Geliat Peternak Sapi Brau Pasca Wabah PMK

MUS • Thursday, 31 Aug 2023 - 12:21 WIB

Surabaya - Wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang melanda Jawa Timur membuat para peternak tersungkur. Tak terkecuali para peternak sapi perah di wilayah Kota Batu Jawa Timur.

Selama ini Batu dikenal sebagai wilayah penghasil susu sapi yang terkenal tidak saja di Jawa Timur namun juga nasional. Salah satunya di Dusun Brau Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Kepala Dusun Brau Fendi Tri Hermawan menyampaikan bahwa desanya sangat terdampak PMK. Dari sekitar  1500 ternak sapi yang dipelihara, saat ini tinggal 1200 ekor. Para peternak sempat putus asa karena banyak sapi yang mati. Mereka juga  menjual sapinya dengan harga murah karena tak sanggup menghadapi wabah PMK yang menggila.

"Di Desa Brau ini setidaknya saat ini ada 1200 ekor. Sebelum PMK ada 1500 ekor, bahkan jumlah ini lebih banyak dibanding jumlah penduduk di Brau yang hanya berjumlah 500 jiwa," ujar Fendi.

Sebelum menjadi penghasil susu sapi, menurut Fendi Dusun Brau adalah kawasan yang tertinggal. Daerahnya terpencil, dikelilingi bukit. Penduduknya bekerja sebagai buruh tani bahkan sempat dikenal sebagai desa preman.

"Dulu ini desa tertinggal. Letaknya terisolir dikelilingi bukit dan jauh dari kota," ujar Fendi.

Namun kondisi tersebut berubah sejak tahun 2012. Munir Khan ketua kelompok peternak sapi perah Dusun Brau menuturkan bahwa rintisan menuju desa penghasil susu mulai dilakukan dan warga pun antusias untuk beralih profesi menjadi peternak.

"2012 kita mulai merintis sebagai desa penghasil.susu. Ada pendampingan dari Pemkot Batu juga kalangan akademisi. Alhamdulilah saat ini bisa dilihat hasilnya," ujar Munir Khan.

Dalam sehari menurut Munir Khan, susu yang dihasilkan dari seluruh peternak mencapai 5000 liter. Dari jumlah tersebut digunakan untuk memasok industri pengolahan susu nasional seperti Nestle dan Indolakto.

"Rata rata tiap peternak per sapi sehari bisa memasok 30 liter perhari. Dalam sebulan kita bisa menghasilan sekitar 5000 liter," ujar Munir.

Namun kondisi tersebut berubah drastis saat wabah PMK menyerang. Ratusan ternak mati, peternak pun putus asa dan menjual ternaknya. Tak ayal produksi susu menurun drastis dan tidak bisa lagi memasok ke perusahaan yang menjadi mitranya.

"Situasi berat saat itu. Peternak pun menjual sapi sapinya dengan harga murah, dan tidak lagi mempedulikan produksi susunya," lanjut Munir.

Pelan tapi pasti. Gerak cepat dinas peternakan melakukan vaksinasi massal membuat asa peternak kembali muncul. Kondisi wabah mulai bisa dikendalikan dan peternak kembali lagi meski belum maksimal.

" Alhamdulillah kondisi mulai terkendali. Saat ini di Brau geliat peternak mulai terasa. Hasilpun juga meningkat. Dengan slogan "Susumu Semangatku" kita bangkit untuk kembali menjadi wilayah penghasil susu sapi di Jawa Timur dan nasional," ujar Munir Khan 

Saat ini hasil susu sapi Brau juga sudah bisa diolah menjadi keju mozarella. Munir Khan menyampaikan bahwa olahan keju dari Brau mulai dikenal dan bisa menjadi penopang produksi susu Brau 

"Kita sudah bisa mengolah susu menjadi keju. Bahkan ada mitra dari Bali yang meminta kita untuk mengirimkan ke sana. Tapi saat ini pasca PMK kita belum bisa memenuhi permintaannya. Insyallah ke depan akan kita penuhi," tutur Munir Khan.

Sementara itu Kepala Pertanian Batu Heru Yulianto menyampaikan bahwa Brau menjadi salah satu wilayah penting di Kota Batu. Selain wisata juga sebagai produsen penghasil susu sapi. Karenanya Pemkot Batu berkomitmen untuk membangkitkan kembali Brau pasca diterjang PMK.

"Kita akan dukung penuh kebangkitan para peternak Brau,  setelah wabah PMK. Pemkot Batu akan terus melakukan monitoring dan evaluasi agar kebangkitannya bisa lebih cepat. Sehingga bisa membantu mengembalikan perekomian warga yang sempat porak poranda karena wabah PMK," pungkas Heru Yulianto Kadis Pertanian Kota Batu. (Her)