Angkat Isu Perempuan, Regina Art Siap Gelar Pentas di 5 Negara

AKM • Wednesday, 27 Sep 2023 - 06:07 WIB

Jakarta - Regina Art lewat Regina Art Monologue Project kembali akan pentas di 5 negara Eropa, yakni Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda dan Perancis. Pementasan di 5 negara di Eropa itu direncanakan berlangsung sejak 13 Oktober sampai 7 November 2023.  Pentas 5 negara ini dilakukan setelah Regina Art sukses dengan pementasan di Indonesia, Kota Meksiko dan Amerika Serikat, 

“Selain mengangkat nilai-nilai kehidupan dan edukasi penting untuk isu nasionalisme dan perempuan, pentas ini diharapkan menjadi pementasan yang kaya akan nilai kehidupan, budaya, dan keindahan seni,” ujar  produser dan pemain dalam Regina Art Monologue Project, Joana Win, pada konferensi pers dan diskusi di Jakarta,  Selasa (26/9).

Konferensi pers dihadiri juga oleh Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Pekerja dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Ir.Prijadi Santoso serta sejumlah aktivis perlindungan perempuan.

Monolog atau swacakap adalah istilah keilmuan yang diambil dari kata mono yang artinya satu dan log dari kata logos yang artinya ilmu. Secara harfiah, monolog adalah suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran di mana hanya dibutuhkan satu orang atau dialog bisu untuk melakukan adegan atau sketsanya.

Pementasan monolog Regina Art yang akan diusung adalah monolog berjudul ‘Besok Atau Tidak Sama Sekali’ yang ditampilkan Wawan Sofwan tentang perjuangan batin Soekarno, sang Proklamator, sesaat sebelum proklamasi.

Monolog kedua berjudul  ‘Cotton Candy’ karya E.D.Jenura, yang ditampilkan oleh Joane Win tentang perjuangan korban kekerasan seksual dalam mengatasi traumanya. Cotton Candy juga berisi pesan kuat agar perempuan berani bersuara (dare to speak).

“Dengan pementasan ini diharapkan penonton dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga kita dapat bersama-sama lebih menghargai para pendahulu bangsa, meningkatkan empati dan kesadaran, ikut berpartisipasi dalam melawan tindak kekerasan seksual, dan turut serta membela hak asasi manusia,” ujar Wawan Sofwan, yang juga bertindak sebagai sutradara kedua monolog.

Pertunjukan dua monolog menyasar penonton diaspora Indonesia yang ada di kota-kota tempat pertunjukan berlangsung, juga untuk masyarakat lokal yang tertarik pada tema yang diangkat dalam monolog, maupun pada seni pertunjukan teater itu sendiri.

“Regina Art Monologue Project dipentaskan di berbagai kota di luar negeri itu sebagai misi budaya dan sejarah dari Regina Art. Bagi saya ini langkah yang luar biasa ya, dan semoga  dua monolog ini bisa dipentaskan ke Negara lainnya, yang ingin mengenal sejarah Indonesia secara lebih lengkap,” imbuh Wawan.

Beberapa KBRI dan Atase Pendidikan dan Budaya Indonesia di beberapa negara, dikatakan Wawan, siap mendukung  Regina Art Monologue Project, baik dari sisi teknis pertunjukan dan juga mempromosikan acara ini kepada diaspora Indonesia yang ada di negara-negara tersebut.

Menteri PPPA, Bintang Puspayoga  dan Komisioner Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan), Veryanto Sitohang, sama-sama mengapresiasi upaya Regina Art dalam ikut memperkuat pemberdayaan dan perlindungan perempuan. 

Bintang Puspayoga mengharapkan acara ini sukses dan menyadarkan semua pihak bahwa swtiap ormg memiliki hak yang sama.

“Semoga pementasan dua monolog ini di mancanegara dapat lebih menyadarkan kita, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh kebebasan, keadilan, perlindungan, dan perdamaian. Teruslah berkarya untuk Indonesia,” ujar  Bintang Puspayoga. 

Sementara itu, Veryanto mengatakan jika isu kekerasan pada perempuan menjadi sangat krusial di tengah upaya memajukan bangsa.

Menurut dia, hingga saat ini implementasi undang-undang (UU) tindak pidana kekerasan seksual (TPKS) masih minim. 

“Dengan 2 monolog ini kami berharap semakin banyak orang mengenali jenis kekerasan seksual. Sehingga bisa melakukan pencegahan dan upaya pemulihan korban kekerasan seksual terhadap perempuan,” imbuhnya.