Perang Israel-Hamas Berlanjut, Korban Jiwa Tembus 1.100 Orang

MUS • Monday, 9 Oct 2023 - 16:33 WIB

Gaza – Korban jiwa akibat perang antara Israel dan Hamas terus bertambah signifikan di kedua kubu. Jumlah korban meninggal diperkirakan tembus 1.100 orang.

Amukan pejuang Hamas di kota-kota Israel pada Sabtu (7/10/2023) adalah serangan yang paling mematikan sejak serangan Mesir dan Suriah dalam perang Yom Kippur 50 tahun lalu. 

Di pihak Israel, 700 orang tewas dan puluhan lainnya diculik. Kemudian Israel membalas dengan serangan udara yang menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk 20 anak-anak.

Serangan udara Israel menghantam blok perumahan, terowongan, masjid dan rumah pejabat Hamas di Gaza. Serangan ini juga sesuai dengan sumpah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk melakukan "balas dendam yang besar".

“Harga yang harus dibayar oleh Jalur Gaza akan sangat berat dan akan mengubah kenyataan dari generasi ke generasi,” kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant di kota Ofakim, yang menderita korban jiwa dan sandera, dikutip Reuters.

Di luar Gaza yang diblokade, pasukan Israel dan pejuang Hizbullah Lebanon yang didukung Iran saling baku tembak artileri dan roket. Sedangkan di Mesir, dua turis Israel ditembak mati bersama seorang pemandu.

Seruan untuk menahan diri datang dari seluruh dunia, meskipun negara-negara Barat sebagian besar mendukung Israel. Sedangkan Iran, Hizbullah, dan pengunjuk rasa di berbagai negara Timur Tengah memuji Hamas.

Di Israel selatan pada Minggu (8/10/2023), pejuang Hamas masih melawan pasukan keamanan Israel lebih dari 24 jam setelah serangan mereka. Yakni serangan multi-cabang berupa serangan roket dan sekelompok pria bersenjata yang menyerbu pangkalan militer dan menyerbu kota-kota perbatasan.

"Kedua gadis kecilku, mereka masih bayi. Mereka belum genap berusia lima tahun dan tiga tahun," kata Yoni Asher yang menceritakan video orang-orang bersenjata Palestina menangkap istri dan dua putrinya yang masih kecil setelah dia membawa mereka mengunjungi ibunya.

Warga lainnya Uri David mengatakan bahwa dia menghabiskan 30 menit di telepon dengan kedua putrinya, Tair dan Odaya, selama serangan sampai mereka tidak lagi menanggapinya dan dia tidak mengetahui nasib mereka.

“Saya mendengar suara tembakan, teriakan dalam bahasa Arab, saya suruh mereka berbaring di tanah dan berpegangan tangan,” ujarnya sambil menangis.