Ketua BEM UI Ungkit soal kritik putusan MK

ANP • Sunday, 26 Nov 2023 - 10:48 WIB

Jakarta - Ketua BEM UI Melki Sedek Huang menginformasikan bahwa nomor Whatsapp (WA) pribadinya tiba-tiba dihack dini hari tadi. Namun, Melki mengaku belum mengetahui apakah penyebab nomornya dihack usai mengeritik putusan MK.
"Pukul 04.28 dini hari tadi, saya mendapatkan notifikasi di aplikasi Whatsapp yang mengatakan bahwa ada pihak yang berusaha untuk masuk dan mengakses akun Whatsapp pribadi saya. Beberapa saat setelah itu, akun Whatsapp saya ter-logout dengan sendirinya dan sampai hari ini belum dalam kendali saya," kata Melki dalam keterangannya yang diterima detikcom, Sabtu (25/11/2023).


Melki mengatakan dirinya sudah berupaya masuk ke nomor pribadinya. Namun dirinya tak menerima pesan verifikasi sampai saat ini.


"Saya sudah mencoba untuk login kembali ke akun Whatsapp dengan nomor telepon saya. Akan tetapi, saya tidak mendapatkan SMS verifikasi dari Whatsapp sejak dini hari tadi hingga sore ini," pungkasnya.

Melki belum mengetahui apakah hal ini berkaitan dengan kritik BEM UI yang disampaikan lalu apa bukan. Namun, jika betul, hal itu membuktikan ada upaya keras untuk membungkam demokrasi.

"Saya tidak tahu apakah ini berkaitan atau tidak dengan kritik-kritik yang saya ataupun BEM UI sampaikan. Jika betul ini berkaitan dengan kritik-kritik yang selama ini kami sampaikan, maka ada upaya keras untuk membungkam aspirasi dan menginjak-injak demokrasi yang harus secara keras kita lawan," tuturnya.

Melki menegaskan hal ini tak menyurutkan semangatnya untuk bergerak dan bersuara. Dia meyakini semakin banyak ancaman dilewati mak semakin benar jalan yang dipijak.


"Saya tegaskan bahwa ini tidak sama sekali menyurutkan semangat saya dan BEM UI untuk bergerak dan bersuara. Kami meyakini bahwa semakin banyak ancaman yang dilewati, berarti semakin benar jalan yang kami pijak. Kami tidak akan takut dan gentar sedikit pun untuk bersuara. Kami akan makin nyaring dan tidak akan padam," tutupnya.

Kritik Putusan MK
Sejumlah mahasiswa mendeklarasikan Sumpah Pemuda 2.0. Deklarasi dari gabungan mahasiswa beberapa kampus ini berisi terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) hingga refleksi sembilan tahun masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Adapun deklarasi ini dipimpin oleh Ketua BEM UI Melki Sedek Huang, Ketua BEM Unpad Haikal Febrian Syah, Sekjen SEMA Paramadina Afiq Naufal, Ketua BEM KM UGM Gielbran Muhammad Noor, dan mahasiswa UNNES Fajar Rahmat Sidik. Melki Sadek membuka deklarasi dengan menyinggung putusan MK.

"Bagi kami, putusan MK kemarin tak sedikit pun memberi arti positif bagi generasi kami. la malahan membunuh kepercayaan kami akan terangnya masa depan republik ini," kata Melki Sedek Huang di Gedung Joang '45, Rabu (22/11).

Melki menyinggung politik dinasti yang kini sedang ramai diperbincangkan sejak putusan MK mengenai batas usia capres-cawapres. Menurutnya, politik dinasti merupakan ancaman nyata bagi anak miskin yang ingin menjadi pemimpin.

"Bangkitnya politik dinasti yang hadir karena pembajakan konstitusi kemarin akan membunuh harapan jutaan pemuda dan anak-anak Indonesia yang bermimpi akan cerahnya masa depan. Politik dinasti adalah ancaman bagi setiap anak-anak miskin yang bermimpi menjadi pemimpin," ucap Melki.

Melki menyebut putusan MK terkait batas usia capres-cawapres hingga hal-hal yang terjadi menjelang Pemilu 2024 menjadi bukti bagaimana akhir dari sembilan tahun kepemimpinan Jokowi.

"Bagi kami, keluarnya putusan MK kemarin dan juga berbagai hal yang terjadi menjelang Pemilu 2024 ini adalah bukti bahwa akhir pemerintahan Pak Jokowi adalah akhir pemerintahan yang betul-betul tidak taat konstitusi dan tidak menegakkan demokrasi dengan baik," ujar Melki.

"Oleh karena itu, catatan bagi kami adalah per hari ini kami tidak tinggal diam untuk hal-hal tersebut, jangan sampai jadi semakin parah," tambahnya.

Selain Melki, Ketua BEM KM UGM Gielbran dengan lantangnya menyamakan demokrasi Indonesia dengan jagung. Hal itu juga diikuti oleh seluruh mahasiswa yang hadir mengikuti deklarasi dengan membawa satu buah jagung.


"Arti dari jagung sendiri artinya, kita tahu bahwa demokrasi kita masih sangat muda usianya. Ini menjadi sebuah pertanda. Kerap ada simbolis bahwa seumur jagung itu usia dari demokrasi kita yang justru semakin ke sini. Meskipun usia kita masih muda, usia demokrasi kita seumur jagung, justru dikebiri dan ditindas dan semakin dimonopoli oleh oknum. Dan justru lupa untuk semakin menyuburkan demokrasi itu," imbuhnya.