topik disajikan secara rinci, diserta contoh dan praktik langsung sehingga mudah dipahami dan dipraktikan kembali oleh pendidik ditempat masing-masing.

“Salah satu tema yang luar bisa menurut saya adalah “Merdeka Belajar” yang mana pada salah satu topik disebutkan bagiamana seorang pendidik mengenali diri dan perannya sebagai pendidik. Satu hal yang selama ini belum pernah saya lakukan,” katanya.

Mahmut menilai  dengan Konsep Merdeka Belajar bahwa sebagai pendidik tentu sudah seharusnya mampu mengenali karakteristik dan kebutuhan murid. Akan tetapi hal yang paling mendasar juga harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan diri sebagai seorang pendidik. 

“Hal inilah yang selalu mendorong saya untuk terus belajar dan berusaha menjadi seorang pendidik baik untuk diri sendiri, maupun untuk orang lain khususnya bagi murid-murid di dalam kelas,” tegasnya.

Karena itu, Mahmut mendorong semua guru untuk mengaktivasi Platform Merdeka Mengajar. Gagap teknologi, kendala internet tidak cukup menjadi alasan untuk tidak mengaktivasi Platform Merdeka Mengajar.

 “Percayalah, Platform Merdeka Mengajar adalah aunugerah bagi semua guru, terutama untuk dapat memahami dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka,” kata guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut.

Sejak terkoneksi dengan PMM, Mahmut sendiri telah membuat beberapa modul ajar sesuai mata pelajaran yang  diampu saat ini dan telah menguploadnya di Menu Bukti Karya. Ia juga mampu mengimplementasikan berbagai model pembelajaran terutama dalam penyusunan RPP differensiasi yang terintegrasi dengan Kompetensi Sosial Emosional.

“Di samping itu juga ada beberapa model pembelajaran game based learning yang saya terapkan di semua kelas yang saya ajar. Para siswa sangat antusias, karena mereka merasa gaya dan kebutuhan belajar mereka terfasilitasi dengan baik. Bahkan tidak jarang diluar kegiatan jam mengajar, mereka secara aktif dan mandiri memberikan respon-respon positif yang tidak terduga, seperti mereka menanyakan rencana pembelajaran berikutnya,” jelas Mahmut.

Mahmut mengharapkan kedepan PMM ini terus dikembangkan dan dilanjutkan dengan berbagai inovasi tambahan yang semakin mempermudah aksesnya. Salah satu yang diperlukan adalah ada ruang forum diskusi dan pengaduan dua arah jika terjadi kendala.

“ Saya harap ada inovasi seperti munculnya kendala dalam membuka link, dengan menyiapkan ruang pengaduan yang dua arah. Selain itu perlu juga pembuatan suatu ruang forum dalam membahas berbagai persoalan pendidikan sehingga terjadi pertukaran informasi yang baik,” pungkasnya.