Media Bisa Punya Peran Aktif Angkat Isu Perubahan Iklim

LAN • Monday, 5 Jun 2023 - 09:21 WIB

Jakarta – Perubahan iklim di dunia sudah menjadi realita. Pemanasan global yang disebabkan oleh meningkatnya gas rumah kaca dari kegiatan manusia, seperti pembakaran energi fosil untuk kendaraan dan listik, memperparah intensitas bencana alam seperti banjir dan kekeringan.

Indonesia pun tak luput dari dampak perubahan iklim. Posisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan sekaligus menjadi negara kedua dengan jumlah hutan terbesar di dunia, terancam. 

Ironisnya, masalah iklim dan lingkungan seringkali kurang diliput oleh media dan karena itu mendapatkan sedikit perhatian dari publik dan pembuat kebijakan. Padahal perubahan iklim lebih dari sekadar masalah lingkungan karena menyentuh ke banyak sektor di antaranya ekonomi, pertanian, ketahanan pangan, pertahanan, kesehatan, kehutanan, pertambangan, air, cuaca ekstrem, atau kesetaraan gender. 

Masalah iklim ternyata menjadi pehatian Gen Z dibandingkan generasi yang lebih tua. Survei oleh Indikator Politik Indonesia dan Yayasan Indonesia Cerah pada kuartal ketiga 2021 menunjukkan bahwa Gen Z dan milenial sangat prihatin tentang perubahan iklim, dengan 82 persen responden mengatakan mereka menyadari krisis tersebut. 

Menurut survei tersebut, tingkat kesadaran iklim Gen Z mencapai 85 persen, dibandingkan generasi milenial yang mencapai 79 persen. Tingginya perhatian terhadap masalah iklim oleh audiens muda menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas media dalam meliput isu iklim, terutama karena masih terbatasnya akses informasi dan keahlian tentang isu tersebut.

Menyadari hal tersebut, Voice of America (VOA) menggelar Affiliates Conference 2023 yang mengusung tema “Covering Climate and Beyond: Making the Climate Connection.” Sebanyak 77 utusan media dari berbagai platform, yang merupakan afiliasi VOA di seluruh wilayah Indonesia, mengikuti konferensi yang dilaksanakan pada 29 Mei 2023 di Serpong, Banten.

“Isu-isu iklim juga dapat menjadi isu strategis bagi banyak media, termasuk VOA, karena ini adalah isu yang banyak mendapat sorotan dari generasi muda, generasi penerus bangsa. Kesadaran dari generasi muda ini perlu diimbangi dengan informasi dan analisis yang berkualitas oleh media dengan lebih komprehensif, interkonektif, menarik dan efektif,” ujar Ade Astuti, Kepala VOA Siaran Indonesia dalam sambutannya.

Turut hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut, Direktur Jendral Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Ir. Laksmi Dhewanthi MA, IPU, Direktur Eksekutif Yayasan Cerah Indonesia, Adhityani Putri, Head of CEO Office Econusa Foundation, April Sirait, Outreach & Social Media Coordinator Mongabay Indonesia, Akhyari Hananto, dan Koresponden Ilmu Pengetahuan VOA Steve Baragona.

Dalam paparannya, Laksmi mengatakan sistem iklim mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk pertahanan. Kenaikan air laut, akan berdampak pada batas-batas negara. 

“Jika tadinya jarak pantai itu misalnya 40 meter, jika ada kenaikan air laut maka jarak pantai itu akan berubah dan Zone Ekonomi Khusus pun akan berubah,” kata Laksmi. 

Terkait ketahanan pangan, perubahan iklim secara khusus di Indonesia menurut Laksmi, belum menjadi ancaman. 

“Tetapi dengan catatan, kita harus melakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” tambahnya. 

Sementara, Adhityani mengatakan bahwa dampak iklim memiliki multiplier effect yang besar terhadap masyarakat rentan, termasuk perempuan dan anak-anak. 

“Contohnya, di Pantura. Kondisi di sana dipengaruhi oleh perubahan besar seperti banjir berkepanjangan, yang menyebabkan para lelaki bermigrasi ke luar untuk bekerja, meninggalkan istri dan anaknya. Kemudian para perempuan itu pun harus bermigrasi untuk bekerja meninggalkan anak-anak mereka,” kata Adhityani. 

Akhyari Hananto dari Mongabay mengingatkan perlunya membuat berita dengan sajian “receh” tapi menjadi menarik karena dikemas dengan baik melalui reels di media sosial. Selain itu, media harus mengangkat isu-isu yang menarik untuk menginspirasi khalayaknya.

Sedangkan April Sirait dari Econusa membagikan tipsnya agar generasi muda menjadi melek lingkungan. 

“Salah satunya dengan membuat kampanye sederhana melalui program yang mendorong anak muda untuk ikut serta,” tukasnya.