Tambang  Galian C di Palu - Donggala, Senator ART Nilai Perlu Dikoreksi dan Diaudit

AKM • Wednesday, 13 Dec 2023 - 20:40 WIB

PALU - Anggota DPD RI dapil Sulawesi Tengah,  Abdul Rachman Thaha (ART), menyoroti keberadaan pertambangan galian C yang terletak di jalan poros Palu-Donggala. Menurut ART, banyak hal yang perlu dikoreksi dan diawasi  terkait pertambangan tersebut. 

Ada tiga aspek yang disoroti senator berjuluk Anak Guru Mengaji terhadap pertambangan galian C yang berada di dua daerah itu, Kota Palu dan Kabupaten Donggala.

Pertama, kata ART, persoalan lingkungan di lokasi pertambangan galian C yang tidak diikuti dengan upaya pelestarian. Perusahaan yang menambang hanya terus mengeruk isi perut bumi saja. Namun upaya timbal balik memperhatikan lingkungan, masih jauh api dari panggang. 

"Bukit atau gunung itu adalah pasak bagi bumi. Harusnya dijaga dan ada upaya pelestarian ketika kita melakukan aktivitas di atasnya. Sepanjang Watusampu sampai Loli, saya melihat aktivitas pertambangan galian C tidak dibarengi dengan pelestarian. Investor terus mengeruk saja, tapi tidak ada timbal balik dari segi penghijauan," kritik ART di Kota Palu, Rabu (13/12).

Hal kedua yang disoroti  ART, adalah dana CSR dan pajak perusahaan galian C yang beroperasi di sepanjang Watusampu dan Loli. 

Data yang diterima ART menyebutkan, sejumlah perusahaan tidak tepat sasaran menyalurkan dana CSR-nya. Bukan masyarakat yang menerima dana CSR sebagaimana mestinya, tapi hanya masuk ke kantong-kantong oknum tertentu. 

Dana CSR dan pajak pertambangan galian C diduga banyak yang "bocor". Ini yang harus ditelusuri secara detail dan mendalam. 

Olehnya itu, ART mendesak pihak penegak hukum untuk melakukan audit terhadap perusahaan galian C. Dana CSR dan pajak perusahaan segera diaudit secara keseluruhan. Proses audit harus dilakukan sejak kapan perusahaan itu beroperasi. 

"Kita harus lihat ke belakang. Audit seluruhnya dana CSR dan pajaknya. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Saya akan kejar masalah ini. Kasihan daerah kita ini, hanya dijadikan lahan untuk mencari untung. Sementara masyarakat dan daerah kita yang dirugikan," desak ART. 

Hal ketiga yang menjadi sorotan ART adalah kesehatan masyarakat. Masyarakat yang bermukim di sekitar areal pertambangan galian C berpotensi terserang ISPA. Pernapasan mereka terganggu akibat debu pertambangan yang dilakukan secara masif. 

"ISPA sudah mengintai. Tapi apa, saya belum melihat upaya berkesinambungan yang dilakukan perusahaan galian C. Harusnya ini jangan dianggap sepele. Karena ini soal hajat hidup orang banyak," kata ART mengingatkan. 

Selain masalah ISPA, masyarakat setempat juga diminta ART untuk diberdayakan secara luas. Mereka jangan hanya jadi penonton di kampungnya sendiri. Kehadiran pertambangan galian C, jangan hanya menyengsarakan, tapi bagaimana bisa menyejahterakan. 

"Investor terima madunya, masyarakat terima racunnya. Ini tidak boleh dibiarkan. Bisa kita lihat sekarang, bukit dan gunung-gunung sepanjang Watusampu sampai Loli, sudah gundul. Tapi upaya penghijauan belum tampak," prihatin pria kelahiran Palu 17 September 1979 ini. 

Karena itu, ART meminta pemerintah daerah melalui Badan Lingkungan Hidup, membuka data base perusahaan galian C yang tidak patuh terhadap lingkungan. Berikan sanksi sesuai aturan yang berlaku. 

"Saya tidak mau daerah saya di kemudian hari kena getahnya. Begitu investor selesai menambang, mereka tinggalkan kita. Mereka pulang bawa untung. Sementara daerah kita sudah mengintai bencana. Saya tidak mau ini terjadi," harapnya.