UKI Gelar FGD Penguatan Kompetensi Literasi Guru di SMK Sumba Barat Daya

FAZ • Thursday, 22 Jun 2023 - 07:16 WIB

DIRJEN Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Iwan Syahril, menyatakan bahwa mengacu pada hasil Survei Sosial Ekonomi (Susenas) tahun 2021, angka buta aksara di Indonesia tinggal 1,56 persen atau 2,7 juta orang.

Jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan data buta aksara tahun 2020 dengan angka buta aksara 1,71 persen atau 2,9 juta orang (www.kemendikbud.go.id, 9 September 2022).

Melalui berbagai cara, Indonesia berhasil meningkatkan angka melek huruf. Meskipun Indonesia telah berupaya untuk meningkatkan angka melek hurufnya, masalahnya masih jauh dari selesai.

Masalah literasi masih terus terjadi dan untuk mewujudkan impian masyarakat yang melek huruf sepenuhnya, pemerintah harus menyediakan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

Sistem pendidikan Indonesia belum cukup untuk menumbuhkan budaya membaca di sekolah. Untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang literat, kita perlu menghargai budaya membaca.

Adakan kegiatan membaca atau sesi kelas, dorong anak-anak untuk pergi ke perpustakaan, dan perkenalkan mereka dengan berbagai jenis bacaan.

Tidak hanya itu, kita juga perlu melihat ketersediaan buku yang ada. Ada juga program donasi buku ke rumah sakit-rumah sakit  untuk memastikan bahwa setiap orang, bahkan mereka yang sakit sekalipun, dapat memiliki kesempatan untuk merasakan nikmatnya membaca.

Selama pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahap I yang dilaksanakan oleh Tim Dosen Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Universitas Kristen Indonesia (UKI) pada bulan Oktober 2022 di SMK Don Bosco-Sumba Barat Daya.
Kemudian dilanjutkan dengan workshop yang dihadiri oleh beberapa SMP dan SMK di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditemukan bahwa salah satu masalah pendidikan di daerah tersebut adalah kurangnya kompetensi pedagogik guru dan masih rendahnya pemahaman tentang peran guru di sekolah.

Peran guru sebagai pendidik dan fasilitator di sekolah juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat, yang menempatkan profesi guru seperti orang tua di rumah dan siswa tidak memiliki keluasan untuk menyampaikan pendapatnya.

Masalah kritis lainnya ditemukan adalah, isu literasi masih mengemuka hingga saat ini. Banyak anak yang masih tidak tertarik membaca buku karena beberapa hal seperti kecanduan bermain video game dan menonton TV berkelamaan.

UKI dan Universitas Weetebula Jalin Kerja SamaMenghadapi tantangan pendidikan di Sumba Barat Daya, UKI dan Universitas Weetebula bersepakat untuk bekerja sama dan dituangkan dalam Memorandum of Understanding, yang ditandatangani pada tanggal 15 Juni 2023 oleh Rektor Universitas Weetebula, Wilhelmus Yape Kii, S.Pt., M.Phil., M.A dan Rektor Universitas Kristen Indoneisa, Dr. Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., MBA.Ruang lingkup kerja sama diantaranya; gelar bersama, transfer kredit, pengembangan dosen, pertukaran mahasiswa, penerbitan berkala ilmiah, pengembangan kurikulum/program, penyelenggaraan seminar/pelatihan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Menindaklanjuti MoU tersebut, Tim Dosen UKI yaitu Dr. Ied Sitepu (Wakil Rektor UKI bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama) dan Dr. Lisa Kailola (Wakil Rektor UKI bidang SDM dan Hukum) dan Dr. Mesta Limbong (Kaprodi Magister Administrasi Pendidikan) melaksanakan Focus Group Discussion pada tanggal 16 Juni 2023, dengan tema "Literasi dan Penguatan Kompetensi Tenaga Pendidik di Sekolah Menengah Kejuruan di Sumba Barat Daya".

Kegiatan ini adalah bentuk kerja sama UKI, UNIKA Weetebula dan Don Bosco Project, Germany. Peserta FGD terdiri dari Dinas Pendidikan SBD, Rektor dan Wakil Rektor, dosen-dosen dari  UNIKA Weetebula, serta guru-guru SMK di Sumba Barat Daya.

Dr. Ied Sitepu, pakar Ilmu Bahasa, sebagai pemateri utama menjelaskan guru-guru memiliki perlu memiliki kompetensi literasi yang mumpuni, apalagi di daerah Sumba Barat Daya memiliki berbagai bahasa daerah.

Dr. Mesta Limbong memberi penguatan pentingnya pembiasan dalam pengembangan karakter sejak dini.

Dr. Lisa Kailola menyampaikan bahwa untuk menjadi guru, seseorang orang harus menyukai profesinya sehingga dia akan sungguh-sungguh memberi hatinya untuk pendidikan, khususnya di Sumba Barat Daya.

Pelaksanaan FGD ini mendapatkan apresiasi positif dari Dinas Pendidikan Sumba Barat Daya.

Diharapkan ke depannya segera terealisasi program berkelanjutan khususnya untuk penguatan kompetensi guru di bidang literasi.