Jokowi Bilang Hati-hati Pilih Pemimpin, Aktivis 98 Nilai Bukan Sikap Kenegarawanan

AKM • Tuesday, 28 Nov 2023 - 10:19 WIB

Jakarta - Presiden Joko Widodo kembali mengatakan berhati-hati dalam memilih pemimpin.  Hal itu disampaikan Jokowi saat memberi sambutan pembukaan Kongres XXXII Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Munas) XXV Kohati di Kalbar pada Jumat (24/11/2023) lalu.

Aktivis 98 Aznil Tan menilai pernyataan Jokowi tersebut bukan sebuah sikap kenegarawanan namun mirip diktator Soeharto semasa Orde Baru.

"Itu pernyataan sombong dan jumawa. Seakan-akan dia lah presiden di republik ini yang paling hebat dan paling berprestasi. Hanya dia lah yang mampu membawa kebaikan kepada negara ini, selain dia harus diwaspadai. Itu mirip diktator Soeharto, bukan sikap kenegarawanan," kata Aznil Tan kepada media, Jakarta, Selasa (28/11).

Dia menyebutkan praktek nepotisme dan politik dinasti atas anak sulungnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden 2024 membuat peradaban Indonesia mundur ke belakang.

"Anaknya maju sebagai Cawapres, apakah praktek itu ditiru, apakah cara bernegara seperti itu akan membuat Indonesia menjadi negara maju? Seharusnya kata yang cocok adalah berhati-hati pada dinasti Jokowi. Karena praktek itu membuat peradaban Indonesia menjadi mundur dan merusak persatuan didirikan republik ini oleh para leluhur kita" ujar Aznil Tan.

Sebagaimana diketahui dalam pidato Jokowi pada kongres tersebut menyatakan bahwa Indonesia bisa melompat menjadi negara maju atau tidak sangat ditentukan pada Pemilu 2024, 2029 dan 2034.

Jokowi lebih lanjut mengatakan bahwa Indonesia punya peluang menjadi negara maju dan kesempatan itu hanya ada satu kali dalam sebuah peradaban negara. 

"Itu tahun-tahun pemilu yang menentukan buat keluarga dia menjadi keluarga emas. Anak sulungnya pembuka 2024. Jika ini berhasil dan tidak mendapat perlawanan rakyat,  2029 anaknya sulungnya jadi presiden, kemudian 2034 tercipta pewarisan permanen ke anak bungsunya sampai ke cucu-buyutnya," pungkas Aznil Tan.