6 Negara Muslim Studi Banding Program Prioritas BKKBN di Surabaya

LAN • Tuesday, 25 Jul 2023 - 09:51 WIB

Surabaya - Sebanyak lima belas orang dari enam negara muslim akan belajar tentang program Bangga Kencana, pencegahan pernikahan anak dan penurunan angka stunting di Surabaya. Selama lima hari, perwakilan dari lima negara muslim tersebut tidak hanya belajar di dalam kelas saja tetapi mereka juga akan mengunjungi beberapa tempat mulai dari sekolah islam, rumah sakit islam, pondok pesantren dan kantor KUA untuk melihat program yang selama ini dilakukan di Surabaya. 

Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN RI, Prof. drh. Rizal Martua Damanik, M. Rep. Sc., PhD mengatakan pemilihan kota Surabaya sebagai tuan rumah dan tempat belajar bagi peserta dari enam negara muslim karena Pemerintah Kota Surabaya memiliki capaian penurunan stunting yang sangat tinggi di tingkat nasional. 

"Indonesia menjadi rujukan bagi negara-negara Islam selatan karena program KB dan Penurunan angka stunting dinilai berhasil. Sedangkan di negara-negara tersebut masih menjadi perdebatan antar ulama sehingga program KB masih belum berjalan dengan baik, "kata Prof. Rizal Damanik pada acara Pembukaan SSTC Offline Training on Strategic Partnership Between Government and Muslim Religious Leaders (MRLs) in Reproductive Health, Family Planning, Prevention of Child Marriage and Reducing Stunting di Hotel Grand Dafam, Surabaya . 

Prof. Damanik menyebutkan peserta yang datang dalam SSTC kali ini adalah Negara Burundi, Negara Ethiopia, Negara Nepal, Negara Malaysia, Negara Myanmar dan Negara Philippine. 

Ditempat yang sama, UNFPA Representative for Indonesia, Dr. Anjali Sen menjelaskan pemilihan Negara Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar bukan tanpa alasan. Sebagai negara muslim terbesar, Indonesia berhasil dengan program keluarga berencana, pencegahan pernikahan anak dan penurunan angka stunting yang sangat bagus. 

 

"Indonesia menjadi rujukan dan prestasi Indonesia memang sangat bagus. Itulah yang menjadi landasan mengapa Indonesia menjadi tempat untuk belajar," jelas Anjali. 

 

Pernikahan anak, sambung Anjali menjadi isu yang sangat penting dan banyak negara Islam di Selatan yang masih tinggi angka pernikahan anaknya. Padahal, jika pernikahan anak terjadi maka dampaknya akan sangat kompleks, tidak hanya mempengaruhi indeks pembangunan manusia (IPM) yang rendah tetap juga sangat berpotensi lahirnya generasi stunting. 

"Jika anak menikah, mereka pasti akan putus sekolah, alat reproduksi yang belum matang dan harus hamil maka sangat berpotensi melahirkan generasi stunting. Padahal saat ini, dunia tengah berlomba-lomba untuk menurunkan angka stunting. Maka penurunan angka stunting bila dilakukan bila pernikahan anak bisa dicegah," paparnya.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Maria Ernawati turut menyampaikan bahwa peran remaja melalui giat dan gerak remaja Generasi Berencana (GenRe) merupakan strategi yang efektif dalam memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi, pendewasaan usia perkawinan dan perencanaan berkeluarga.