Guru Penggerak Daerah, Baik Hartini Berhasil Perbaiki Pola Pendidikan dan Pengajaran

AKM • Wednesday, 20 Dec 2023 - 05:36 WIB

Lombok Timur - Guru Penggerak sebagai penggiat  transformasi dan perubahan kegiatan pendidikan serta pengajaran menjadi hal yang terberat untuk dilakukan di daerah. Hal  ini dikarenakan minimnya fasilitas, dana dan perhatian dari masyarakat sekitar serta pemerintah sehingga membutuhkan pengorbanan dan perjuangan.

Bentuk pengorbanan dan Perjuangan inilah yang dilakukan, Baik Hartini sebagai guru penggerak sekaligus Kepala Sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK) Negeri Pembina Suralaga, kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Baik mengatakan ketika awal masuk sebagai guru penggerak dan bersratus kepala sekolah TK dirinya dengan menghadapi berbagai kendala mulai dari sarana dan fasilitas sekolah yang dipinpinnya hingga pemikiran masyarakat serta guru pengajar.

“ Ketika lulus sebagai guru penggerak pada tahun 2022 dan mulai ditempatkan sebagai kepala sekolah pada Agustus 2023, saya dihadapi dengan kondisi sekolah TK yang sangat memperihatinkan, Sekolah masih berdinding bilik dan atap seadanya. Bisa dibilang ketika hujan kehujanan dan kalau panas ya kepanasan,” ujar Baik, saat kunjungan Media dan Staf Ditjen GTK KemendikbudRistek, di Lombok Timur, NTB, Selasa (19/12).

Melihat kondisi itu, dirinya yang berstatus sebagai kepala sekolah mulai melakukan pendekatan kepada masyarakat hingga Pemda.

“ Saya berbicara dengan masyarakat dan aparat desa serta pemda tentang pendidikan TK bagi masyarakat sekaligus membangkit semangat gotong royong. Alhamdulillah,  dalam waktu tiga pekan sekolah TK yang seadanya dibangun swadaya bersama warga menjadi lebih baik dengan sudah berdinding tembok dan beratap baja ringan,”  ungkapnya.

Baik menjelaskan pola pengajaran sebagai guru penggerak juga diterapkan kepada pada puluhan muridnya.

“Sangat puas materi dari guru penggerak, kemauaan  dipusatkan kepada anak. Keunikan sendiri, harus merangkul keinginan anak meski dengan fasilitas kurang,”  tuturnya.

Menurutnya, sebelumnya  guru tradisional harus diikuti oleh anak, sekarang lebih mengikuti pemikiran anak dengan melakukan refleksi tiap pekan, sebagai baham evaluasi.

“ Dulu berotientasi yang  hanya didominasi guru sekarang lebih kepada murid, mengenal dan memahami karekter serta keinginan dari para muridnya,” ungkapnya.

Namun dirinya bersama dengan 6 guru honorer lainya mengaku masih terbatas melakukan pengajaran dengan minimnya sarana dan prasarana yang ada bagi kegiatan murid TK.

“ Tidak ada fasilitas mainan yang biasa dipakai untuk anak TK. Saya lebih mengutamakan  manfaatkan sarana yang ada dengan bercerita Boneka dan melakukan kegiatan cocok tanam pohon singkong dan mengolahnya menjadi makanan,” tambahnya.

Baik berharap kedepannya sekolah TK yang dipimpinnya terus menjadi lebih baik dengan tanbahnya fasilitas bagi permainan anak seperti perosotan, ayunan dan lainnya  termasuk Alat Peraga Edukasi (APE).

“ Berharap  pemerintah memberikan perhatian bagi perbaikan fasilitas main anak-anak sekolahnya  termasuk pemberian laptop, proyektir dan Alat Peraga Edukasi (APE) untuk meingkatkan kualitas pengajaran dan kerja,” tandasnya.